Kepala Desa (Kades) Mrawan, Kecamatan Mayang, Salim digeruduk puluhan warganya lantaran tak memberikan izin sewa sound horeg yang akan digunakan untuk pelaksanaan karnaval agustusan. Warga mendatangi rumah Salim karena warga sendiri terlanjur membayar uang muka untuk menyewa sound horeg tersebut.
Ketua Panitia Karnaval Desa, Abdur Rohman mengataka, aksi meluruk rumah kades itu memang telah dipersiapkan dan diinisiasi olehnya.
"Persiapan 99 persen sudah matang karena acaranya kurang sehari. Orang-orang ke rumah Salim itu kelompok saya, saya sebagai ketua panitia brewog," kata Abdur Rohman, Selasa (20/8/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Abdur menceritakan memang warga secara swadaya ingin sewa sound system horeg jenis brewog untuk acara karnaval sebagai hiburan dan sudah menjadi tradisi di desanya.
"Jadi kurang tiga bulanan, saya berangkat untuk sewa sound system brewog dengan bayar uang muka Rp 2 juta. Saya awalnya memang mengira kalau penggunaan sound itu tidak akan diizinkan," katanya.
Sebelumnya, lanjut Abdur, pihaknya sempat diajak musyawarah agar tidak mengundang atau menyewa sound system tersebut, karena dikuatirkan mengundang penonton yang bisa mencapai ribuan. Setelah musyawarah, perkiraan Abdur agar tidak menyewa sound system tersebut ternyata benar, tidak boleh menggunakan sound Brewog itu.
"Lalu saya sampaikan ke warga, sound brewog tidak jadi datang. Lalu orang-orang mengajak ke rumah kades, dan saya kasi masukan tetapi tidak masuk, lalu berhamburan ke rumah Pak Kades, protes ramai-ramai," ucapnya.
Abdur mengatakan harga sewa dari sound horeg itu sendiri adalah sebesar Rp 48 juta. Dirinya juga mengaku sedikit kecewa karena DP atau uang muka yang terlanjur dibayarkan.
"Uang muka sudah terbayar, tapi alasan tidak dibolehkan karena surat pengantar dari Polsek ke Polres telat, dan takut terjadi pencurian, bentrok, tawuran, akhirnya tidak diperbolehkan sama Polres," jelasnya.
Sementara itu, Kades Mrawan, Salim memaklumi tindakan masyarakat yang menyerbu kediamannya karena kecewa sound brewog yang diharapkan tidak jadi datang dan tidak dapat izin dari kepolisian.
"Karena ini kan sudah tinggal satu hari tapi dibatalkan sehingga warga merasa kecewa. Akhirnya datang ke rumah saya untuk musyawarah. Jadi seakan-akan kita yang tidak memperbolehkan," jelasnya.
"Malam Sabtu kemarin itu warga musyawarah dengan saya sampai jam 11 di rumah. Tapi mau gimana lagi, tidak dapat izin dari Polres," imbuhnya
Akhirnya, kata Salim melanjutkan, warganya itu mau menerima dengan menyewa sound lain sebagai gantinya.
"Ya alhamdulillah, warga bisa kita ajak ngomong baik-baik. Dan dari hasil musyarawah diputuskan untuk mengganti dengan sound lain," tandasnya.
(abq/iwd)