RSU dr Soetomo Surabaya telah melakukan 124 operasi pemisahan kembar siam. Namun, hanya 26 kembar siam atau 52 anak berhasil dipisahkan dan sama-sama selamat atau survive. Sedangkan yang hanya bertahan hidup satu bayi kembar saja berjumlah 98 anak.
Salah satu tim dokter kembar siam RSU dr Soetomo dr Wurry Ayuningtyas SpA mengatakan, hingga kini sudah ada 124 bayi kembar siam yang ditangani. Namun tidak semua bayi kembar siam selamat keduanya saat operasi pemisahan.
"Dari data yang saya punya, 26 kasus yang kedua (Bayi kembar siam)nya hidup," kata dr Wurry, Senin (2/9/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Artinya, ada 98 bayi kembar siam gagal hidup dua-duanya atau hanya mampu hidup salah satunya.
Dia mencontohkan operasi pemisahan kembar siam dempet pantat asal Tulungagung berjalan lancar. Namun satu bayi nyawanya tidak bisa diselamatkan karena mengalami kelainan organ secara kompleks.
Ia menjelaskan, kondisi salah satu bayi asal Tulungagung menurun saat dirawat di RSUD dr Iskak. Itu lantaran kondisi jantung melemah dan napasnya tidak kuat. Lalu diputuskan dirujuk ke RSU dr Soetomo.
"Pada saat datang itu, pasien ini sebelumnya sudah dikonsultasikan ke kita usai 3 bulan. Sebenarnya dari lahir sudah dikonsultasikan kita. Lalu kami follow up. Biasanya pemisahan ini kalau kondisinya stabil pasti menunggu dengan berat badan yang cukup dan usia cukup," jelasnya.
"Lalu dilakukan separasi darurat emergency tanggal 16 Agustus 2024. Di sini (RSU dr Soetomo) dirawat cuman 2 hari. Darurat karena kondisi salah satu bayinya menurun. Pada saat operasi, bayi yang kondisinya menurun itu dilakukan pijat jantung," tambahnya.
Setelah berhasil memisahkan bayi dempet pantat asal Tulungagung, Arselo dan Arsenio, RSU dr Soetomo Surabaya melakukan tindakan operasi pemisahan.
Sementara saat ini, RSU dr Soetomo merawat kembar siam asal Caruban, Madiun. Saat ini bayi masih berusia 4 bulan. Bayi kembar siam yang ke-125 mengalami dempet pantat atau pygopagus.
"Kasus lain yang masih menunggu operasi adalah kembar siam (KS) asal Caruban, KS 125," kata Dirut RSU dr Soetomo Prof dr Cita Rosita Sigit Prakoeswa SpKK (K).
(esw/fat)