Tradisi Larung Sesaji 1 Suro Simbol Syukur Masyarakat Pesisir Blitar

Tradisi Larung Sesaji 1 Suro Simbol Syukur Masyarakat Pesisir Blitar

Fima Purwanti - detikJatim
Selasa, 09 Jul 2024 14:40 WIB
Pemkab Blitar
Foto: Fima Purwanti/detikJatim
Jakarta -

Tradisi larung sesaji digelar masyarakat pesisir di Kabupaten Blitar pada peringatan 1 Suro/1 Muharram. Sesaji lanang dan wadon dilarung sebagai simbol rasa syukur masyarakat atas hasil panen yang melimpah.

Larung sesaji digelar dengan menyediakan ubo rampe, termasuk tumpeng lanang dan wadon sebagai simbol harmonisasi alam. Kedua tumpeng itulah yang dilarung ke tengah laut lepas, usai doa bersama oleh tokoh agama, pejabat daerah hingga warga sekitar.

Bupati Blitar Rini Syarifah mengatakan, larung sesaji merupakan salah satu agenda tahunan Pemkab Blitar. Khususnya bidang kebudayaan dan pariwisata. Larung sesaji digelari setiap peringatan 1 Suro, di Pantai Serang maupun di Pantai lainnya di Kabupaten Blitar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Larung sesaji ini adalah tradisi bagi masyarakat, sebagai bentuk rasa syukur dan keberkahan. Tahun ini digelar luar biasa meriah di Pantai Serang," katanya kepada awak media, Selasa (9/7/2024).

Bupati yang akrab disapa Mak Rini itu menyebutkan, larung sesaji masuk dalam kalender event Jawa Timur. Sehingga larung sesaji dapat menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung di Kabupaten Blitar.

ADVERTISEMENT

"Harapan kami akan ada lebih banyak lagi wisatawan yang mengetahui larung sesaji, yang menjadi daya tarik dalam bidang tradisi budaya. Kemudian dapat pula meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar," jelasnya.

Lanjut Mak Rini, 7 tumpeng berupa hasil bumi dan olahan UMKM turut disediakan oleh Pemkab Blitar. 7 tumpeng itu disiapkan dalam rangka menyambut hari jadi Pemkab Blitar ke-700 tahun atau 7 abad.

"Kami juga menyiapkan 7 tumpeng, sebagai simbol menuju 7 abad Kabupaten Blitar. Untuk itu kami bersama dengan ODP mempersembahkan sumbangsih berupa hasil bumi dan UMKM. Diwujudkan dalam 7 tumpeng di larung sesaji hari ini," terangnya.

Kades Serang, Handoko menambahkan, larung sesaji merupakan simbol syukur kepada Tuhan YME. Setiap 1 Suro, masyarakat akan melarung hasil panen dari Desa Serang ke laut. Tujuannya sebagai bentuk rasa syukur masyarakat atas berkah panen yang melimpah.

"Secara simbolis tradisi larung sesaji ini sudah ada sejak dulu, para leluhur setiap suro mewujudkan rasa syukur dengan larung ke laut/Pantai Serang. Diwujudkan dalam tumpeng lanang dan tumpeng wadon, yang merupakan hasil panen Desa Serang," pungkasnya.

(akn/ega)


Hide Ads