Apa Itu Sleep Apnea? Ini Penyebab dan Bahayanya

Apa Itu Sleep Apnea? Ini Penyebab dan Bahayanya

Albert Benjamin Febrian Purba - detikJatim
Kamis, 27 Jun 2024 14:05 WIB
Pria gemuk yang sedang tidur
Ilustrasi (Foto: Thinkstock)
Surabaya -

Pernahkah detikers merasa kantuk di siang hari meski tidur cukup lama di malam hari? Atau sering terbangun dengan napas tersengal-sengal? Hati-hati, bisa jadi detikers menderita sleep apnea, gangguan tidur yang bisa membahayakan kesehatan.

Sleep apnea adalah kondisi di mana pernapasan seseorang terhenti atau terengah-engah secara berulang saat tidur. Hal ini dapat terjadi beberapa detik hingga lebih dari satu menit dan bisa terjadi puluhan hingga ratusan kali dalam semalam.

Akibat sleep apnea, otak dan organ tubuh lainnya tidak menerima asupan oksigen yang memadai. Saat napas terhenti, kadar oksigen dalam darah turun drastis. Sehingga memicu otak membangunkan tubuh secara singkat agar pernapasan kembali normal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Penyebab Sleep Apnea

Dilansir dari laman WebMD, terdapat tiga jenis sleep apnea berdasarkan penyebabnya, yaitu:

1. Sleep apnea obstruktif (OSA)

ADVERTISEMENT

Ini adalah jenis sleep apnea yang paling umum terjadi. Sleep apnea obstruktif terjadi ketika saluran udara tersumbat seluruhnya atau sebagian secara berulang saat tidur. Penyumbatan ini biasanya disebabkan oleh jaringan lunak di bagian belakang tenggorokan yang mengempis ketika otot-otot wajah dan leher rileks selama tidur.

Saat hal ini terjadi, otot diafragma dan dada harus bekerja lebih keras untuk membuka saluran udara. Penderita mungkin akan terengah-engah untuk bernapas, dan tubuh bisa tersentak. Kondisi ini dapat mengganggu tidur, mengurangi aliran oksigen ke organ vital, dan menyebabkan irama jantung menjadi tidak normal.

2. Sleep apnea sentral (CSA)

Pada jenis ini, saluran napas tidak tersumbat. Namun, otak gagal mengirim sinyal kepada otot untuk bernapas karena ada masalah pada pusat kendali pernapasan di otak. Sleep apnea sentral berhubungan dengan fungsi sistem saraf pusat.

Jenis ini paling sering menyerang orang dengan penyakit neuromuskular seperti amyotrophic lateral sclerosis (ALS atau penyakit Lou Gehrig), mereka yang pernah mengalami stroke, atau mereka yang mengalami gagal jantung atau penyakit lain pada jantung, ginjal, atau paru-paru.

3. Sindrom sleep apnea kompleks

Pada kondisi ini, terjadi kombinasi antara sleep apnea obstruktif dan sentral. Jika seseorang awalnya mengalami sleep apnea obstruktif tetapi kemudian mengalami sleep apnea sentral setelah mendapatkan pengobatan, kondisi ini disebut sleep apnea sentral yang dipicu oleh pengobatan.


Gejala Sleep Apnea

Dilansir dari laman Mayo Clinic, gejala sleep apnea obstruktif dan sentral sering kali saling tumpang tindih, sehingga terkadang sulit untuk menentukan jenis sleep apnea yang dialami penderita. Namun, berikut ini adalah beberapa gejala paling umum dari kedua jenis sleep apnea tersebut.

- Mendengkur keras
- Episode berhenti bernapas selama tidur, yang biasanya dilaporkan oleh orang lain.
- Terengah-engah saat tidur
- Bangun dengan mulut kering
- Sakit kepala di pagi hari
- Kesulitan tidur atau insomnia
- Kantuk berlebihan di siang hari atau hipersomnia
- Kesulitan berkonsentrasi saat terjaga
- Mudah marah


Apa Bedanya Sleep Apnea dan Mendengkur?

Dilansir dari sumber yang sama, sleep apnea adalah gangguan tidur yang serius ditandai dengan terhenti dan dimulainya kembali pernapasan saat tidur. Jika tidak diobati, kondisi ini dapat menyebabkan dengkuran keras, kelelahan sepanjang hari, dan masalah kesehatan yang lebih serius.

Gangguan ini berbeda dari mendengkur biasa atau primer. Mendengkur primer bisa disebabkan oleh kondisi pada hidung atau tenggorokan, posisi tidur (terutama tidur terlentang), kelebihan berat badan, usia, atau konsumsi alkohol dan obat penenang lainnya.

Meski keduanya disebabkan oleh getaran jaringan di bagian belakang tenggorokan, penderita sleep apnea memiliki ciri khas seperti:

- Mendengkur jauh lebih keras dibandingkan mendengkur biasa
- Mengalami jeda bernapas lebih dari 10 detik
- Mengambil napas pendek, tersengal, atau tersedak
- Tidur yang gelisah


Bahaya Sleep Apnea

Sleep apnea baik itu OSA dan CSA dapat menimbulkan sejumlah komplikasi yang berbahaya bagi kesehatan, seperti yang dilansir dari laman Mayo Clinic. Adapun komplikasi OSA sebagai berikut.

1. Kelelahan di siang hari

Apnea tidur dapat menyebabkan kebangkitan berulang-ulang saat tidur, mengakibatkan tidur yang tidak memadai dan tidak menyegarkan. Hal ini bisa menyebabkan kantuk berlebihan di siang hari, kelelahan, dan mudah tersinggung.

2. Tekanan darah tinggi atau masalah jantung

Penurunan kadar oksigen darah mendadak selama OSA (Obstructive Sleep Apnea) meningkatkan tekanan darah dan membebani sistem kardiovaskular. OSA meningkatkan risiko hipertensi, serangan jantung berulang, stroke, dan detak jantung tidak teratur seperti fibrilasi atrium.

3. Diabetes tipe 2

Sleep apnea meningkatkan risiko resistensi insulin dan diabetes tipe 2.

4. Sindrom metabolik

Gangguan ini meliputi tekanan darah tinggi, kadar kolesterol abnormal, gula darah tinggi, dan peningkatan lingkar pinggang, yang semuanya berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit jantung.

5. Komplikasi dengan obat-obatan dan pembedahan

Orang dengan sleep apnea lebih mungkin mengalami komplikasi setelah operasi besar, terutama masalah pernapasan saat dibius dan berbaring telentang. Penting untuk memberi tahu dokter tentang kondisi ini sebelum menjalani operasi.

6. Masalah hati

Penderita sleep apnea lebih cenderung mendapatkan hasil tes fungsi hati yang tidak normal dan tanda-tanda jaringan parut pada hati, yang dikenal sebagai penyakit hati berlemak nonalkohol.

7. Pasangan kurang tidur

Mendengkur keras dapat mengganggu tidur pasangan, seringkali membuat mereka pindah kamar untuk mendapatkan istirahat yang cukup.

Sementara komplikasi CSA adalah:

1. Kelelahan

Mirip dengan OSA, CSA juga menyebabkan kelelahan parah, kantuk di siang hari, dan mudah tersinggung. Kesulitan berkonsentrasi dan tertidur di tempat kerja, saat menonton TV, atau saat mengemudi sering terjadi.

2. Masalah kardiovaskular

Penurunan kadar oksigen darah mendadak selama CSA berdampak buruk pada kesehatan jantung.


Apakah Sleep Apnea Bisa Sembuh?

Meski tidak ada obat yang benar-benar menyembuhkan sleep apnea, terdapat banyak metode untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan gejalanya. Pengobatan yang disarankan dokter bergantung pada tingkat keparahan kondisi pasien.

Untuk kasus ringan, perubahan gaya hidup seperti menurunkan berat badan, berhenti merokok, atau mengatasi alergi hidung bisa sangat membantu. Jika perubahan ini tidak cukup atau jika sleep apnea yang diderita tergolong sedang hingga parah, dokter akan merekomendasikan metode pengobatan lain.

Melihat risiko dan efek yang ditimbulkan sleep apnea, sebaiknya jangan anggap remeh kebiasaan mendengkur. Jika detikers mengalami gejala sleep apnea, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang sesuai.


Artikel ini ditulis oleh Albert Benjamin Febrian Purba, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(irb/fat)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads