Informasi dalam artikel ini tidak ditujukan untuk menginspirasi kepada siapapun untuk melakukan tindakan serupa. Bagi Anda pembaca yang merasakan gejala depresi dengan kecenderungan berupa pemikiran untuk bunuh diri, segera konsultasikan persoalan Anda ke pihak-pihak yang dapat membantu seperti psikolog, psikiater, ataupun klinik kesehatan mental.
SN, Mahasiswa Universitas Ciputra (UC) Surabaya mengakhiri hidupnya dengan melompat dari lantai 22 gedung kampusnya di Sambikerep, Surabaya. Sebelumnya, mahasiiswa 20 tahun itu sempat mengirim pesan terakhir kepada sahabatnya.
Dari pesan tersebut dan pemeriksaan sejumlah saksi, polisi lalu menyimpulkan korban tewas karena bunuh diri. Adapun dugaan pemicunya soal asmara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Psikolog Praktisi Perlindungan Perempuan dan Anak Jatim, Riza Wahyuni menyebut fenomena suicide memang mengalami peningkatan akhir-akhir ini. Mirisnya, korbannya didominasi di usia produktif yakni remaja hingga dewasa awal.
"Berkaitan dengan kesehatan mental seseorang, sebenarnya bisa terdeteksi ketika seseorang mengalami kejadian-kejadian tidak nyaman pada kehidupannya," ujar Riza Wahyuni kepada detikJatim, Kamis (19/9/2024).
"Ada pengalaman tidak menyenangkan, abai, misalnya tentang kebencanaan, keluarga atau akademik, kekerasan itu yang menyebabkan mengalami mental health," imbuhnya.
Ia menyebut, jika seseorang mulai gelisah, sulit konsentrasi, mengalami penurunan produktivitas, kecemasan tinggi hingga memiliki ide untuk menyakiti diri sendiri.
Maka artinya, seseorang itu sedang dalam kondisi mental yang tidak baik-baik. meski demikian banyak faktor yang menyebabkan seseorang mengalami kondisi tersebut.
"Ketika kita merasa kecewa, sedih, mengalami kondisi sedih, ketakutan akibat kejadian tidak menyenangkan artinya itu normal. Tetapi kalau kondisi itu terus berlangsung lebih dari 2 minggu sampai mengganggu aktivitas kita, artinya kita membutuhkan orang lain untuk membantu," jelasnya.
Sebab, gangguan mental pada seseorang membutuhkan seseorang profesional. Tidak bisa ketika dibiarkan terus menerus. Minimal, hal dasar yang harus dilakukan adalah pertolongan pertama, seperti melakukan dukungan emosional.
"Itu bukan konseling, tidak harus dilakukan profesional. Pertama, look (lihat) bagaimana kondisinya, fisiknya, sedih berkepanjangan, gangguan mental. Maka bawalah ke IGD. Kedua, Listen (dengarkan) apa yang menjadi keluhan, biarkan mereka bercerita tanpa menyela. Bahkan ada yang datang cuman butuh nangis, biarkan menangis dan meluapkan semua emosinya," terangnya.
Lebih lanjut, langkah berikutnya adalah rujuk. Jika memang dalam kondisi tertentu, rujuk pada profesional seperti Psikolog, Psikiater terdekat. Apalagi, kata dia, banyak sekali sekarang Psikolog, Psikiater di Rumah Sakit serta banyak pula Psikolog yang membuka praktek pribadi.
"Sehingga, melalui 3 pendekatan itu, seseorang yang sedang mengalami gangguan mental (bermasalah) bisa diselesaikan. Peran orang-orang terdekat untuk mengetahui kondisi seseorang juga termasuk bagian penting untuk mencegahnya," pungkas dia.
(abq/iwd)