Konflik antara sekolah Petra di Jalan Manyar Tirtoasri dengan 3 RW di Kompleks Perumahan Tompotika sudah dituntaskan hari ini, Senin (5/8/2024). Masalah itu tuntas setelah dimediasi Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi.
Wadir Sarpras Petra Robertus Pranata mengatakan pihak sekolah Petra tidak lagi membayar iuran Rp 32 juta ke bendahara keamanan Perumahan Tompotika. Sebagai gantinya, CSR untuk pembersihan lingkungan sekitar dan bantuan keamanan akan disalurkan.
"Petra akan melakukan CSR membenahi lalu lintas supaya tidak terjadi kemacetan. Kalau macet supaya terurai lebih cepat. Nanti kerja sama dengan Dishub untuk memberikan perhitungan bagaimana caranya lalu lintas bisa lancar di daerah Tompotika," ujarnya saat ditemui detikJatim, Senin (5/8/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, pihak Sekolah Petra juga akan menyalurkan CSR dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH). Robertus menyampaikan Petra bercita-cita menjadikan bozem di wilayah Manyar Tirtoasri itu sebagai tempat wisata.
"Lalu juga CSR di bozem akan dibersihkan dan kami kerja sama dengan DLH. Kami bantu agar bozem ini bisa dinikmati bersama warga, tidak hanya sebagai tempat buangan tapi (sebagai) wisata. Itu impian kami," jelasnya.
Robertus pun menegaskan dengan adanya penyaluran program tanggung jawab sosial atau CSR itu, Sekolah Petra tidak lagi membayar iuran keamanan kepada perwakilan RW di Perumahan Tompotika.
"Tidak ada, kami lakukan CSR," tegasnya.
Sebaliknya, Ketua RW IV Lilik Aljufri Hasan menjelaskan pihak RW IV, V, dan VII sudah tidak akan menarik iuran keamanan kepada Sekolah Petra. Itu juga sudah dilakukan sejak Maret 2024 dan dia juga menegaskan adanya kesalahpahaman di masyarakat.
"Meluruskan ke kemarin yang dibilang RW-RW menerima uang dari Petra Rp 140 juta. Padahal tidak begitu, kami sama-sama membayar setiap RW Rp 32 juta. Rp 32 juta itu bukan Petra yang membayar ke kami, kami ada bendahara keamanan. Jadi Rp 32 juta itu RW IV, V, dan VII menyebarkan ke bendahara, plus Petra jadi Rp 128 juta," ujarnya.
"Rp 120 juta itu kami bayar akan ke keamanan, Rp 8 juta untuk kas dan yang lain-lain, itu saja. Kok ribut di media massa dan di mana-mana kami di RW minta uang ke Petra Rp 140 juta dan Petra memberikan kepada kami, padahal itu keliru," tambahnya.
Dari hasil keputusan bersama, Lilik mewakili RW V dan VII ingin yang terbaik untuk kedua belah pihak sehingga terjalin nuansa kekeluargaan. Karena Sekolah Petra sendiri sudah ada di lingkungan itu selama tidak kurang dari 40 tahun.
"Petra berdampingan dengan kami. Nggak tahu kenapa baru kemarin kok bisa timbul hal-hal yang, ya mungkin ini rida Allah untuk cari jalan keluar, dan lebih dekat," pungkasnya.
(dpe/iwd)