Pesan 'Perjalanan Mulih' Sebelum Pajero Celaka di Tol Semarang-Batang

Round Up

Pesan 'Perjalanan Mulih' Sebelum Pajero Celaka di Tol Semarang-Batang

Dida Tenola - detikJatim
Senin, 24 Jun 2024 08:00 WIB
Mobil menabrak truk mogok di tepi jalan tol Semarang-Batang KM 405, Desa Magelung, Kecamatan Kaliwungu Selatan, Kabupaten Kendal, Sabtu (22/06/2024) pagi.  Empat orang tewas di lokasi.
Kondisi Pajero usai tabrak truk di Tol Semarang-Batang, Kabupaten Kendal. (Foto: Saktyo Dimas R/detikJateng)
Surabaya -

Kecelakaan maut Mitsubishi Pajero Sport yang menabrak truk di Tol Semarang-Batang KM 405, Desa Magelung, Kaliwungu Selatan, Kendal, Sabtu (22/6) menyisakan duka mendalam. Empat orang sekeluarga asal Blitar yang dalam perjalanan pulang dari acara kondangan di Lampung tewas dalam peristiwa pilu tersebut.

Keempat korban meninggal yang merupakan penumpang Pajero adalah Anas Makrufi (31), Sudarmajianto (49), Imro'atus Sholikah (43), dan M Rizqi Mustofa Ramadhan (19). Mereka dimakamkan di kampung halamannya, Desa/Kecamatan Wonodadi, Kabupaten Blitar, Minggu (23/6/2024).

Di balik duka tersebut, ada cerita dari keluarga salah satu korban, Sudarmajianto. Dia seolah meninggalkan pesan terakhir melalui status WhatsApp.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sudarmiarti (24), anak sulung dari Sudarmajianto menceritakan, dia sempat berkomunikasi dengan ayahnya sebelum Pajero itu celaka.

"Kontak terakhir itu Jumat (21/6) sore, kita video call sekitar pukul 17.00 WIB. Saya dan ibu di rumah (video call) dengan bapak dalam perjalanan mau pulang," kata Sudarmiarti kepada detikJatim.

ADVERTISEMENT

Miarti-panggilan akrabnya- menyebut, sang ayah sempat membuat status di WhatsApp berupa video disertai caption. Padahal, selama ini ayahnya tak pernah bikin status WhatsApp.

"Bapak pertama kali bikin status WA seperti itu, statusnya video pelabuhan saat mau nyeberang dengan caption 'perjalanan mulih iki' (perjalanan pulang ini). Padahal bapak enggak pernah bikin status," jelasnya.

Miarti menambahkan, sang ayah dan keluarga Ali Mustofa sempat mampir untuk beristirahat sambil membeli kopi. Namun, rombongan ini tidak memberi kabar melalui telepon kepada keluarga. Keluarga juga beranggapan, mereka tengah dalam perjalanan pulang ke Blitar.

"Katanya dari sempat mampir ngopi, setelah itu lanjut perjalanan. (Bapak) biasanya sedikit-sedikit telepon, tapi pas Jumat malam itu enggak. Terakhir telepon pas sore, dimatikan karena ibu saya ngerasa sesak dan tidak enak badan," katanya.

Duka Ali Mustofa setelah istri dan anaknya meninggal dalam kecelakaan maut di Tol Semarang-Batang. Baca halaman selanjutnya...

Sudarmajianto merupakan paman dari Ali Mustofa. Mereka sepakat berangkat ke Lampung untuk menghadiri acara pernikahan. Menurut Miarti, mereka berangkat tanpa firasat khusus.

"Pak Ali yang punya mobil, masih keponakannya Bapak. Bapak ikut berangkat, karena nggak ada feeling apapun. Berangkatnya Senin (17/6) sore, pas Idul Adha. Di sana empat hari, sempat juga main ke rumah saudara saya (dari ibu) yang di Lampung," terangnya.

Miarti mengaku mendapatkan kabar kecelakaan bapak dan keluarganya pada Sabtu (22/6) sekitar pukul 09.00 WIB. Saat itu, dia hanya mendapatkan kabar bapaknya kecelakaan, tapi tidak diberikan informasi mengenai kondisinya.

"Dapat informasi kalau bapak kecelakaan, tapi tidak tahu kondisinya. Terus dikabari lagi kalau tidak ada. Kemudian, tiba pagi tadi (Minggu) sekitar pukul 01.00 WIB, dengan tiga ambulans. Setelah itu dimakamkan tadi pagi," tandasnya.

Kepedihan yang sama juga dirasakan oleh Ali Mustofa. Meski selamat dari kecelakaan tersebut, Ali kini hidup sendiri usai kehilangan istri dan anaknya.

Ketua RW 2 Dusun Seduri, Desa/Kecamatan Wonodadi, Hudan Fuadi mengungkapkan, Ali merupakan salah seorang warganya yang sukses. Selama ini, Ali bekerja di Brunei Darussalam. Ali dan Imroatus hanya memiliki satu anak, yakni M Rizqi Mustofa Ramadhan. Keluarga Ali Mustofa dikenal baik dan ramah dengan warga sekitar.

"Baru pulang Minggu (16/6) dari Brunei Darussalam, kemudian Senin (17/6) sore berangkat ke Lampung dengan rombongan keluarganya. Mereka ramah, dan baik," terangnya.

Menurut Hudan, tewasnya Imroatus dan Rizqi menjadi duka mendalam bagi Ali Mustofa. Meskipun Ali sudah berada di rumah duka, namun para tetangga masih enggan bertanya lebih jauh kepada korban untuk menjaga perasaannya.

"Ya pasti masih kaget, kami belum tanya jelas. Hanya sekilas informasi saja yang kami dapat dari warga yang ikut menjemput ke sana," tukasnya.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Polisi Periksa 20 Orang Terkait Perundungan Saat MPLS di Blitar"
[Gambas:Video 20detik]
(hil/dte)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads