10 Oktober Hari Apa? Cek Daftar Lengkapnya di sini

10 Oktober Hari Apa? Cek Daftar Lengkapnya di sini

Mira Rachmalia - detikJatim
Kamis, 10 Okt 2024 13:05 WIB
Kalender Oktober.
10 Oktober Hari apa? Foto: Istimewa/ Unsplash.com
Surabaya -

Simak peristiwa menarik yang diperingati setiap tanggal 10 Oktober. Tanggal 10 Oktober pada tahun 2024 jatuh hari Kamis, sesuai kalender Masehi. Terdapat beberapa momen penting yang diperingati pada hari ini.

Meski di Indonesia tidak ada peringatan secara nasional, ada beberapa momen penting yang diperingati dalam skala internasional. Peringatan tersebut sedikitnya ada lima perayaan hari besar internasional 10 Oktober.

Hari Besar 10 Oktober

Hari Kesehatan Mental Sedunia, Hari Menentang Hukuman Mati Sedunia, Hari Tunawisma Sedunia, Hari Penglihatan Sedunia, dan Hari Kesadaran Kecelakaan Hewan Sedunia. Berikut rangkuman singkat dari beberapa peristiwa yang diperingati setiap 10 Oktober.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Hari Kesehatan Jiwa Sedunia

World Mental Health Day 10 Okt 2024World Mental Health Day 10 Okt 2024 Foto: https://www.mentalhealth.org.uk/

Hari Kesehatan Jiwa Sedunia atau World Mental Health Day diperingati setiap tanggal 10 Oktober. Ini adalah sebuah perayaan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat dunia tentang pentingnya kesehatan mental.

Mengutip laman World Federation for Mental Health, tema Hari Kesehatan Jiwa Sedunia 2024 adalah It is Time to Prioritize Mental Health in the Workplace, yang artinya Sudah waktunya untuk memprioritaskan kesehatan mental di tempat kerja.

ADVERTISEMENT

Tema ini diangkat untuk menyoroti pentingnya kesehatan mental di tempat kerja, dan bagaimana hal tersebut berdampak besar pada kesejahteraan karyawan. Tujuannya tentu agar perusahaan-perusahaan di dunia semakin memperhatikan kondisi mental karyawannya.

Hari Kesehatan Mental Sedunia pertama kali digagas World Federation for Mental Health (WFMH) yang dipimpin Wakil Sekretaris Jenderal Richard Hunter pada 1992. Tujuan utama peringatan ini untuk meningkatkan kesadaran global tentang pentingnya kesehatan mental dan menghapus stigma negatif tentang penyakit mental.

Kampanye Hari Kesehatan Mental Sedunia pertama kali dilakukan lewat siaran televisi internasional selama dua jam, yang berlangsung setelah tiga tahun pertama peresmiannya. Kampanye ini mendapat respons positif dari 27 negara.

2. Hari Menentang Hukuman Mati Sedunia

Poster Hari Anti-Hukuman Mati Sedunia 2024Poster Hari Anti-Hukuman Mati Sedunia 2024 Foto: World Coalition Against the Death Penalty (WCADP)

Hari Menentang Hukuman Mati Sedunia pertama kali diperingati pada tahun 2003 oleh World Coalition Against the Death Penalty (WCADP), sebuah koalisi global yang terdiri dari organisasi hak asasi manusia, serikat pekerja, pengacara, dan kelompok keagamaan.

Tujuan utamanya adalah untuk mendorong diskusi global tentang isu ini dan memperjuangkan penghapusan hukuman mati. Setiap tahun, peringatan ini mengangkat tema tertentu yang menyoroti berbagai aspek dari hukuman mati.

Seperti dampaknya terhadap kelompok rentan, ketidakadilan dalam sistem peradilan, serta hubungannya dengan hak asasi manusia. Tahun ini, mengutip dari situs World Coalition Against the Death Penalty, tema yang diusung adalah "The death penalty protects no one".

Meskipun banyak negara telah menghapus hukuman mati atau memberlakukan moratorium, hukuman ini masih dipraktikkan di sejumlah negara, terutama di Asia, Timur Tengah, dan Amerika Serikat.

