Ini Penyebab Pelajar Asal Madiun 2 Tahun Cuci Darah karena Gagal Ginjal

Ini Penyebab Pelajar Asal Madiun 2 Tahun Cuci Darah karena Gagal Ginjal

Esti Widiyana - detikJatim
Kamis, 15 Agu 2024 19:25 WIB
Remaja asal Madiun yang sudah 2 tahun ini cuci darah di RSU Dr Soetomo Surabaya karena gagal ginjal.
Remaja asal Madiun yang sudah 2 tahun ini cuci darah di RSU Dr Soetomo Surabaya karena gagal ginjal. (Foto: Esti Widiyana/detikJatim)
Surabaya -

MS, remaja berusia 13 tahun asal Caruban, Madiun menderita gagal ginjal akibat sering mengonsumsi makanan dan minuman instan. Sudah 2 tahun ini MS menjalani cuci darah di RSU dr Soetomo Surabaya.

Melly Winarsih ibu dari MS menceritakan bahwa anaknya memang suka makan mi instan dan minuman kemasan saset yang diseduh dengan air dan ditambahkan es batu.

Kesukaan akan makanan dan minuman instan itu sudah sejak MS masih kecil. Pada usia 10 tahun dia lebih sering lagi mengonsumsi karena berada pada lingkungan teman yang juga menyukai makanan instan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sebelumnya (umur 10 tahun) sudah suka, makan mi, minuman saset , tapi nggak terlalu sering. Hampir setiap hari. Kan panas pulang sekolah, tahu-tahu sudah bawa es. Hampir setiap hari juga (makan mi instan). Kadang beli sendiri, bikin sendiri. Kan saya kerja," ujar Melly saat ditemui detikJatim di Rumah Singgah daerah Nginden Intan, Surabaya, Kamis (15/8/2024)

Hingga akhirnya pada usia 10 tahun MS terus mengalami demam yang berulang selama setahun. Selain itu, MA juga sering mengeluh sesak di dada dan nafsu makannya berkurang.

ADVERTISEMENT

Melly mengaku pada Oktober 2022 MS tiba-tiba sesak napas dan dibawa ke dokter, sudah diberi obat dan pulang. Tapi saat pulang masih sesak napas, akhirnya dibawa ke Puskesmas untuk dapat oksigen dan diperbolehkan pulang.

Ketika dibawa pulang, sesak napasnya justru bertambah parah. Akhirnya dibawa ke RSUD Caruban dan dilakukan cek kesehatan lengkap, barulah muncul diagnosis bahwa MS menderita gagal ginjal.

"Saya bawa pulang tambah sesak, akhirnya malam saya bawa ke RSUD Caruban, Madiun. Di sana foto thorax, cek darah. Saya minta foto ginjal ternyata ginjalnya bermasalah. Awal Oktober 2022. Besoknya dirujuk ke RSU dr Soetomo," jelasnya.

Sakit ginjal MS baru diketahui pada 2022 padahal pada 2020 MS pernah operasi gigi dan sempat menjalani cek lab komplit tapi ginjal yang bermasalah itu tidak terdeteksi.

"Ga kepikiran sakit serius. Dibawa ke dokter nggak apa-apa. Paling radang, kecapekan," ujarnya.

Ia menyebutkan, sebelum diagnosis gagal ginjal itu MS sempat mengonsumsi mi instan yang diseduh dalam gelas dengan air panas. Saat itu MS juga menambahkan mi berwarna hijau.

"Terakhir makan mi langsung seduh dalam gelas, terus dicampur mi warna hijau kering ga ada label harga Rp 1.000-an. Ada warna hijau dan merah, terus diseduh pakai air panas, terus akhirnya muntah," katanya.

Sebagai orang tua, Melly mengaku sudah melarang MS mengonsumsi mi instan dan minuman kemasan saset secara berlebihan. Tetapi MS mengonsumsi itu secara diam-diam.

"Pasti dilarang, tapi namanya anak susah. Kita nggak bisa mengikuti semua aktivitasnya, kadang sembunyi-sembunyi. Di rumah dilarang makan mi, tapi di luar kan nggak tahu," ujar Melly.

Setelah tahu mengidap gagal ginjal, dia benar-benar melarang putrinya itu mengonsumsi makanan dan minuman instan. Jika pun ingin mi, Melly akan membuatkan sendiri termasuk bumbunya.

Kini, MS masih harus menjalani cuci darah di RSU dr Soetomo. Sudah hampir 2 tahun remaja itu cuci darah di Surabaya.

Selama berobat di RSU dr Soetomo selama 2 tahun, Melly dan MS tinggal di Rumah Singgah. Namun sebulan sekali saat kondisi tubuh MS benar-benar fit diajak pulang ke Caruban, Madiun.

Di Rumah Singgah itu MS tetap mengerjakan berbagai tugas sekolah, menonton TV, dan bermain piano. Remaja itu gemar main piano. MS juga tetap bersekolah meski secara daring.

"Sekolah online, dikasih kelonggaran sekolah," ucapnya.

Terkait dengan biaya pengobatan, Melly bersyukur ditanggung penuh oleh pemerintah. Di Rumah Singgah pun mendapat fasilitas dan kebutuhan pokok gratis, kecuali kebutuhan pribadi.

Ia juga berpesan kepada orang tua agar mengawasi apa yang dikonsumsi anaknya. Tentunya dengan tidak memberikan makanan atau minuman instan secara berlebihan.

"Ya boleh makan mi instan, tapi jangan berlebihan," pungkas sang ibu.




(dpe/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads