Kanker payudara menduduki urutan kedua terbanyak kasus kanker di seluruh dunia dengan perkiraan 2,3 juta kasus baru pada tahun 2022. RS dr Saiful Anwar (RSSA) mengajak masyarakat untuk lebih waspada dengan melakukan deteksi dini.
Dokter spesialis bedah plastik RSSA Dr. dr. Herman Yosef Limpat Wihastyoko, Sp.BP-RE.,Subsp.KM (K) menjelaskan bahwa banyak masyarakat masih awam dengan tindakan rekonstruksi sehingga perlu adanya edukasi secara terus menerus.
"Rekonstruksi yang dilakukan lebih awal itu lebih bagus. Masyarakat kita masih sangat awam sehingga perlu edukasi yang terus menerus. Bahwa ketika ketika ia terkena kanker payudara, semakin dini stadiumnya, semakin harus lebih cepat dilakukan tindakan dan kemudian dilanjutkan dengan rekonstruksinya," kata Herman kepada wartawan di RSSA, Senin (30/9/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Herman menjelaskan penanganan dinilai terlambat, kebanyakan karena masyarakat malu untuk memeriksakan gejala kanker payudara yang dialami.
"Jadi ketika kita menemukan yang aneh, kemudian diagnosanya pasti, semakin mudah dilakukan rekonstruksinya. Dan kualitas hidup, kepercayaan diri dan masalah-masalah lainnya dapat diatasi. Rekonstruksi itu bukan sesuatu yang menakutkan," tuturnya.
Sementara Prof. Sinikka Suominen, MD., Ph.D dari University of Helsinki Finlandia menyampaikan, bagaimana teknik operatif tata laksana rekonstruksi payudara yang selama ini dilakukan di Finlandia selama kurang lebih 40 tahun.
"Kebanyakan stadium 3, itu parah. Ada yang stadium 4 yang kemudian sudah menyebar. Kalau misal dia datang dengan stadium 1 atau 2, rekonstruksinya akan lebih bagus. Bisa dikembalikan ke bentuk semula," katanya terpisah.
RSSA sendiri telah beberapa kali menangani konstruksi kanker payudara. Herman menyebut dalam sebulan sempat dilakukan satu kali penanganan. Rata-rata, jumlah pasien yang ditangani telah berada di stadium 3-4.
Tak hanya itu, keberhasilan rekonstruksi kanker payudara di RSSA telah ditunjang dengan teknologi yang semakin canggih. Tak heran jika tingkat keberhasilannya pun mencapai 90 persen.
"Ilmu Bedah Plastik bukan hanya untuk kecantikan, banyak sekali tindakan bedah plastik yang merupakan tindakan rekonstruksi yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup seseorang," ucap Wadir Pendidikan dan Pengembangan Mutu Pelayanan RSSA Dr. dr. Fauzan Adima, M.Kes, FISQua.
Insert foto - RSSA Gelar Grand Lecture, Live Surgery Dan Workshop Cadaveric, Komitmen Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik FKUB-RSSA Dalam Meningkatkan Pengetahuan Tentang Rekonstruksi Payudara
(abq/iwd)