Kumpulan Contoh Khutbah Idul Adha Singkat Penuh Makna

Kumpulan Contoh Khutbah Idul Adha Singkat Penuh Makna

Najza Namira Putri - detikJatim
Rabu, 05 Jun 2024 14:20 WIB
Ilustrasi Hari Raya Idul Adha.
Foto: Getty Images/iStockphoto/Sensvector
Surabaya -

Hari Raya Idul Adha 1445 H/2024 sebentar lagi tiba. Ada banyak amalan saat Idul Adha, salah satunya menunaikan salat Id berjamaah.

Seusai mengerjakan salat id berjamaah, biasanya khatib menyampaikan khutbah Idul Adha. Bagi Muslim yang bertugas menjadi khatib, simak referensi naskah khutbah Idul Adha berikut ini.

Kumpulan Khutbah Idul Adha Singkat

Khutbah Idul Adha tidak serta-merta diucapkan begitu saja. Perlu ada persiapan yang matang, termasuk menyiapkan naskah khutbah. Merangkum dari berbagai sumber, berikut ini kumpulan contoh khutbah Idul Adha.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Khutbah Singkat #1: Dua Ibadah Istimewa yang Dianjurkan di Bulan Zulhijjah

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ

اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ. الْحَمْدُ ِللهِ الْقَائِلِ فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ (وَأَذِّنْ فِي النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالاً وَعَلَى كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ) أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ألِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

ADVERTISEMENT

Jamaah Sholat Idul Adha Yang dimuliakan Allah SWT Marilah bersama-sama kita memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW.

Pada kesempatan kali ini, khotib mengingkat kepada seluruh hadirin dan khusus kepada diri sendiri untuk selalu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Sebab, hanya dengan bertakwa kepada Allah SWT lah, maka jalan menuju kebahagiaan di dunia dan akhirat akan diperoleh oleh kita.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar

Dalam bulan Dzulhijjah, umat islam diseluruh penjuru dunia dianjurkan untuk menjalankan dua amalan ibadah, disamping ibadah wajib yang dilakukan setiap harinya, yakni Ibadah Haji dan Ibadah Kurban.

Pertama ibadah haji. Pagi ini, umat Islam yang istitha'ah (mampu) sedang berduyun-duyun dari Muzdalifah menuju Mina untuk melempar jumrah aqobah dan tahallul awal, setelah mulai kemarin siang tanggal 9 Dzulhijjah melaksanakan ibadah wukuf di Arofah. Kalimat talbiyah, labbaika allahumma labbaik, labaika.... berkumandang hampir di seluruh kawasan mas'aril haram. Kawasan yang membentang dari Arafah sampai Masjidil Haram.

Secara hukum, Ibadah haji merupakan hal yang wajib bagi yang mampu sesuai. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur'an surat Ali Imron ayat 96:

وَلِلّٰـهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا ۚ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ اللّٰـهَ غَنِىٌّ عَنِ الْعٰلَمِينَ

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa Lillahilhamdu

Jamaah Sholat Id Rahimakumullah

Anjuran ibadah yang kedua yakni ibadah kurban. Ibadah ini berhukum sunnah 'ain bagi individu dan sunnah kifayah bagi anggota keluarga. Hal ini memiliki kaitan dengan ibadah haji yang bersumber dari ajaran Nabi Ibrahim AS.

Pada hari ini, lebih 3000 tahun yang lalu, Nabi Ibrahim Kholilullah menjalankan praktek keagamaan yang penuh dengan nilai-nilai ke-ilahi-an, ketauhidan, kesabaran dan pengorbanan manusia kepada Tuhannya. Pada saat itu Nabi Ibrahim AS diuji oleh Allah SWT dengan ujian yang sangat luar biasa. Nabi Ibrahim AS melalui mimpinya diperintah Allah SWT untuk menyembelih putra tercintanya Ismail AS. Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam al Quran surat As Shofat : 100-111

رَبِّ هَبْ لِى مِنَ الصّٰلِحِينَ ۚ فَبَشَّرْنٰهُ بِغُلٰمٍ حَلِيمٍ ۚ فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْىَ قَالَ يٰبُنَىَّ إِنِّىٓ أَرَىٰ فِى الْمَنَامِ أَنِّىٓ أَذْبَحُكَ فَانظُر مَاذَا تَرَىٰ ۖ قَالَ يٰٓأَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَر ۖ سَتَجِدُنِىٓ إِن شَآءَ اللّٰـه مِنَ الصّٰبِرِينَ ۖ فَلَمَّآ أَسْلَمَا وَتَلَّهُۥ لِلْجَبِينِ ۚ وَنٰدَيْنٰهُ أَن يٰٓإِبْرٰهِيم ۚ قَدْ صَدَّقْتَ الرُّءْيَا (الاية.....)

