Sebanyak 533 sensor seismograf disiagakan untuk mendeteksi jalur megathrust. Hal itu diungkapkan BMKG untuk mendeteksi terjadinya guncangan.
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Prof Dwikorita Karnawati menjelaskan sensor itu tersebar mulai dari ujung barat Sumatra, selatan Jawa, hingga masuk ke Laut Banda.
"Semuanya disiapkan menghadap paralel megathrust. Diharapkan dengan sensor ini saat terjadi gempa segera diketahui secara otomatis berapa magnitudo-nya, posisi di mana, kedalamannya, hingga ada potensi tsunami atau tidak," ujar Dwikorita dalam webinar Waspada Gempa Megathrust bersama ITS, Selasa (20/8/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jumlah sensor seismograf yang telah tersebar di seluruh penjuru Indonesia dengan mengikuti jalur megathrust ini mengalami peningkatan signifikan dari sebelumnya.
"Di tahun 2004 saat terjadi gempa dan tsunami Aceh hanya ada 20 sensor seismograf. Sehingga kita kemudian belajar untuk menyiapkan lebih banyak lagi," kata Dwikorita.
Dwikorita menjelaskan bahwa dengan menyebar sensor di sepanjang jalur megathrust jadi salah satu wujud peran BMKG di bagian hulu untuk mendeteksi terjadinya guncangan.
"Informasi dini ini perlu disampaikan, zero victims (nol korban) adalah targetnya. Setelah itu pada tahap evakuasi dan menyelamatkan masyarakat akan dilakukan oleh Pemda. Saat bencana terjadi, panglima masyarakat adalah BNPB dan BPBD di daerah serta pihak-pihak terkait," jelasnya.
Diketahui bahwa megathrust adalah sumber gempa subduksi lempeng. Ada dua bidang kontak antara dua lempeng tektonik di kedalaman dangkal kurang dari 50 km.
Megathrust dapat dianalogikan sebagai patahan dengan dorongan naik yang besar karena mampu mengakumulasi energi medan tegangan gempa kuat yang menimbulkan rekahan panjang dan bidang pergeseran yang luas.
Saat megathrust terjadi, dapat memicu gempa dengan tingkat desatruktif yang cukup tinggi hingga bisa menyebabkan tsunami.
Namun masyarakat tak perlu panik sebab BMKG telah melakukan serangkaian mitigasi mulai dari menyiapkan sistem deteksi dini, mengadakan sekolah lapang gempa bumi dan tsunami, hingga melakukan sosialisasi kepada masyarakat.
Dwikorita mengimbau agar masyarakat tidak perlu panik. Sebab informasi potensi gempa dan tsunami merupakan upaya persiapan untuk mencegah risiko kerugian sosial, ekonomi, dan korban jiwa saat bencana terjadi.
"Informasi potensi gempa megathrust bukanlah prediksi atau peringatan dini, sehingga jangan dimaknai secara keliru, seolah akan terjadi dalam waktu dekat, padahal tidak demikian. Masyarakat diimbau untuk tetap beraktivitas seperti biasa," imbaunya.
BMKG memetakan 13 sumber gempa zona megathrust di Indonesia. Di antaranya:
1. Megathrust Aceh-Andaman M9,2
2. Megathrust Nias-Simeulue M8,7
3. Megathrust Batu M7,8
4. Megathrust Mentawai-Siberut M8,9
5. Megathrust Mentawai-Pagai 8,9
6. Megathrust Enggano M8,4
7. Megathrust Selat Sunda - Banten M8,7
8. Megathrust Jabar - Jateng M8,7
9. Megathrust Jawa Timur M8,7
10. Megathrust Sumbe M8,5
11. Megathrust Sulawesi Utara M8,5
12. Megathrust Lempeng Laut Filipina M8,2
13. Megathrust Utara Papua M8,7
(dpe/fat)