Menurut laporan Amnesty International, pada 2022, terdapat sekitar 20 negara yang masih menerapkan hukuman mati, dengan eksekusi tertinggi terjadi di Iran, Arab Saudi, dan Tiongkok. Namun, angka eksekusi yang sebenarnya sulit diketahui karena kurangnya transparansi dari beberapa negara.

Ada banyak alasan mengapa hukuman mati dianggap tidak adil dan tidak manusiawi. Berikut sejumlah alasan yang dimaksud.

  • Hak Asasi Manusia: Hukuman mati melanggar hak paling dasar dari setiap individu, yaitu hak untuk hidup. PBB menegaskan bahwa tidak ada keadaan yang dapat membenarkan pengambilan nyawa secara sah oleh negara.
  • Kekeliruan Yudisial: Tidak ada sistem peradilan yang sempurna, dan kesalahan bisa terjadi. Banyak kasus menunjukkan bahwa individu yang tidak bersalah dihukum mati karena bukti yang salah, saksi yang tidak akurat, atau kesalahan dalam proses hukum.
  • Tidak Efektif Sebagai Pencegahan Kejahatan: Studi menunjukkan bahwa hukuman mati tidak memiliki efek signifikan dalam mengurangi tingkat kejahatan. Negara-negara yang menghapus hukuman mati tidak menunjukkan lonjakan dalam kejahatan berat.
  • Diskriminasi: Hukuman mati sering diterapkan secara diskriminatif terhadap kelompok minoritas, orang miskin, atau mereka yang tidak memiliki akses ke pembelaan hukum yang memadai. Di beberapa negara, hukuman mati cenderung lebih sering diberikan kepada kelompok masyarakat yang terpinggirkan.

3. Hari Tunawisma Sedunia

Ilustrasi Hari Tunawisma SeduniaIlustrasi Hari Tunawisma Sedunia Foto: Istimewa

Hari Tunawisma Sedunia lahir dari diskusi yang melibatkan para aktivis dan organisasi sosial dari berbagai negara. Pada konferensi tunawisma regional yang diadakan pada tahun 2010, ide untuk memperingati hari khusus ini sebagai sarana untuk memobilisasi masyarakat global dalam menangani tunawisma diusulkan dan diterima secara luas.

Sejak saat itu, peringatan ini diadopsi oleh berbagai negara di seluruh dunia, dengan kegiatan dan kampanye yang berbeda-beda, tetapi dengan tujuan yang sama mengakhiri tunawisma. Menurut laporan dari UN-Habitat, diperkirakan ada lebih dari 100 juta orang di seluruh dunia yang hidup dalam kondisi tunawisma.

Sementara lebih dari 1,6 miliar orang tidak memiliki akses ke perumahan yang memadai. Pandemi COVID-19 telah memperburuk situasi ini, di mana banyak orang kehilangan pekerjaan dan pendapatan, yang pada gilirannya membuat mereka kehilangan tempat tinggal.

Tunawisma adalah masalah sosial yang mempengaruhi jutaan orang di seluruh dunia. Mereka yang tunawisma tidak hanya kehilangan tempat tinggal, tetapi sering kali juga menghadapi masalah kesehatan fisik dan mental, kekurangan akses ke layanan dasar, dan diskriminasi.

Faktor penyebab tunawisma sangat kompleks dan bervariasi dari satu negara ke negara lain, tetapi beberapa penyebab utama meliputi kemiskinan, pengangguran, kekerasan dalam rumah tangga, gangguan mental, ketergantungan narkoba, dan kurangnya akses terhadap perumahan yang terjangkau.

4. Hari Penglihatan Sedunia

Sebagai komitmen pencegahan dan penanggulangan kasus kesehatan mata anak di Indonesia, VIO Optical Clinic menghadirkan kampanye Sebagai komitmen pencegahan dan penanggulangan kasus kesehatan mata anak di Indonesia, VIO Optical Clinic menghadirkan kampanye "PERMADANI" (Periksa Mata Dari Dini), Kamis (13/6/2024). Kampanye ini untuk meningkatkan kesadaran orang tua dan anak tentang kesehatan mata menjadi lebih berkualitas dalam penglihatan dan memiliki kehidupan yang lebih cerah di masa depan. Foto: Dok. VIO

Setiap tahun pada hari Kamis kedua bulan Oktober, dunia memperingati Hari Penglihatan Sedunia (World Sight Day). Hari ini diperingati untuk meningkatkan kesadaran global tentang pentingnya kesehatan mata dan penglihatan.