Artinya: "Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh. Maka Kami beri dia khabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ). Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik,"

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar

Selain itu, yang lebih penting adalah bagaimana memetik pelajaran dari perintah Allah tersebut dalam kehidupan saat ini. Ibadah Haji merupakan ibadah mahdlah dan bersifat fisik. Pelajaran yang bisa diambil dari ibadah ini adalah bahwa saat kita berkumpul dengan jutaan orang di tanah yang luas, kita merasa kecil. Dalam kondisi seperti itu, tidak pantas bagi kita untuk sombong. Kita membutuhkan orang lain agar bisa membantu kita, dan agar orang lain tidak menyakiti kita.

Tolong menolong dan saling pengertian dibutuhkan dalam upaya kita beribadah kepada Allah. Karena kita tdk bisa beribadah dengan baik,tanpa ada sikap tolong menolong.

Sedangkan secara spiritual apa yang bisa kita rasakan, alami dan refleksikan di tanah suci, saat kita betul-betul merasa dekat kepada Allah, semestinya bisa berpengaruh kepada sikap dan perilaku kita terutama dalam kehidupan bermasyarakat saat kita kembali lagi ke tanah air. Dengan begitu, ibadah haji yang kita jalankan akan memompa kita untuk lebih giat lagi dalam berjuang demi tegaknya kesejahteraan dan keadilan di tengah-tengah masyarakat dan bangsa, termasuk .

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Allahu Akbar wa LillahiIlhamdu

Adapun pelajaran yang bisa kita ambil dari ibadah kurban adalah: dalam kehidupan ini tidak semata-mata materi, tetapi ada yang lebih dari itu, yaitu spiritual. Dalam kitab-kitab Fiqih disebutkan bahwa daging hewan korban harus di sodaqohkan dan tidak boleh dijual belikan. Karena itu, dalam berkorban kita diajari bahwa, dalam hidup ini semuanya tidak bisa sekedar materi, tidak sekedar dihitung dengan uang. Semuanya selalu diperhitungkan dengan uang. Jika tidak memiliki uang, tidak punya kehormatan sehingga diremehkan. Padahal uang bukanlah segala-galanya. Karena ada yang lebih dari itu, yaitu spiritualitas.

Spiritual, yang berasal dari kata spirit yang berarti semangat. Semangat untuk berkurban, berjuang, melakukan sesuatu pekerjaan tidak sekedar mencari harta benda.

Contoh yang paling gampang berkaitan dengan spiritualitas bisa kami sebutkan di sini. Ada seseorang yang berjualan makanan, dia mengatakan "Saya kalau tidak jualan merasa tidak enak. Sebenarnya jika tidak berjualan saya sudah cukup, tetapi jika tidak berjualan saya merasa tidak enak. Karena pelanggan saya nanti makan dimana?" dan seterusnya. Inilah contoh sederhana dari nilai-nilai spiritualitas yang lebih tinggi dari materialitas.

Jamaah sholat id rahimakumullah

Demikian khutbah yang bisa kami sampaikan, semoga ibadah yang sedang dijalankan oleh para jamaah haji di tanah suci bisa menjadi haji yang mabrur dan ibadah kurban yang alan kita lakukan terhitung sebagai amal yang bisa membawa kita menjadi manusia yang tidak hanya sekedar bersikap materialistic, tetapi juga memiliki jiwa spiritualitas yang tinggi.

أعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطنِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ. إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ . بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah Singkat #2: Menguji Tingkat Kehambaan Kita


الحمدُ للهِ الذِي تفضَّل في هذِه الأيَّامِ العَشْرِ علَى كلِّ عبدٍ شَكُورٍ، سُبحانَه غافِرُ الذَّنْبِ وقابِلُ التَّوبِ شَديدُ العِقَابِ، نَحْمَدُهُ عَلَى نِعَمٍ أَتَمَّهَا، وَعَافِيَةٍ أَسْبَغَهَا، وَمِحَنٍ رَفَعَهَا، وَكُرُوبٍ كَشَفَهَا، وَنَشْكُرُهُ عَلَى مَا شَرَعَ لَنَا مِنَ المَنَاسِكِ، وَمَا عَلَّمَنَا مِنَ الْأَحْكَامِ وَالشَّرَائِعِ، وَلَوْلَاهُ سُبحانَه لَضَلَلْنَا.

وَأَشْهَدُ أَنَّ محمَّدًا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ صَاحِبُ الْوَجْهِ الأَنْوَرِ، وَالْجَبِينِ الأَزْهَرِ، وَأَفْضَلُ مَنْ صَلَّى وَزَكَّى وَصَامَ وَحَجَّ وَاعْتَمَرَ، صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيمًا مَدِيدًا وَأَكْثَرَ، أما بعد:

الله أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، لا إِلهَ إلاَّ اللهُ، واللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، وللهِ الْحَمْدُ

Ma'asyiral muslimin rahima kumullah

Pada hari ini kita berada dalam Yaumun Nahr, hari yang sangat dimuliakan dan diagungkan oleh AllahSubhanahu wa Ta'ala, di mana hari ini kemudian disusul dengan hari tasyrik yaitu hari-hari di mana kita justru diharamkan berpuasa. Itu menunjukkan bahwa hari ini adalah hari istimewa bagi setiap hamba karena seiring dengan itu hari ini adalah hari di mana kita diperkenankan untuk berpesta. Walaupun dalam menjalaninya kita jangan sampai bersifat tabdzir atau boros dan isyraf atau berlebih-lebihan.

كَذَٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمۡ لِتُكَبِّرُواْ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمۡۗ وَبَشِّرِ ٱلۡمُحۡسِنِينَ

Artinya: "...Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. (al-Hajj: 37)

Ayat di atas mengisyaratkan agar kita mengagungkan Allah atas hidayah yang Allah berikan kepada kita. Tanpa adanya hidayah-Nya maka manusia tidak akan dapat mengetahui secara pasti akan kebenaran. Jadilah manusia hidup berdasarkan persepsi masing-masing akan kebenaran, maka yang terjadi pasti nafsu manusia akan berperan secara dominan, nafsu-nafsu tersebut satu sama lainnya akan saling berbenturan, dan akibat berikutnya akan dapat kita saksikan sendiri.

وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُون

Artinya:" Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku." (adz-Dzariyat: 56)

Dalam ayat di atas, bukan hanya manusia, jin pun juga diciptakan dalam rangka supaya mereka menghambakan diri kepada Allah semata. Dengan demikian manusia dilarang merasa dirinya hebat, merasa mulia, merasa terhormat dan merasa lebih lainnya. Karena hakekat penghambaan berarti secara totalitas semua yang melingkupi dirinya adalah dalam gerak sebagai hamba Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Seberapa besar tingkat seseorang hamba dapat lulus dengan baik terhadap ujian, terutama saat mendapatkan ujian berupa kelebihan kemampuan, kelebihan secara finansial, kelebihan kapasitas keilmuannya, kelebihan bentuk fisiknya dan seterusnya. Jika semua itu dianggapnya sebagai kehebatan dirinya dan tidak menyadari bahwa semua itu anugerah sekaligus Amanah dari Allah, maka yang akan terjadi ia akan menjadi sombong, kikir dan sifat buruk lainnya. Dengan demikian ia tidak lulus dengan ajian ini.

Dengan berbagai ujian ini, khususnya di hari nahr dan hari tasyrik ini kita diuji untuk diketahui siapa yang benar-benar imannya jujur dalam kebenaran iman, mana yang justru dusta atas namanya imannya. Ujian ini adalah ujian kehambaan seorang hamba, apakah ia menghamba kepada Allah secara tulus ataukah menghamba kepada selain Allah yakni menghamba kepada nafsunya.

أَفَرَءَيۡتَ مَنِ ٱتَّخَذَ إِلَٰهَهُۥ هَوَىٰهُ وَأَضَلَّهُ ٱللَّهُ عَلَىٰ عِلۡمٖ وَخَتَمَ عَلَىٰ سَمۡعِهِۦ وَقَلۡبِهِۦ وَجَعَلَ عَلَىٰ بَصَرِهِۦ غِشَٰوَةٗ فَمَن يَهۡدِيهِ مِنۢ بَعۡدِ ٱللَّهِۚ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ

Artinya: "Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?" (al-atsiyah: 23)

Orang-orang yang telah menghamba kepada nafsunya dia tidak akan dapat bersikap obyektif, karena itu ia tidak akan dapat melihat kebenaran, telinganya dan hatinya terkunci, penglihatannya tertutup, maka ia menjadi tuli, bisu dan buta, dan begitulah keadaan mereka di akhirat nanti.

وَمَنۡ أَعۡرَضَ عَن ذِكۡرِي فَإِنَّ لَهُۥ مَعِيشَةٗ ضَنكٗا وَنَحۡشُرُهُۥ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ أَعۡمَىٰ

Artinya: "Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkan pada hari kiamat dalam keadaan buta". (Thaha: 124)

Allahu Akbar! 3x walillahilahamd

Betapa mengerikannya ancaman bagi orang-orang yang menjadikan hawa nafsunya menjadi tuhannya. Di dunia ia belum tentu b ahagia di akhirat sudah jelas nasibnya. Maka pilihan kita adalah menaati Allah dan rasul-Nya maka kebahagiaan itu pasti didapatkan. Bagi siapa yang saat ini yang mampu berkorban, dan belum terbersit untuk turut berkorban maka segeralah berkorban karena masih ada tiga hari ke depan sebagai hari tasyrik, insyaallah akan mendapatkan ganti yang lebih besar dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Bukankah semua rezeki kita dari Allah, lalu mengapa kita kikir terhadap apa yang telah Allah anugerahkan kepada kita?

Berkorban dengan ketakwaan merupakan landasannya. Oleh karena itu yang kita korbankan terutama adalah dominasi nafsu kita yang sudah tidak boleh lagi terlalu dominan mengarahkan hidup kita, akan tetapi nafsu ini harus ditundukkan pada ketentuan Allah dan Rasul-Nya. Di situlah kehambaan ini akan mutlak hanya kepada Allah semata sebagaimana isyarat dari surah adz-Dzariyaat ayat 56 dia atas.

لَن يَنَالَ ٱللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَآؤُهَا وَلَٰكِن يَنَالُهُ ٱلتَّقۡوَىٰ مِنكُمۡۚ كَذَٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمۡ لِتُكَبِّرُواْ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمۡۗ وَبَشِّرِ ٱلۡمُحۡسِنِينَ

Artinya: "Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik." (alHajj: 37)

Daging-daging korban itu silakan sebagian dinikmati bagi pengorban dan dibagikan kepada lainnya. Jika kepada fakir miskin itu adalah sedekah dan bagi yang mampu itu adalah hadiah. Hari itu adalah hari yang berbahagia, maka tidak boleh ada ketamakan di dalamnya, jangan sampai di antara umat ini yang tidak dapat merasakan kebahagiaan karena tidak mendapatkan bagian disebabkan ada yang tamak.

Semoga kita semua dijadikan oleh sebagai hamba-Nya yang tetap istikamah dalam mempertahankan keimanannya sekaligus mampu membuktikan keimanan ini dengan ketaatan kepada-Nya dan juga kepada Rasul-Nya. Amin

اللَّهُمَّ احْفَظْ حُجَّاجَ بَيتِكَ الْـحَرَام مِنْ كُلِّ مَكْرُوهٍ وَسُوءٍ، اللَّهُمَّ أَعِدْهُمْ إِلَى دِيَارِهِمْ وَأَبْنَائِهِمْ سَالِمِينَ غَانِـمِينَ، اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ حَجَّهُمْ، وَاغْفِرْ ذُنُوبَهُمْ، وَاجْعَلِ الْجَنَّةَ جَزَاءَهُمْ، الَّلهُمَّ احْمِ بِلَادَنَا وَسَائِرَ بِلَادِ الإِسْلَامِ مِنَ الفِتَنِ، وَالمِحَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ.

لَّلهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا لِمَا تُحِبُ وَتَرْضَى، وَخُذْ بِنَاصِيَتِهِ لِلْبِرِّ وَالتَّقْوَى، الَّلهُمَّ احْقِنْ دِمَاءَ أَهْلِ الإِسْلَامِ فِي كُلِّ مَكَانٍ، اللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِينَ عَلَى حُدُودِ بِلَادِنَا، اللَّهُمَّ اِجْعَلْهُ عِيدَ عِزٍّ، وَنَصْرٍ، وَتَمْكِينٍ، اللَّهُمَّ أَعِدْهُ عَلَينَا، وَعَلَى المُسْلِمِينَ بِاليُمْنِ وَالإِيمَانِ، وَالسَّلاَمَةِ والإِسْلَامِ وَتَقَبَّلَ مِنَّا وَمِنَ المُسْلِمِينَ صَالِحَ الأَعْمَالِ، سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ العزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ، وَسَلَامٌ عَلَى المُرْسَلِينَ، وَالحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِينَ.

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ العزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ، وَسَلَامٌ عَلَى المُرْسَلِينَ، وَالحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِينَ.

Khutbah Singkat #3: Membangun Peradaban Bangsa


اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.،

قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ. اَعُوْذُبِاللهِ مِنَ

الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ.

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰتِهٖ وَلَا تَمُوۡتُنَّ اِلَّا وَاَنۡـتُمۡ مُّسۡلِمُوۡنَ

Hadirin Rahimakumullah

Mari kita bersyukur kepada Allah SWT, karena atas rahmat-Nya, kita dapat melaksanakan shalat Idul Adha di tanah lapang ini. Setelah kemarin kita berpuasa Arafah di tanggal 9 Dzulhijjah. Dan mulai bakda Subuh di hari itu pula kita sudah mulai melantunkan kalimat takbir untuk membesarkan asma Allah. Kalimat tahlil untuk mentauhidkan Allah. Tidak ada tuhan melainkan Allah, serta bertahmid untuk mensyukuri nikmat Allah.

