Dinas Kesehatan menyebut hanya ada satu kasus gagal ginjal kronis (GGK) pada kelompok usia remaja (17 tahun) hingga bulan Juli tahun 2024 di Kota Surabaya.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Nanik Kristina mengungkapkan berdasarkan data diagnosis ICD X di seluruh fasilitas kesehatan yang ada di Kota Surabaya, total kasus gagal ginjal kronis saat ini sebanyak 308 kasus untuk semua usia.
"Kasus GGK pada kelompok usia remaja (17 tahun) sebanyak 1 kasus dan telah menjalani perawatan hemodialisa," ujar Nanik dalam keterangannya, Senin (12/8/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia kemudian menjelaskan ada beberapa penyebab yang bisa memicu terjadinya gagal ginjal kronis pada anak. Diantaranya penyakit kronis seperti Diabetes Melitus, Hipertensi dan penyakit Autoimun atau penyakit Lupus.
"Selain itu apabila memiliki riwayat penyakit ginjal dalam keluarga atau kelainan ginjal bawaan sejak lahir, adanya infeksi pada ginjal, sindrom nefrotik adanya protein dalam urin, pernah mengalami kekurangan cairan dehidrasi berat, serta apabila anak mengalami obesitas," terangnya.
Nanik juga menyoroti bahwa gaya hidup dan pola makan tidak sehat turut meningkatkan risiko terjadinya gagal ginjal kronis pada anak.
"Sering mengkonsumsi minuman manis kemasan, makanan cepat saji, dan makanan berkalori tinggi dalam jangka waktu panjang dan tidak terkontrol (juga bisa memicu gagal ginjal kronis pada anak)," ujar Nanik.
Terakhir, dirinya juga menyebut bahwa anak yang menderita gagal ginjal kronis di Surabaya dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan (FKRTL) sesuai ketentuan. Seperti di RSUD Dr. Soetomo, RSUD Dr. Moh. Soewandhie, dan RS Al-Irsyad.
Diberitakan sebelumnya berdasarkan data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Jatim ada 8 hingga 10 anak pengidap gagal ginjal yang harus menjalani hemodialisis atau cuci darah di Jawa Timur.
Ketua IDAI Jatim dr Sjamsul Arief menekankan bahwa jumlah pasien anak yang melakukan hemodialisis mencapai 10 orang. Cuci darah itu dilakukan hanya 2 kali dalam sepekan.
"Untuk diketahui soal angka itu 8-10 per hari dan seminggu cuma 2 kali," kata dr Sjamsul saat dihubungi detikJatim, Sabtu (10/8/2024).
(abq/iwd)