Buka-bukaan Pihak RW soal Pemicu Konflik Iuran Keamanan dengan Petra

Round Up

Buka-bukaan Pihak RW soal Pemicu Konflik Iuran Keamanan dengan Petra

Esti Widiyana - detikJatim
Minggu, 04 Agu 2024 14:55 WIB
Jubir RW IV, V, dan VII Komplek Perumahan Tompotika Surabaya Triawan Kustiya.
Jubir RW IV, V, dan VII Komplek Perumahan Tompotika Surabaya Triawan Kustiya.(Foto: Esti Widiyana/detikJatim)
Surabaya - Konflik antara perwakilan 3 RW dengan Sekolah Petra di Jalan Manyar Tirtoasri, Surabaya belum menemui titik temu. Konflik terkait iuran keamanan ini sempat viral hingga Wakil Wali Kota Surabaya Armuji atau Cak Ji turun tangan.

Perwakilan RW akhirnya buka-bukaan soal duduk perkara kenaikan iuran keamanan yang sempat dibebankan kepada Sekolah Petra tersebut.

Jubir RW IV, V, dan VII Kompleks Perumahan Tompotika Surabaya Triawan Kustiya menceritakan, pada awal 2024 pihak RW memang menaikkan iuran dari Rp 32 juta menjadi Rp 35 juta per bulan. Uang tersebut akan dikelola bendahara keamanan untuk kenaikan gaji satpam.

Dia menyebut, di Kompleks Perumahan Tompotika, ada sebanyak 40 satpam. Menurutnya, puluhan penjaga keamanan ini sudah hampir 4 tahun ini tidak pernah naik gaji.

Triawan mengatakan, gaji mereka per orang Rp 2,7 juta per bulan. Pihak RW pun berinisiatif menaikkannya jadi Rp 3 juta dengan menaikkan iuran keamanan.

"Kami sudah memberi tahu ke Petra bahwa akan terjadi kenaikan Rp 35 juta. Di sinilah awal mulanya Petra tidak mau membayar Rp 35 juta. Padahal 3 RW ini tetap membayar Rp 35 juta ini. Dia menyatakan dia tidak pernah diajak berunding, padahal dulu dari Rp 30 juta ke Rp 32 juta sama juga, ribet juga masalah ini. Setelah dijelaskan mengerti. Sekarang dijelaskan tidak mau mengerti," ujarnya,

Pihak Petra sempat mengeluh tidak pernah diberi laporan pertanggungjawaban keuangan sejak penerapan iuran keamanan pada 2017 hingga 2024. Triawan menegaskan, mereka telah memberikan laporan pertanggungjawaban itu dan menunjukkan bukti foto penyerahan itu.

"Kami mengirimkan, juga sudah ada tanda terimanya. Laporan keuangan mulai bulan Januari-Februari. Kami laporkan ke Petra. Petra tidak memberikan jawaban apa-apa terhadap laporan keuangan itu," katanya.

Triawan pun bermaksud meluruskan informasi yang dia nilai keliru. Di mana disebutkan dalam video Cak Ji yang viral Petra membayar Rp 32 juta kepada setiap RW di kompleks Perumahan Tompotika per bulan atau dengan total Rp 100 juta lebih. Menurutnya, tidak demikian yang terjadi.

"Setiap RW posisi Rp 32 juta memasukkan uang Rp 32 juta tarikan dari warga ke bendahara keamanan. Jadi RW IV masukkan uang Rp 32 juta, RW V masukkan uang Rp 32 juta, RW VII masukkan uang Rp 32 juta, Petra memasukkan juga uang Rp 32 juta. Bukan seolah-olah Petra memberikan uang Rp 32 juta kepada 3 RW. Itu salah, aturannya bukan begitu," tegasnya.

Dia juga menjelaskan, sejak awal tidak pernah ada perjanjian yang menyebutkan bahwa pihak RW harus memberikan laporan pertanggungjawaban atas iuran keuangan kepada Petra. Sejak sebelum kenaikan iuran itu, menurutnya pihak Petra juga tak pernah meminta laporan pertanggungjawaban.

"Dan itulah yang dimintai pertanggungjawaban oleh Petra, duit yang dia setor Rp 32 juta. Pada waktu Rp 32 juta Petra tidak pernah minta laporan keuangan, kami tidak punya agreement dengan Petra membuat laporan keuangan. Tidak ada (perjanjian) RW memberi laporan pertanggungjawaban keuangan ke Petra," jelasnya,

Tak hanya itu, Triawan mengatakan, sekolah Petra memiliki 1.700 siswa. Triawan mencontohkan, bila dari 1.700 siswa yang diantar ada 1.000 anak, maka ada 1.000 kendaraan saat mengantar dan menjemput siswa. Ada 7-8 pintu masuk Kompleks Perumahan Tompotika untuk menuju sekolah Petra.

Ia menyebut, drop off atau tempat diturunkannya siswa ada tiga tempat yang disediakan, yakni di perempatan Manyar Tirtomulyo, dan dua titik di Manyar Tirto Asri. Namun, semuanya macet pada saat jam mengantar dan menjemput siswa.

Pihak RW ternyata pernah menerapkan one gate system untuk mengurai kemacetan. Hasilnya, justru kebalikannya, sampai ketiga RW wilayah kompleks dipanggil polsek setempat untuk mediasi diminta membuka portal.

"Ternyata dalam percobaan itu terjadi kemacetan. Akhirnya kami didatangi oleh polsek. Sempat Kapolsek marah-marah ke saya kenapa ditutup, tidak ada haknya warga itu menutup jalan ini. Akhirnya dimediasi di polsek. Itu di sana malah kami yang ditekan sama pihak polsek," jelasnya.

Diketahui, ada 3 RW di lingkungan sekitar Sekolah Petra Surabaya. Yakni RW IV Menur Pumpungan, Kelurahan Menur Pumpungan, Kecamatan Sukolilo, RW V Manyar Sabrangan, Kelurahan Manyar Sabrangan, Kecamatan Mulyorejo, dan RW VII Klampis Ngasem, Kelurahan Klampis Ngasem, Kecamatan Sukolilo.

Sekolah Petra di Jalan Raya Manyar Tirtoasri itu mencakup SMPK 3 Petra dan SMAK 2 Petra. Kedua, sekolah Kristen Petra itu berada di wilayah RW 3, Kelurahan Manyar Sabrangan.

Bila dilihat dari wilayah, sebenarnya tidak masuk perumahan Tompotika karena menjadi bagian RW 3. Hanya saja, akses keluar masuk menuju sekolah melewati kompleks perumahan Tompotika.


(esw/hil)


Hide Ads