Operasi pemisahan bayi kembar siam laki-laki dempet pantat atau pygopagus berusia 3 bulan asal Tulungagung telah berhasil. Sayangnya, salah satu bayi kembar itu meninggal.
Ortu bayi kembar siam yang diberi nama Arselo dan Arsenio itu menceritakan awal mula mereka tahu kedua anak mereka itu kembar siam. Mereka baru mengetahui itu saat keduanya lahir.
Adalah Yoga Aska (23) dan istrinya Yeni Dwi (26), pasangan suami istri warga Kepatihan, Tulungagung, ayah ibu Arsenio dan Arselo. Sejak awal kehamilan mereka tahu bayinya kembar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yeni Dwi menceritakan kedua putranya lahir pada 17 April 2024 dengan berat 52 kg. Selama mengandung janin kembar, Yeni melakukan ultrasonografi (USG), tapi hasilnya dinyatakan baik.
Usia kandungan pun juga normal. Yakni 38 minggu atau 9 bulan mengandung. Namun, baik Yeni maupun Yoga tidak tahu bila anaknya ternyata kembar siam pygopagus.
"Kalau kembar siamnya tidak tahu sama sekali, cuma waktu usia kandungan 7 bulan ada kecurigaan. Sempat dirujuk USG di Malang dinyatakan kondisi baik bahkan posisi 69 kepala satu di bawah di atas," ujarnya saat ditemui detikJatim di depan Ruang ICU RSU dr Soetomo, Selasa (20/8/2024).
"Jadi secara logika nggak mungkin dempet. Waktu itu mau veto (USG 4D) belum jadi, karena semua bayi posisi sudah muter," kata Yeni.
Kemudian, saat melahirkan di RS Bhayangkara Tulungagung, mereka baru tahu anak kembarnya mengalami kelainan.
"Dari lahir sudah diinfo di Tulungagung kasus pertama, di sini sudah ada timnya jadi dari RS Tulungagung sudah koordinasi dari awal, nunggu cukup bulan agar organnya cukup untuk pemisahan itu," jelasnya.
Sebelum menjalankan operasi, bayi kembarnya sempat dirawat di RSUD dr Iskak Tulungagung selama 3 bulan sambil menunggu kondisi stabil dan berat badan serta usianya cukup.
Bayi kembar siam Arsenio dan Arselo juga sempat dibawa pulang selama 3 minggu dengan pengawasan ketat dari bidan desa, RS, dan dokter puskesmas. Selama di rumah itu dipastikan rumah mereka steril dan tidak boleh ada kunjungan demi kesehatan bayi.
"Penis dan anusnya satu," ujar Yeni dengan nada sedih.
Sebelum dirujuk ke RSU dr Soetomo untuk operasi, bayi Arselo dan Arsenio sempat mengalami drop. Akibat kondisi kembar siam itu keduanya mengidap infeksi paru-paru atau pneumonia.
"Awalnya sehat. Usia 3 bulan sakit panas demam bolak balik. Baru diketahui infeksi paru, dua-duanya panas," katanya.
Kondisi salah satu bayi, yakni Arsenio menurun. Oleh karena itu diputuskan pada 14 Agustus dirujuk dari RSUD dr Iskak Tulungagung ke RSU dr Soetomo dan 16 Agustus dilakukan operasi pemisahan atau saparasi cito.
Pasca operasi, bayi Arsenio tidak bisa diselamatkan karena ada kelainan jantung meski telah dilakukan pijat jantung. Sedangkan Arselo selamat dan kini masih di ruang ICU dengan kondisi yang terus membaik.
"Alhamdulillah semakin membaik terus alat bantu napas kayak ventilator inkubasi sudah dilepas dan sudah boleh minum (ASI) sedikit demi sedikit, 45 ml per 2 jam. Alhamdulillah meski satunya harus kalah (meninggal)," jelasnya.
Salah satu dokter tim kembar siam RSU dr Soetomo dr Wurry Ayuningtyas SpA mengatakan ada permasalahan pada organ dalam Arsenio. Tepatnya pada bagian ginjal.
"Cuma secara keseluruhan karena nggak memungkinkan pemeriksaan lanjutan yang banyak, jadi cuma bisa MRI di RSUD dr Iskak Tulungagung dan foto X-Ray. Selama ini perawatan hampir 3 bulan full disupport pemerintah Tulungagung," pungkasnya.
(dpe/iwd)