Allahuakbar Allahuakbar walillahilhamdu

Hadirin Rahimakumullah

Di momentum Idul Adha 1445 H ini saya mengajak hadirin untuk meningkatkan ketaKwaan kepada Allah. Karena dengan asas takwa inilah amal perbuatan kita akan diterima oleh Allah. Di samping itu mari kita mengingat bahwa tujuan utama manusia diciptakan adalah untuk menjadi Khalifah fil ard (wakil Allah di muka bumi). Sebagaimana petikan firman Allah dalam al-Qur'an surat al-Baqarah ayat 30.

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ

Artinya: "Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat, sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi."

Khalifah memiliki arti pemimpin, pengganti, dan penguasa. Semua arti itu merujuk pada fungsi penciptaan manusia sebagai pemakmur bumi. Oleh karena itu, umat Islam sebagai warga bangsa, sudah selayaknya berkomitmen kuat untuk menjadikan bangsa ini sebagai bangsa yang berkeadaban. Ini sejalan dengan hadis Nabi Muhammad SAW

إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ

Artinya: "Sesungguhnya aku (Rasulullah saw) diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik." (HR Ahmad)

Maka di momen yang baik ini, mari kita gunakan untuk merefleksi diri. Sudah sejauh manakah kita mengusahakannya?

Hadirin Rahimakumullah

Nabi Ibrahim AS dapat kita jadikan sebagai sosok teladan dalam membangun peradaban bangsa. Dari kisah perjalanan kehidupannya dapat kita mengambil ibrahnya.

Pertama, mengokohkan keyakinan tauhid. Hendaknya ini dimulai dari diri terlebih dulu, ifdak binafsik. Inilah yang dilakukan pertama kali oleh Ibrahim untuk mengemban tugas kekhalifahan. Teguhkan ketauhidan dalam diri. Ini yang akan memperkuat sikap kita dalam ikhtiar mewujudkan bangsa yang berkeadaban.

Hanya manusia yang kuat tauhidnya yang akan mampu mengemban amanat memakmurkan bumi. Orang yang dhalim dan musyrik, justru akan menghianati amanat itu. Sehingga mereka hanya akan membuat fasadkerusakan di muka bumi.

Hal ini ditegaskan Allah dalam al-Qur'an surat Al-Ahzab ayat 72:

إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنْسَانُ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا

Artinya: "Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung. Maka, semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat dhalim dan amat bodoh." (al-Ahzab: 72).

Kedua, merestorasi bangunan keluarga pada asas takwa. Jika hal ini mampu kita lakukan, maka ini akan memberikan energi baru dan lebih menguatkan perjuangan. Kita belajar pada nabi Ibrahim yang berdakwah dengan mendapat support dari istri dan anaknya. Yaitu Hajar dan Ismail. Mereka ridha dipisahkan oleh jarak dan waktu demi tegaknya kemakmuran di muka bumi ini. Bahkan Ismail rela mengorbankan jiwa raganya untuk menjalankan perintah Allah. Inilah pentingnya asas takwa.

Ketiga, mengajak umat untuk bersama-sama mewujudkan bangsa yang berkeadaban. Tugas ini tidak mudah, karena sudah mencakup komunitas yang lebih luas dan kompleks. Maka, harus dilakukan dengan metode dakwah yang tepat.

ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

Artinya: "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah, pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk." (an-Nahl 125)

Cara dakwah inilah yang harus kita tempuh. Dakwah dengan bil hikmah. Sampaikan dengan terang benderang, Islam adalah agama yang rahmatan lil alamin. Melindungi segenap warga bangsa. Selanjutnya dengan mauidhah hasanah (nasihat yang baik). Dan yang tidak kalah pentingnya dengan mengedepankan dialog antar warga untuk kemaslahatan bersama. Inilah cara terbaik yang diajarkan Sang Mahahakim.

Allahuakbar Allahuakbar walillahilhamdu
Hadirin Rahimakumullah

Setelah semua itu diupayakan dengan kesungguhan, berdoalah kepada Allah untuk kemaslahatan bersama. Barulah yang terakhir kita tawakal kepada Allah.

Akhirnya, mari kita berdoa, semoga bangsa ini menjadi bangsa yang berkeadaban. Bangsa yang baldatun thayibatun warabbun ghafur.

اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

اَللَّــهُمَّ صَلِّ عَـلـٰى مُحَمَّدٍ وَعَــلـٰى أَلِـهِ وَصَحْبِهِ وَسِلِّـمْ

ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺍﻏْﻔِﺮْ ﻟِﻠْﻤُﺴْﻠِﻤِﻴﻦَ ﻭَﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻤَﺎﺕ ﻭَﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ

ﻭَﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨَﺎﺕِ ﺍﻟْﺄَﺣْﻴَﺎﺀِﻣِﻨْﻬُﻢْ ﻭَﺍﻟْﺄَﻣْﻮَﺍﺕ

ﺭَﺑَّﻨَﺎ ﺍﻏْﻔِﺮْ ﻟِﻲ ﻭَﻟِﻮَﺍﻟِﺪَﻱَّ ﻭَﻟِﻠْﻤُﺆْﻣِﻨِﻲﻥَ ﻳَﻮْﻡَ ﻳَﻘُﻮﻡُ ﺍﻟْﺤِﺴَﺎﺏُ

رَبِّ اجْعَلْ هٰذَا بَلَدًا اٰمِنًا وَّارْزُقْ اَهْلَهٗ مِنَ الثَّمَرٰتِ مَنْ اٰمَنَ مِنْهُمْ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ

رَبَّنَغْفِرْلَنَ وَلِ اِخْوَانِنَاَّذِنَ سَبَقُونَبِلْ اِيمَن وَلاتَجْعَلْ فيقُلوبِنَ غِلَّلِلَّذِينَ آمَنُ رَبَّنَ اِنَّكَرَءُفُرَّحِمْ

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ العِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلَامٌ عَلَى المُرْسَلِيْنَ وَ الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَلَمِيْنَ

Khutbah Singkat #4: Kurban Sarana Menjadi Pribadi Dermawan

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ، وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْد الحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ خَلَقَ الزّمَانِ وَفَضَّلَ بَعْضَهُ عَلَى بَعْضٍ فَخَصَّ بَعْضُ الشُّهُوْرِ وَالأَيَّامِ وَالَليَالِي بِمَزَايَا وَفَضَائِلِ يُعَظَّمُ فِيْهَا الأَجْرُ والحَسَنَاتُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُ الْمُبِيْنُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ خَاتَمُ النَّبِيِّيْنَ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، وَأَحُسُّكُمْ عَلَى طَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ

قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ: أَعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ، بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ لِيَشْهَدُوا مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْبَائِسَ الْفَقِيرَ

Jamaah shalat Idul Adha rahimakumullah

Pada pagi yang penuh berkah dan kebahagiaan ini, marilah kita tundukkan segenap jiwa dan raga kita di hadapan Allah swt dengan cara selalu meningkatkan keimanan dan ketakwaan, selalu ingat kepada Allah sehingga kita senantiasa diliputi ketenangan batin dalam kehidupan ini.

Berbicara Idul Adha tidak dapat dipisahkan dari kisah kekasih Allah, yaitu Nabi Ibrahim AS. Sosok Nabi yang rela mengorbankan apapun demi meraih cintanya kepada Sang Pencipta. Kecintaan Nabi Ibrahim kepada Allah tidak semulus yang dikira, kecintaannya penuh dengan lika liku ujian dan cobaan.

Hal ini sebagai konsekuensi, bahwa setiap orang yang mengaku cinta dan beriman kepada Allah, tentu tidak bisa lepas cobaan dan ujian. Ketika seseorang sudah mengucapkan dua kalimat syahadat, secara otomatis dan harus disadari juga bahwa dia sudah siap menerima ujian yang akan diberikan oleh Allah, sebagaimana firman Allah:

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا ءَامَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ

Artinya: "Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?" (Qs. al-Ankabut: 2).

Ujian yang diberikan Allah kepada manusia bukan bertujuan untuk melemahkan manusia, tapi untuk mengukur sejauh mana manusia itu benar-benar beriman dan cinta kepada Allah dalam kondisi apapun dan di manapun. Sikap yang paling bijak dalam menghadapi ujian atau cobaan dari Allah swt adalah mengambil hikmah atau menjadikan pelajaran penting untuk bekal meniti kehidupan ini lebih baik lagi.

Allahu akbar, allahu akbar, allahu akbar. Jamaah shalat Idul Adha rahimakumullah.

Perlu kita ketahui bersama, bahwa tingkat spriritualitas seseorang dapat dilihat dari kesehariannya hidup berdampingan dengan orang lain. Islam tidak hanya mengajarkan ibadah kepada Allah semata yang biasa disebut ibadah vertikal seperti shalat, puasa, dzikir, dan sejenisnya. Akan tetapi Islam juga melainkan mengajarkan ibadah yang berdimensi sosial, seperti infak, zakat, sedekah, qurban, dan sejenisnya. Hal ini sebagai wujud manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup sendirian, tidak bisa memenuhi kebutuhannya sendiri dan insan yang membutuhkan orang lain.

Hal yang paling bisa kita lihat minimal dalam satu tahun dua kali, pertama hari raya Idul Fitri terdapat perintah bagi setiap umat Islam untuk mengeluarkan zakat fitrah berupa bahan makanan pokok untuk diberikan kepada mereka yang berhak menerimanya. Sedangkan di hari raya Idul Adha terdapat ibadah sosial berupa penyembelihan hewan qurban yang mana dagingnya selain dapat dikonsumsi untuk orang yang berkurban, juga diperintahkan untuk dibagikan kepada orang yang membutuhkan dan fakir. Sebagaimana firman Allah SWT:

لِيَشْهَدُوا مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْبَائِسَ الْفَقِيرَ

Artinya: "Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezeki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir." (Qs. al-Hajj: 28).

