Pabrik Ini Bukti Jawa Pernah Jadi Eksportir Gula Terbesar Kedua Dunia

Urban Legend

Pabrik Ini Bukti Jawa Pernah Jadi Eksportir Gula Terbesar Kedua Dunia

Aprilia Devi - detikJatim
Kamis, 12 Sep 2024 13:01 WIB
Jejak sejarah pabrik gula Bagong di Jalan Sumatera Surabaya. Bukti Surabaya pernah menjadi eksportir terbesar kedua di dunia.
Pabril gula Bagong di Jalan Sumatera Surabaya. Bukti Surabaya pernah jadi eksportir gula terbesar kedua di dunia. (Foto: Aprilia Devi/detikJatim)
Surabaya -

Pulau Jawa pernah menjadi eksportir gula terbesar kedua di dunia setelah Kuba, tepatnya pada 1870 hingga abad ke-19. Pada periode itu banyak berdiri pabrik gula di wilayah Jawa, termasuk di Surabaya. Pabrik gula itu dibangun di sekitar perkebunan tebu yang terhampar luas.

Dari catatan sejarah ada sejumlah pabrik gula yang terletak di Surabaya. Seperti pabrik gula Ketabang di sekitar Balai Kota, pabrik gula Darmo yang kini jadi Masjid Al Falah, hingga pabrik gula Bagong yang jejaknya masih tersisa di Jalan Sumatra, Surabaya.

"Salah satu yang catatan sejarahnya jelas itu Pabrik Gula Bagong. Didirikan oleh Notto Di Poero setelah mendapatkan konsesi pada 27 Februari 1832," ujar pegiat sejarah dari Begandring Soerabaia, Kuncarsono Prasetyo kepada detikJatim, Kamis (12/9/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pabrik gula Bagong yang menjadi satu-satunya pabrik gula milik pribumi kala itu berdiri di atas tanah negara yang dijual Thomas Standford Raffles. Lokasinya berdekatan dengan sungai yang ada di sana.

"Pabrik gula Bagong termasuk besar. Dulu area itu dekat perkebunan tebu Darmo dan daerah Gubeng, Kertajaya. Kelasnya sudah termasuk industri dan hasilnya diekspor ke berbagai wilayah," jelas Kuncar.

ADVERTISEMENT
Jejak sejarah pabrik gula Bagong di Jalan Sumatera Surabaya. Bukti Surabaya pernah menjadi eksportir terbesar kedua di dunia.Jejak sejarah pabrik gula Bagong di Jalan Sumatera Surabaya. Bukti Surabaya pernah menjadi eksportir gula terbesar kedua di dunia. (Foto: Aprilia Devi/detikJatim)

Kuncar juga mengungkapkan apa yang menyebabkan Pulau Jawa mampu menjadi eksportir gula dengan skala besar kala itu. Yakni karena adanya kebijakan tanam paksa.

"Kisahnya tahun 1935 itu kan pemerintah mewajibkan tanam paksa untuk kebutuhan industri. Salah satu yang dipaksa ditanam adalah tebu, sehingga pabrik gula produksinya jadi besar-besar," ungkapnya.

Bahkan bermunculan pula pabrik gula berskala kecil hingga menengah yang digerakkan masyarakat. Namun seiring perkembangannya, termasuk karena munculnya wilayah perumahan, pabrik gula itu banyak yang tutup. Begitupun dengan pabrik gula Bagong.

"Sejak dibangun kompleks perumahan sekitar tahun 1926 pabrik gula Bagong tutup. Perumahan itu dibangun di atas perkebunan tebu yang mengitari pabrik gula daerah Gubeng," pungkas Kuncar.

Kini pabrik gula di kawasan Surabaya hanya menjadi arsip sejarah. Beberapa pabrik gula telah dialihfungsikan. Ada pula yang kondisinya terbengkalai seperti pabrik gula Bagong di Jalan Sumatra.




(dpe/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads