Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya buka suara soal kasus siswi SMPN jadi korban pemerkosaan hingga direkam temannya. Pihaknya telah melakukan pendampingan terhadap korban dan berkoordinasi dengan sekolah terkait.
"Pendampingan sudah (dilakukan) bersama dengan DP3APPKB Surabaya untuk psikologis anak. Kemudian di sekolah sudah dilakukan pertemuan dengan kepala sekolah dan membangun sistem antisipasi," ujar Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya Ir Yusuf Masruh saat dihubungi detikJatim, Senin (7/10/2024).
Yusuf menjelaskan sistem antisipasi tersebut akan dibangun pihak sekolah dengan membangun empati serta mendampingi perubahan psikologis yang terjadi pada anak dalam masa pertumbuhannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi perkembangan empati, fisik, dan psikologi anak itu setiap hari harus dilihat. Baik selama di kelas maupun saat jam istirahat. Guru bisa berkeliling sambil melakukan pengawasan (pada tumbuh kembang anak)," jelasnya.
Pengawasan terhadap anak ini menjadi hal yang penting sebagai salah satu langkah upaya mewujudkan sekolah yang inklusif dan ramah anak.
"Termasuk kebijakan Sekolah Ramah Anak. Adanya pengawasan bukan berarti curiga, namun mewujudkan agar komunikasi yang ramah anak di lingkungan sekolah dapat terwujud," tuturnya.
Dia mengajak orang tua dan masyarakat untuk turut memberikan perhatian dan mendampingi anak selama berada di lingkup keluarga maupun lingkungan sekitar.
"Pilar pendidikan ini kan ada orang tua atau keluarga, sekolah, dan lingkungan. Semua harus bersinergi terus untuk kebaikan anak," tandasnya.
Sebelumnya seorang siswi SMPN di Surabaya melapor jadi korban pemerkosaan. Pelakunya tak lain temannya sendiri. Kasus itu pun tengah didalami polisi.
Kasus ini kini ditangani Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polrestabes Surabaya. Kasi Humas Polrestabes Surabaya AKP Haryoko Widhi membenarkan terkait laporan tersebut.
"Sudah ditangani, sudah masuk ke tahap penyidikan," kata Haryoko kepada detikJatim.
(dpe/fat)