Ayat tersebut juga dapat kita pahami bahwa rezeki yang diberikan Allah kepada kita semua sejatinya tidak semata-mata untuk kita nikmati sendiri, melainkan juga untuk berbagi kepada orang yang sengsara dan fakir.

Dengan demikian, Islam mengajarkan pada kita semua menjadi pribadi yang luman dan dermawan, jangan menjadi pribadi yang pelit dan egois. Terlebih saat kita melihat saudara kita sedang dalam kesulitan, kita semua seharusnya respeck terhadap kondisi orang-orang yang ada di sekitar kita. Kita perhatikan apakah mereka sudah makan atau belum, apa yang mereka butuhkan sebisa mungkin kita saling bergandengan tangan membantu orang-orang yang membutuhkan.

Allahu akbar, allahu akbar, allahu akbar. Jamaah shalat Idul Adha rahimakumullah.

Penting untuk dipahami oleh semuanya, bahwa jika kita berbuat baik pada orang lain, maka sejatinya kebaikan itu akan kembali pada diri kita, begitu pula sebaliknya, sebagaimana firman Allah SWT:

إِنْ أَحْسَنتُمْ أَحْسَنتُمْ لِأَنفُسِكُمْ ۖ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا

Artinya: "Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri,..." (Qs. al-Isra': 7)

Akhir khutbah, semoga kita semua diberikan kesembuhan dan kesehatan, diberi kekuatan untuk selalu beribadah. Kita juga patut berdoa semoga Allah senantiasa memberikan kekuatan dalam menghadapi berbagai ujian yang menimpa kepada kita semua

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَذِكْرِ اْلحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

Khutbah Singkat #5: Nilai-nilai Pendidikan dalam Peristiwa Kurban

اللهُ أَكْبَرُ (٣×) اللهُ أَكْبَرُ (٣×) اللهُ اَكبَرُ (٣×) اللهُ أَكْبَرُ كُلَّمَا هَلَّ هِلاَلٌ وَأَبْدَرَ، اللهُ أَكْبَرُ كُلَّماَ صَامَ صَائِمٌ وَاَفْطَرَ، اللهُ أَكْبَرْ كُلَّماَ تَرَاكَمَ سَحَابٌ وَأَمْطَرَ وَكُلَّما نَبَتَ نَبَاتٌ وَأَزْهَرَ وَكُلَّمَا أَطْعَمَ قَانِعٌ اْلمُعْتَرَّ. اَلْحَمْدُ للهُ الَّذِي فَضَّلَ عَشْرَ ذِى الْحِجَّةِ بِتَضْعِيْفِ أُجُوْرِ اْلعِباَدَاتِ. فَمَنْ كَانَ خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ إِلَى شِرَاءِ الْأُضْحِيَّةِ كَانَ لَهُ بِكُلِّ خَطْوَةٍ عَشْرُ حَسَنَاتٍ وَمُحِيَ عَنْهُ عَشْرُ سَيِّئَاتٍ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ المُوْجِدُ الْمُعْدِمُ الْمَخْلُوْقَاتِ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ رَغَّبَ أُمَّتَهُ فِى الْأُضْحِيَّةِ وَ أَعْمَالِ الصَّالِحاَتِ. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَ سَلِّمْ عَلى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ سَيِّدِ السَّادَاتِ وَعَلى آلِهِ وَصَحْبِهِ ماَ اخْتَلَفَتِ الْأَيَّامُ وَ السَّاعاَتُ. أَمَّا بَعْدُ. فَيَاعِبَادَ اللهِ اِتَّقُوااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Saudara kaum muslimin-muslimat yang dimuliakan oleh Allah,

Alhamdulillah, pada pagi hari ini kita bisa menyelenggarakan shalat Idul Adha dengan bahagia. Sesuai dengan namanya, yaitu Hari Raya Kurban, maka pada 10 Dzulhijjah sampai dengan 3 hari berikutnya yang disebut sebagai hari tasyriq, marilah kita mendekatkan diri kepada Allah dengan jalan menyembelih hewan kurban dan membagi-bagikannya sebagai amal sosial kepada yang membutuhkan.

Selain itu, penyembelihan hewan kurban ini sebagai wujud dari rasa syukur kita atas segala nikmat yang dikaruniakan oleh Allah kepada kita semua, sebagaimana perintah Allah yang termuat dalam Surat al-Kautsar:

إِنَّآ أَعۡطَيۡنَٰكَ ٱلۡكَوۡثَرَ، فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَٱنۡحَرۡ، إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ ٱلۡأَبۡتَرُ

Artinya: "Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak.Maka laksanakanlah shalat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah). Sungguh, orang-orang yang membencimu dialah yang terputus (dari rahmat Allah)."

