Buntut Konflik Iuran, Akses ke Petra Sempat Ditutup Sehari oleh Warga

Buntut Konflik Iuran, Akses ke Petra Sempat Ditutup Sehari oleh Warga

Esti Widiyana - detikJatim
Minggu, 04 Agu 2024 12:00 WIB
Lokasi sekolah Petra di Jalan Manyar yang sedang berstigang dengan pengurus RW setempat soal iuran keamanan.
Lokasi sekolah Petra (Foto: Esti Widiyana/detikJatim)
Surabaya - Konflik antara perwakilan 3 RW dengan Sekolah Petra di Jalan Manyar Tirtoasri, Surabaya masih menjadi sorotan publik. Bahkan, akses menuju sekolah juga sempat ditutup warga kompleks Perumahan Tompotika.

Konflik antara sekolah Petra dengan perwakilan 3 RW Perumahan Tompotika itu terjadi karena iuran keamanan. Di mana, ada kenaikan iuran keamanan mulai awal Maret 2024. Sebelumnya, iuran yang hanya Rp 32 juta naik menjadi Rp 35 juta.

Sebelum iuran Rp 35 juta akan dijalankan pada Maret 2024, sekolah Petra pun merasa keberatan dan tidak mau membayar. Akhirnya, pihak Petra mengaku adanya ancaman penutupan akses jalan oleh pihak RW pada 27 Februari 2024.

Merasa ada ancaman, sekolah Petra akhirnya melaporkan hal ini ke Polsek Sukolilo. Kemudian, dilakukan mediasi oleh pihak kepolisian dan diminta agar tidak menutup akses jalan.

"Ancamannya itu tanggal 27 Februari. Permintaan perlindungan hukum di Polsek Sukolilo itu tanggal 2 Maret," kata Kabag Legal Perhimpunan Pendidikan Dan Pengajaran Kristen Petra, Christin Novianty Panjaitan, Minggu (4/7/2024).

Namun, pada pertengahan Mei, akses jalan menuju sekolah, tepatnya portal di Jalan Manyar Tirtoasri ditutup oleh warga. Tapi, penutupan akses jalan itu hanya hanya berlangsung tak sampai sehari.

"Setelah itu, tidak ada kegiatan apa-apa, dari RW juga biasa. Tapi tiba-tiba tanggal 15 Mei jalannya ditutup aja. Pada saat itu, portal sudah dibuka. Jadi cuma sehari," ujarnya.

Sementara versi warga, akar masalah konflik dengan Sekolah Petra itu adalah kemacetan imbas jam masuk dan pulang sekolah imbas kendaraan para orang tua wali murid, serta masalah iuran keamanan.

Jubir RW IV, V, dan VII Kompleks Perumahan Tompotika Surabaya Triawan Kustiya memberikan penjelasan mengenai kemacetan. Triawan mengatakan, sekolah Petra memiliki 1.700 siswa.

Triawan mencontohkan, bila dari 1.700 siswa yang diantar ada 1.000 anak, maka ada 1.000 kendaraan saat mengantar dan menjemput siswa. Ada 7-8 pintu masuk Kompleks Perumahan Tompotika untuk menuju sekolah Petra.

Ia menyebut, drop off atau tempat diturunkannya siswa ada tiga tempat yang disediakan, yakni di perempatan Manyar Tirtomulyo, dan dua titik di Manyar Tirto Asri. Namun, semuanya macet pada saat jam mengantar dan menjemput siswa.

Pihak RW ternyata pernah menerapkan one gate system untuk mengurai kemacetan. Hasilnya, justru kebalikannya, sampai ketiga RW wilayah kompleks dipanggil polsek setempat untuk mediasi diminta membuka portal.

"Ternyata dalam percobaan itu terjadi kemacetan. Akhirnya kami didatangi oleh polsek. Sempat Kapolsek marah-marah ke saya kenapa ditutup, tidak ada haknya warga itu menutup jalan ini. Akhirnya dimediasi di polsek. Itu di sana malah kami yang ditekan sama pihak polsek," jelasnya.

Diketahui, ada 3 RW di lingkungan sekitar Sekolah Petra Surabaya. Yakni RW IV Menur Pumpungan, Kelurahan Menur Pumpungan, Kecamatan Sukolilo, RW V Manyar Sabrangan, Kelurahan Manyar Sabrangan, Kecamatan Mulyorejo, dan RW VII Klampis Ngasem, Kelurahan Klampis Ngasem, Kecamatan Sukolilo.

Sekolah Petra di Jalan Raya Manyar Tirtoasri itu mencakup SMPK 3 Petra dan SMAK 2 Petra. Kedua, sekolah Kristen Petra itu berada di wilayah RW 3, Kelurahan Manyar Sabrangan.

Bila dilihat dari wilayah, sebenarnya tidak masuk perumahan Tompotika karena menjadi bagian RW 3. Hanya saja, akses keluar masuk menuju sekolah melewati kompleks perumahan Tompotika.


(esw/hil)


Hide Ads