Pada 2024, peringatan jatuh pada tanggal 10 Oktober, dan menjadi momentum penting untuk menyoroti pentingnya pencegahan kebutaan dan gangguan penglihatan yang dapat dihindari. Hari Penglihatan Sedunia diprakarsai oleh International Agency for the Prevention of Blindness (IAPB) dan didukung oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Hari Penglihatan Sedunia pertama kali dirayakan pada tahun 2000, sebagai bagian dari kampanye global VISION 2020: The Right to Sight, yang diluncurkan WHO dan IAPB. Tujuan utama kampanye ini adalah mengurangi jumlah kebutaan yang bisa dicegah di seluruh dunia pada tahun 2020.

Meskipun VISION 2020 telah berakhir, upaya untuk mengatasi masalah kesehatan mata global tetap menjadi prioritas, dan Hari Penglihatan Sedunia terus menjadi sarana untuk memobilisasi aksi dan advokasi.

Menurut laporan WHO, sekitar 2,2 miliar orang di seluruh dunia mengalami gangguan penglihatan, dan 1 miliar dari kasus tersebut sebenarnya dapat dicegah atau diobati. Penyebab umum gangguan penglihatan termasuk katarak, glaukoma, kesalahan refraksi yang tidak dikoreksi (seperti rabun jauh atau rabun dekat), dan penyakit mata terkait usia seperti degenerasi makula.

Selain itu, kurangnya akses terhadap layanan perawatan mata yang berkualitas, terutama di negara berpenghasilan rendah dan menengah memperburuk kondisi ini. Orang yang mengalami gangguan penglihatan, terutama di negara-negara miskin, sering kali tidak memiliki akses ke pengobatan. Keterbatasan finansial, kurangnya informasi, serta jarak ke fasilitas perawatan kesehatan adalah beberapa hambatan yang dihadapi mereka yang memerlukan perawatan mata.

5. Hari Kesadaran Kecelakaan Hewan Sedunia

Setiap tahun, jutaan hewan menjadi korban kecelakaan lalu lintas di seluruh dunia. Baik hewan liar maupun hewan peliharaan sering kali terlibat dalam tabrakan kendaraan bermotor, yang tidak hanya menyebabkan kematian dan cedera bagi hewan, tetapi juga bisa menimbulkan bahaya bagi pengendara. Untuk meningkatkan kesadaran global tentang masalah ini, Hari Kesadaran Kecelakaan Hewan Sedunia (World Animal Road Accident Awareness Day) diperingati setiap tahun pada tanggal 10 Oktober. Peringatan ini bertujuan untuk mengurangi risiko kecelakaan yang melibatkan hewan, baik dengan meningkatkan edukasi tentang keselamatan berkendara maupun melalui penerapan kebijakan yang lebih baik dalam pengelolaan jalan dan lingkungan.

Menurut laporan dari Global Wildlife Conservation, diperkirakan jutaan hewan liar terbunuh setiap tahun di jalan raya, dan ini berkontribusi terhadap penurunan populasi banyak spesies, terutama yang sudah terancam punah. Di negara-negara tertentu, tabrakan hewan dapat merusak ekosistem lokal dan menyebabkan perubahan perilaku satwa liar, karena hewan-hewan belajar menghindari wilayah yang sering digunakan manusia.

Hari Kesadaran Kecelakaan Hewan Sedunia diinisiasi oleh berbagai organisasi kesejahteraan hewan dan kelompok lingkungan sebagai tanggapan terhadap tingginya jumlah kecelakaan hewan di jalan raya. Di banyak negara, khususnya di daerah pedesaan dan dekat habitat satwa liar, tabrakan dengan hewan seperti rusa, kijang, kanguru, anjing, atau kucing sangat umum terjadi. Selain itu, infrastruktur jalan yang memotong jalur migrasi satwa liar atau menghancurkan habitat mereka juga menjadi penyebab utama tingginya angka kecelakaan.

Nah itu dia detikers sederet peringatan penting dan poin-poin menariknya. Setiap momen memiliki fakta unik tersendiri yang sayang untuk dilewatkan.




(ihc/irb)


Hide Ads