5% SD Negeri di Kabupaten Mojokerto Minim Siswa Baru

5% SD Negeri di Kabupaten Mojokerto Minim Siswa Baru

Enggran Eko Budianto - detikJatim
Jumat, 19 Jul 2024 03:01 WIB
Suasana KBM siswa baru di SDN Terusan 2, Gedeg, Mojokerto.
Suasana KBM siswa baru di SDN Terusan 2, Gedeg, Mojokerto yang kekurangan siswa. (Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim)
Mojokerto -

Dari 385 sekolah dasar negeri (SDN) di Kabupaten Mojokerto, hanya 20 sekolah yang minim siswa baru tahun ajaran 2024-2025. Minimnya lulusan TK di sekitar SDN tersebut menjadi salah satu penyebabnya.

Berdasarkan data yang dirilis Dinas Pendidikan Kabupaten Mojokerto, 20 SDN yang sepi peminat tersebar di 11 kecamatan. Sekolah-sekolah ini mendapatkan murid baru kurang dari 10 anak pada tahun ajaran 2024-2025.

Sekolah yang mendapatkan 3 murid baru meliputi SDN Terusan 2 di Kecamatan Gedeg, SDN Jembul di Kecamatan Jatirejo dan SDN Jolotundo 2 di Kecamatan Jetis. SDN Kauman di Kecamatan Mojosari hanya dapat 4 siswa baru, sedangkan SDN Rejosari dan SDN Manting di Kecamatan Jatirejo hanya 5 murid baru.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sekolah dasar yang mendapat 6 murid baru yakni SDN Bangeran 2 di Kecamatan Dawarblandong, SDN Pandankrajan 1 di Kecamatan Kemlagi, dan SDN Tanjungkenongo 2 di Pacet. SDN Nogosari dan SDN Padusan di Kecamatan Pacet, serta SDN Kedungudi di Kecamatan Trawas hanya dapat 7 siswa.

SDN Pucuk 2 di Kecamatan Dawarblandong, SDN Cepokolimo di Kecamatan Pacet, SDN Purworejo di Kecamatan Pungging dan SDN Sukosari di Kecamatan Trawas hanya dapat 8 murid baru.

ADVERTISEMENT

Sedangkan SDN Pacing di Kecamatan Bangsal, SDN Pulorejo 1 di Kecamatan Dawarblandong, serta SDN Kesemen dan SDN Ngoro 2 di Kecamatan Ngoro mendapatkan 9 siswa baru.

"Memang ada 20 SDN yang dapat peserta didik baru di bawah 10 anak. Namun, total SDN di Kabupaten Mojokerto 385 sekolah. Artinya, yang sepi peminat hanya 5%-nya, sedangkan 365 SDN mampu bersaing dengan sekolah swasta," ujar Kepala Diskominfo Kabupaten Mojokerto Ardi Sepdianto kepada wartawan, Kamis (17/7/2024).

Fenomena 20 SDN sepi peminat, kata Ardi, terjadi karena berbagai faktor. Pertama, SDN itu berada di sebuah desa yang minim lulusan TK. Sehingga otomatis jumlah anak yang melanjutkan ke jenjang SD juga sedikit.

Faktor kedua adalah berdirinya 3-4 lembaga pendidikan jenjang SD di satu desa. Tak pelak anak-anak lulusan TK di desa tersebut menyebar ke lembaga pendidikan yang ada, baik negeri maupun swasta.

"Misalnya jumlah lulusan TK hanya 29 anak, sedangkan di desa tersebut mempunyai 4 lembaga pendidikan setingkat SD/MI," ungkapnya.

Meski minim siswa baru, kegiatan belajar mengajar kelas 1 di 20 SDN itu tetap berjalan normal. Seperti di SDN Terusan 2, guru tetap mengajar seperti biasa walaupun hanya diikuti 2 murid. Menurut Ardi, Dinas Pendidikan Kabupaten Mojokerto terus berinovasi untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

"Ini wujud komitmen Pemkab Mojokerto sesuai arahan Ibu Bupati Ikfina Fahmawati untuk menyelenggarakan pendidikan yang bermutu untuk mencetak generasi emas," tandasnya.




(dpe/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads