Tolong, Gadis Yatim Piatu di Kota Mojokerto Idap Kanker Uterus

Tolong, Gadis Yatim Piatu di Kota Mojokerto Idap Kanker Uterus

Enggran Eko Budianto - detikJatim
Jumat, 30 Agu 2024 06:30 WIB
Gadis pengidap kanker di Mojokerto
Oktavia Dwi Rahmadani tergolek lemah karena mengidap kanker uterus (Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim)
Mojokerto -

Kondisi Oktavia Dwi Rahmadani (18) betul-betul memprihatinkan. Gadis yatim piatu di Kota Mojokerto ini tergolek tak berdaya karena kanker uterus yang terus menggerogoti tubuhnya.

Oktavia merupakan anak kedua dari 2 bersaudara pasangan Riyono Sentot dan Sumirah. Ia menjadi yatim piatu setelah ayahnya meninggal tahun 2014, disusul ibunya tahun 2015. Praktis dia diasuh kakak kandungnya, Septi Kustanti (32).

Mereka kini tinggal di rumah sederhana di Lingkungan Kuwung, RT 02 RW 03, Kelurahan Meri, Kranggan, Kota Mojokerto. Di rumah ini, hanya ada Oktavia, Septi, serta 2 anak Septi. Sebab Septi menjanda sejak Oktober 2023.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tubuh Oktavia sangat kurus hingga nyaris tinggal kulit dan tulang. Ia hanya tergolek lemas di atas kasur tempat tidurnya. Benjolan di perutnya akibat kanker uterus kian membesar. Bicaranya pun semakin kurang jelas. Penyakitnya ini membuatnya terpaksa putus sekolah.

"Tahun kemarin putus sekolah, kelas 1 SMK. Saya minta berhenti, saya bilang ke sekolah kalau tak ada biaya. Juga karena dia sering pingsan di sekolah," kata Septi kepada wartawan di rumahnya, Kamis (29/8/2024).

ADVERTISEMENT

Kanker uterus pada perut Oktavia sejatinya diketahui sejak 2022. Ia menemukan benjolan kecil di perutnya saat menjajal seragam SMK barunya. Sang kakak pun memeriksakannya ke RSPAL dr Ramelan, Surabaya. Benar saja, dokter mendiagnosanya terjangkit kanker uterus.

"Waktu itu disuruh USG. Namun, saya terkendala biaya transportasi karena harus wira-wiri. Anak saya waktu itu juga masih bayi usia 2 bulan," terang Septi.

Janda 2 anak ini bekerja di kios minuman di Skywalk Alun-alun Wiraraja, Kota Mojokerto. Upahnya hanya Rp 35.000/hari. Sejak saat itu, kata Septi, Oktavia belum tersentuh pengobatan sama sekali. Karena ia mengamati adiknya makan seperti biasa, badannya tetap gemuk, serta terlihat sehat.

Kanker mulai mengganas sekitar April 2024 karena tubuh Oktavia semakin kurus. Puncaknya awal Agustus lalu, kondisinya benar-benar memburuk sampai lumpuh. Saat itu lah Septi melarikan adiknya ke RUSD dr Wahidin Sudiro Husodo, Kota Mojokerto menggunakan KIS. Oktavia diizinkan pulang setelah mendapatkan transfusi 5 kantong darah dan diopname sekitar 4 hari.

"Dua hari di rumah, mata dan kakinya bengkak semua. Saya kembalikan opname lagi 4 harian, diobati supaya tidak bengkak. Kata dokter bengkak karena penyakitnya yang sudah menjalar sehingga susah diobati," ungkapnya.

Kini, Septi hanya bisa menyesal karena tak segera mengobatkan adiknya. Terlebih dokter menyatakan kanker uterus terlanjur menggerogoti tubuh Oktavia. Namun, ia enggan patah semangat. Didukung kerabat dan teman-temannya, ia berencana membawa adiknya ke RSUD dr Soetomo, Surabaya.

"Harapannya bisa dioperasi diambil benjolannya di Surabaya. Saya minta dikawal (oleh Pemkot Mojokerto) sampai dia dapat penanganan di Surabaya. Yang jelas, saya tidak menyalahkan siapa pun," tandasnya.




(abq/iwd)


Hide Ads