1 Suro adalah awal tahun baru dalam kalender Jawa. Tahun baru Jawa 2024 merupakan tahun 1958 Tanggal Jawa atau TJ. Lantas, 1 Suro 1958 TJ jatuh hari apa?
Masyarakat Jawa merayakan tahun baru ini dengan berbagai tradisi Suro. Pergantian tahun dalam kalender Jawa ini juga identik dengan malam 1 Suro yang dianggap mistis.
Baca juga: Kapan Malam 1 Suro 2024? |
1 Suro Hari Apa?
Penanggalan dalam kalender Jawa sama seperti penanggalan Islam. Kalender Jawa dan Hijriah ditentukan berdasarkan peredaran bulan dalam mengelilingi bumi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pergantian hari atau tanggal dimulai seusai terbenamnya matahari atau tepat pada waktu magrib. Namun, terkadang terdapat selisih hari dalam penanggalan Islam dan Jawa.
Dalam kalender Jawa, Suro merupakan bulan pertama dalam permulaan tahun baru Jawa. 1 Suro selalu dikaitkan dengan tahun baru Islam 1 Muharram.
Padahal, jika ditarik dalam kalender Masehi, tanggal 1 Suro tidak bersamaan dengan 1 Muharram. Hal ini dikarenakan ada selisih hari dalam penanggalan Hijriah dan Jawa.
Berdasarkan Kalender Hijriah Indonesia Tahun 2024, bulan Muharram jatuh pada bulan Juli 2024. Tahun baru Islam 1 Muharram 1446 Hijriah bertepatan pada Minggu 7 Juli 2024.
Sementara berdasarkan kalender Jawa, 1 Suro 1958 TJ jatuh pada Senin Legi 8 Juli 2024. Artinya, peringatan tahun baru Islam dan Jawa berbeda satu hari.
Malam 1 Suro Tanggal Berapa?
Tahun ini, 1 Suro jatuh pada Senin Legi 8 Juli 2024. Sehingga malam 1 Suro jatuh pada Minggu Kliwon 7 Juli 2024, atau bertepatan tahun baru Islam 1 Muharram 1446 Hijriah.
Masyarakat Jawa kerap menyebut Suro berarti bulan Muharram dalam kalender Hijriah. Kata Suro diambil dari kata Asyura dalam bahasa Arab.
Sebutan ini pertama kali diinisiasi Raja Kesultanan Mataram Islam Sultan Agung. Saat itu, ia menggabungkan penanggalan hijriah dengan tarikh Saka.
Penggabungan ini agar perayaan keagamaan dapat digelar secara bersamaan dengan seluruh umat Islam. Juga untuk mempersatukan masyarakat Jawa yang kala itu masih terpecah antara kaum abangan atau Kejawen dan putihan atau Islam.
Makna malam 1 Suro bagi masyarakat Jawa di beberapa daerah diartikan sebagai bulan yang menyeramkan, seperti penuh bencana dan bulannya para makhluk gaib. Beberapa masyarakat juga masih percaya mitos yang pantang dilanggar, seperti larangan keluar rumah saat malam 1 Suro.
Sejarah Malam 1 Suro
Malam 1 Suro atau awal penanggalan kalender Jawa mulanya digunakan untuk memperkenalkan kalender Islam di kalangan masyarakat Jawa. Pada 931 Hijriah atau 1443 Tahun Jawa, tepatnya pada zaman Kerajaan Demak, Sunan Giri II telah membuat penyesuaian antara sistem kalender Hijriah dengan kalender Jawa pada masa itu.
Menurut catatan sejarah lainnya, 1 Suro ditetapkan sebagai awal tahun baru Jawa pada zaman Kerajaan Mataram pada masa pemerintahan Sultan Agung Hanyokrokusumo (1613-1645). Pada 1633 Masehi atau 1555 Tahun Jawa, Sultan Agung menetapkan Tahun Jawa atau tahun baru Saka diberlakukan diMataram dan menetapkan 1 Suro sebagai tanda awal tahun baru Jawa.
Pada saat itu, masyarakat umumnya mengikuti sistem penanggalan tahun Saka yang diwariskan dari tradisi Hindu, sedangkan Kesultanan Mataram Islam menggunakan kalender Hijriah. Sultan Agung yang ingin memperluas ajaran Islam di tanah Jawa berinisiatif memadukan kalender Saka dengan kalender Hijriah menjadi kalender Jawa.
Sultan Agung juga ingin mempersatukan rakyatnya untuk melawan Belanda di Batavia, termasuk menyatukan Pulau Jawa. Ia tidak ingin rakyatnya terpecah belah karena perbedaan keyakinan agama.
Penyatuan kalender Saka dan Hijriah menjadi kalender Jawa dimulai sejak Jumat Legi bulan Jumadil Akhir tahun 1555 Saka atau 8 Juli 1633 Masehi. Dan untuk menyatukan kelompok santri dan abangan, setiap hari Jumat Legi dilakukan laporan pemerintahan setempat sambil pengajian dan ziarah kubur serta haul ke makam Ngampel dan Giri.
Dengan demikian, tanggal 1 Muharram atau 1 Suro Jawa yang dimulai pada hari Jumat Legi juga turut dikeramatkan. Bahkan, dianggap sial jika ada orang yang memanfaatkan hari tersebut di luar kepentingan mengaji, ziarah, dan haul.
(irb/dte)