Perjalanan Kehidupan Romo Benny hingga Akhir Hayat

Round-Up

Perjalanan Kehidupan Romo Benny hingga Akhir Hayat

Amir Baihaqi - detikJatim
Minggu, 06 Okt 2024 08:31 WIB
Jenazah Romo Benny Susetyo tiba di rumah duka Gedung Anggrek yayasan Gotong Royong, Kota Malang
Jenazah Romo Benny Susetyo di rumah duka Gedung Anggrek yayasan Gotong Royong, Kota Malang (Foto: M Bagus Ibrahim/detikJatim)
Malang -

Staf Khusus Dewan Pengarahan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Benny Susetyo atau dikenal dengan Romo Benny meninggal dunia. Rencananya jenazah Romo Benny akan disemayamkan dan dimakamkan di Malang.

Romo Benny meninggal dunia di RS Mitra Medika Pontianak pada Sabtu (5/10/2024) pukul 00.15 WIB. Romo Benny menutup usia di umur 55 tahun.

Berdasarkan informasi yang dihimpun detikJatim, pada pukul 10.15 WIB jenazah Romo Benny masih berada di Pontianak. Setelah itu, jenazah akan diberangkatkan menuju Surabaya menggunakan pesawat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jenazah Romo Benny Susetyo tiba di rumah duka Gedung Anggrek yayasan Gotong Royong, Kota Malang tiba di lokasi pukul 16.38 WIB. Terlihat jenazah Romo Benny dibawa menggunakan mobil ambulans dengan pengawalan dari pihak kepolisian.

Tampak juga dua mobil pribadi berwarna hitam yang berisi keluarga dari Romo Benny. Kedatangan dari jenazah Romo Benny ke tempat persemayaman terlambat dari rencana awal. Di mana rencana awal diperkirakan jenazah tiba pada Sabtu (5/10/2024) pukul 15.00 WIB.

ADVERTISEMENT

Pada Minggu (6/10) petang pukul 18.00 akan ada doa arwah di Rumah Duka. Sementara misa requiem dan pelepasan akan dilakukan pada Senin (7/10/2024) pukul 08.00 Di Gereja Katolik St. Albertus de Trapani - Blimbing, Malang.

Kakak nomor 3 Romo Benny, Julius Budi Susetyo mengatakan bahwa jenazah Romo Benny akan disemayamkan di rumah duka Gedung Anggrek Yayasan Gotong Royong, Kota Malang. Kemudian, jenazah akan dimakamkan di TPU Sukun, Kota Malang pada Senin (7/10).

"Rencana dimakamkan hari Senin (7/10) di TPU Sukun sekitar jam 11 setelah ada misa di Gereja Blimbing, Kota Malang. Hari Sabtu (5/10) dan Minggu (6/10) setiap petang pukul 18.00 WIB akan ada doa arwah di rumah duka," ujar Budi saat ditemui wartawan, Sabtu (5/10).

Budi Susetyo menambahkan, Jumat (4/10) Romo Benny tengah menghadiri seminar sebagai perwakilan BPIP di Pontianak.

"Hari Jumat ada seminar dari pagi sampai sore, setelah itu dia merasa kurang enak badan, masuk angin minta diantar refleksi karena senangnya romo pijat, setelah refleksi pulang ke hotel tidur," ujar Budi.

"Cerita dari stafnya sekitar pukul 23.16 WIB miscall stafnya, setelah itu direject, kemudian ditelepon balik gak bisa, akhirnya diketok kamar hotelnya tidak ada jawaban, karena staf pegang kuncinya, jadi bisa buka, setelah itu melihat romo tergeletak di kamar, setelah itu memanggil petugas dan dilarikan ke RS," imbuhnya.

Budi menambahkan saat dibangunkan, Romo Benny sudah tidak sadarkan diri hingga akhirnya dibawa menuju ke RS Mitra Medika, Pontianak. Romo Benny dinyatakan meninggal dunia yang menurut keluarganya di usia 56 tahun di RS Mitra Medika pada Sabtu (5/10) pukul 00.15 WIB.

Romo Benny lahir di Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur, 10 Oktober 1968. Rohaniawan Katolik Indonesia ini adalah alumni Pascasarjana STFT (Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi) Widya Sasana Malang tahun 1996. Romo Benny lalu melanjutkan pendidikan doktor Ilmu Komunikasi dari Universitas Sahid Jakarta tahun 2022.

Romo Benny mengawali karir di Gereja Katolik sebagai pastor pembantu di Gereja Katolik Situbondo. Ia lalu menjabat sebagai Sekretaris Eksekutif Komisi Hubungan Agama dan Kepercayaan di Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) pada tahun 2008.

Sebagai Staf Khusus Dewan Pengarah BPIP, Ia aktif menjalin hubungan lintas agama dan kepercayaan serta membangun dialog demi terciptanya toleransi dan kerukunan Indonesia. Romo Benny dikenal sebagai pribadi yang memegang teguh landasan etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, ia memegang peranan penting dalam pengembangan dan ideologi Pancasila.

Romo Benny kerapkali menuangkan pemikiran-pemikirannya dengan bentuk tulisan. Ia beberapa kali menulis buku di antaranya, Hancurnya Etika Politik dan Membuka Mata Hati Indonesia. Buku itu menjadi cerminan perjuangan Romo Benny dalam memerangi kerusakan moral masyarakat guna merenungkan kembali nilai-nilai kebangsaan.




(abq/iwd)


Hide Ads