Bulan Oktober diperingati sebagai Bulan Kesadaran Kanker Payudara Sedunia atau Breast Cancer Awareness Month. Selama satu bulan, momentum ini dijadikan ajang untuk mengajak masyarakat memberi perhatian terhadap kanker payudara.
Di Indonesia, kanker payudara menjadi salah satu kasus kanker terbanyak. Berdasarkan data dari Globocan 2020, jumlah kasus baru kanker payudara mencapai 68.858 (16,6 persen) dari total 396.914 kasus baru kanker di Indonesia.
Kemudian, jumlah kematian akibat kanker payudara bahkan dilaporkan telah mencapai lebih dari 22 ribu kasus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Oleh karena itu, Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan dari Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya Syuhrotut Taufiqoh mengajak masyarakat melakukan deteksi dini kanker payudara. Ia menekankan, deteksi dini ini sangat penting dilakukan.
Dirinya menjelaskan, ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk deteksi dini kanker payudara. Pertama, pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).
"SADARI adalah langkah pertama yang bisa dilakukan sendiri di rumah. Periksa payudara secara rutin untuk mencari benjolan, perubahan bentuk, atau perubahan warna kulit. Idealnya, lakukan ini setelah menstruasi setiap bulan atau pada tanggal yang sama setiap bulan jika sudah menopause," ujar Syuhrotut, Rabu (9/10/2024).
Kedua, masyarakat bisa melakukan pemeriksaan klinis payudara (SADANIS). Pemeriksaan ini dilakukan oleh dokter atau tenaga medis terlatih. Tujuannya, untuk mendeteksi apakah ada benjolan atau perubahan lainnya yang mungkin mengindikasikan kanker payudara.
Selanjutnya, ada pula metode mamografi, yakni metode pencitraan yang menggunakan sinar-X untuk memeriksa payudara. Melalui mamografi, benjolan atau perubahan kecil sebelum dapat dirasakan secara fisik dapat terdeteksi.
"Untuk wanita dengan risiko rata-rata, disarankan melakukan mamografi mulai usia 40 tahun, meskipun frekuensi dan usia dapat bervariasi tergantung pada rekomendasi medis dan faktor risiko pribadi," terang Syuhrotut.
Syuhrotut juga mengatakan, selain mamografi, ada metode lain yang kerap menjadi pelengkap yaitu ultrasonografi payudara. Ultrasonografi payudara merupakan metode pencitraan yang menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambar payudara.
"Ultrasonografi sering digunakan sebagai pelengkap mamografi, terutama untuk menilai benjolan yang ditemukan," katanya.
Metode lain yang juga bisa dipilih masyarakat adalah MRI Payudara. Metode ini biasanya digunakan untuk wanita dengan risiko tinggi kanker payudara atau untuk mengevaluasi hasil mamografi dan ultrasonografi.
"MRI payudara ini menggunakan medan magnet dan gelombang radio untuk membuat gambar rinci dari payudara," tutur Syahrorut.
Terakhir, ada metode biopsi. Jika ada kecurigaan ditemukannya kanker setelah pemeriksaan dan pencitraan, biopsi mungkin diperlukan. Dalam biopsi ini sampel jaringan diambil dari payudara dan diperiksa di laboratorium untuk memastikan adanya sel kanker dalam tubuh.
Melalui berbagai langkah deteksi dini hingga pemeriksaan tersebut diharapkan dapat menyelamatkan nyawa dari ancaman kematian akibat kanker payudara.
(ihc/hil)