PDIP Surabaya Bangga Megawati Raih Gelar Profesor Kehormatan di Uzbekistan

PDIP Surabaya Bangga Megawati Raih Gelar Profesor Kehormatan di Uzbekistan

Deny Prastyo - detikJatim
Minggu, 22 Sep 2024 22:45 WIB
Megawati Soekarnoputri menerima gelar Profesor Kehormatan dari Universitas Silk Road Internasional Uzbekistan.
Megawati Soekarnoputri menerima gelar Profesor Kehormatan dari Universitas Silk Road Internasional Uzbekistan. (Foto: Istimewa)
Surabaya -

Presiden Kelima Republik Indonesia Megawati Soekarnoputri kembali mendapat pengakuan global atas kiprahnya. Ketum PDIP itu menerima gelar Profesor Kehormatan dari Universitas Silk Road Internasional di Samarkand, Uzbekistan.

Megawati dianugerahi gelar Profesor Kehormatan di Bidang Pariwisata Budaya Berkelanjutan (Sustainable Cultural Tourism) yang diserahkan langsung oleh Rektor Universitas Silk Road Internasional sekaligus Menteri Pariwisata dan Warisan Budaya Republik Uzbekistan, Aziz Abduhakimov.

Dalam kesempatan itu, Megawati juga sempat menyampaikan pidato ilmiah bertema 'Jalan Kebudayaan dan Titik Temu Peradaban' di hadapan sivitas akademika Universitas Silk Road Internasional.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tercatat ini merupakan gelar profesor kehormatan ketiga yang dianugerahkan kepada Megawati setelah sebelumnya menerima gelar serupa dari Seoul Institute of The Arts (SIA), Korea Selatan pada 2022, dan dari Universitas Pertahanan (Unhan) pada 2021.

Ketua DPC PDI Perjungan Kota Surabaya Adi Sutarwijono menyampaikan bahwa keluarga besar PDIP Surabaya menyampaikan selamat dan turut berbangga dengan pencapaian Megawati itu.

ADVERTISEMENT

"Selamat kepada Ibu Megawati atas penganugerahan profesor kehormatan. Kami bangga dan terinspirasi dengan kiprah Ibu Megawati yang terus berkontribusi bagi demokrasi, kebudayaan, dan kehidupan sosial-kemasyarakatan di tanah air dan dunia," ujar Adi, Minggu (22/9/2024).

Adi mengatakan perjalanan Megawati ke Samarkand, Uzbekistan, untuk menerima penganugerahan gelar profesor kehormatan sekaligus berziarah ke makam Imam Bukhari menunjukkan bagaimana Megawati sangat memahami dan menghargai upaya-upaya mewujudkan peradaban dunia yang lebih baik.

Megawati, kata Adi, telah mencetuskan pemikiran tentang pentingnya jalan kebudayaan di tengah kebuntuan hukum internasional akibat berbagai konflik geopolitik dunia dewasa ini.

"Ibu Megawati meyakini bahwa jalan kebudayaan sebagai jembatan dialog yang tepat antar bangsa demi terwujudnya perdamaian dunia dan peradaban dunia yang lebih baik," jelas Adi.

Megawati, kata Adi, dalam pidato ilmiahnya juga menyinggung soal Jalur Sutra yang merupakan jejak sejarah peradaban dunia yang sangat berpengaruh dalam membentuk dunia modern di masa kini.

"Ibu Megawati menyebut jalur sutera bukan sekadar mata rantai perdagangan tetapi juga visi dan daya kepeloporan untuk membangun peradaban dunia," jelas Adi.

Dalam sejarah, Jalur Sutra dikenal sebagai rute perdagangan global pertama yang menjangkau begitu banyak kawasan dunia dan menjadi bagian peradaban yang mengembangkan perdagangan, seni, keagamaan, budaya, ide, dan teknologi.

"Uzbekistan, negara yang dikunjungi Ibu Megawati sekaligus tempat di mana beliau menerima gelar profesor kehormatan, adalah salah satu pusat utama Jalur Sutra ribuan tahun lalu," ujarnya.

Di Uzbekistan, Megawati juga berziarah ke makam Imam Bukhari yang kitabnya dikenal luas di Indonesia dan seluruh dunia serta menjadi rujukan utama soal hadis. Makamnya terletak di Samarkand, sebuah kota yang sangat tua di Asia Tengah, kini masuk wilayah Uzbekistan.

Indonesia mendapat tempat tersendiri di hati masyarakat Samarkand dan Uzbekistan secara umum, karena peran Presiden Sukarno dalam menemukan makam itu.

Berdasarkan sejumlah literatur sejarah, saat akan berkunjung ke Uni Sovyet saat itu, Bung Karno memberi syarat kepada pemimpin Uni Sovyet agar makam Imam Bukhari 'ditemukan', kemudian ditindaklanjuti dengan pencarian hingga ditemukanlah di Samarkand, yang saat itu masih menjadi bagian Uni Sovyet.

Setelah dorongan Bung Karno itu makam Imam Bukhari diberi atensi, dari dulunya relatif tidak terawat lalu diperbaiki secara berkelanjutan. Hingga kini menjadi kompleks yang lebih representatif dengan masjid berkapasitas ribuan jamaah, museum, hingga pusat kajian hadis.

"Rentetan sejarah ini menunjukkan bagaimana Bung Karno mampu memainkan peran penting dalam peradaban dunia melalui jalan kebudayaan," ujar Adi.




(dpe/iwd)


Hide Ads