Berbahagialah mereka yang mampu beribadah kurban, sebab ini adalah anugerah istimewa di mana kebaikan ini kelak menjadi saksi di hari kiamat.

عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِىَّ ﷺ مَا عَمِلَ ابْنُ آدَمَ يَوْمَ النَّحْرِ عَمَلاً أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ هِرَاقَةِ دَمٍ وَإِنَّهُ لَيَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَظْلاَفِهَا وَأَشْعَارِهَا وَإِنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ عَلَى الأَرْضِ فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا

Artinya: "Dari 'Aisyah, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Tidaklah pada hari nahr manusia beramal suatu amalan yang lebih dicintai oleh Allah daripada mengalirkan darah dari hewan kurban. Ia akan datang pada hari kiamat dengan tanduk, kuku, rambut hewan kurban tersebut. Dan sungguh, darah tersebut akan sampai kepada (ridha) Allah sebelum tetesan darah tersebut jatuh ke bumi, maka bersihkanlah jiwa kalian dengan berkurban." (HR. Ibnu Majah)

Hadirin Jamaah Shalat Idul Adha yang dimuliakan oleh Allah

Kurban adalah peristiwa monumental yang selain memiliki nilai sejarah, juga mengandung nilai ibadah dan hikmah. Seorang Rasul yang diperintah oleh Allah menyembelih anak kesayangannya, sebagai wujud ketaatan seorang hamba kepada Tuhannya. Dalam hal ini, selain memiliki nilai ibadah, Kurban yang dilaksanakan setiap bulan Dzulhijjah juga memiliki dimensi sosial. Yaitu, semua bergotong royong membantu prosesi penyembelihan hewan sekaligus mendistribusikannya. Selain itu, mereka yang mampu juga melaksanakan ibadah ini sebagai bentuk kepedulian juga terhadap sesama.

Sebagai bagian dari ajaran agama, ada beberapa nilai pendidikan yang bisa dipetik dari peristiwa yang dijalani oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail alaihimassalam ini. Di antaranya:

Pertama. Menjalani perilaku sabar. Nabiyullah Ibrahim alaihissalam sudah berpuluh tahun menikah namun belum dikaruniai putra. Di sinilah kesabaran beliau diuji. Bisa saja Allah memberikan putra kepada Nabi Ibrahim, yang bergelar Khalilullah, namun Allah menunda memberikan putra kepadanya. Dan, beliau menjalaninya dengan penuh kesabaran. Inilah di antara akhlak yang dicontohkan oleh Nabiyullah Ibrahim alaihissalam. Yaitu, menjalani ketentuan Allah dengan penuh kesabaran.

Oleh karena itu, sebagai manusia, seringkali kita terburu-buru berprasangka buruk kepada Allah atas apa yang menimpa kita. Padahal kita belum tahu kejutan, atau bahkan hikmah, atas apa yang digariskan oleh Allah kepada kita. Oleh karena itu, sebagai makhluk-Nya, kita harus senantiasa berprasangka baik kepada Allah. Sebab, sebagaimana hadits qudsi yang disabdakan oleh Rasulullahshallallahu 'alaihi wasallam, bahwa Allah mengikuti prasangka hamba-Nya (أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي )

Sebagian ulama menjelaskan maknanya, yaitu Allah akan menganugerahkan ampunan jika hamba meminta ampunan. Allah akan menerima taubat jika hamba-Nya bertaubat. Dan, Allah akan mengabulkan doa jika hamba meminta. Allah akan beri kecukupan jika hamba-Nya meminta kecukupan, dan seterusnya. Ini adalah hikmah pertama.

Hadirin jamaah Shalat Idul Adha yang dirahmati Allah

Nilai pendidikan yang kedua dalam peristiwa kurban ini adalah tawakkal. Jadi, setelah beliau menunggu kehadiran buah hati selama puluhan tahun, akhirnya dikaruniai Ismail alaihissalam melalui rahim Siti Hajar. Nabi Ibrahim alaihissalam sangat berbahagia dengan karunia ini. Namun, Allah tiba-tiba memberikan ujian kepadanya yaitu menyembelih putra yang beliau cintai. Dalam Surat Ash-Shaffat, ayat 102, Allah mengabadikan peristiwa ini dengan ungkapan yang bijak, tuturan seorang ayah kepada anaknya:

يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ

Artinya: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu"

Ketika menyampaikan kabar ini, Nabi Ibrahim 'alaihissalam juga menunggu reaksi dari putranya, yaitu Ismail 'alaihissalam, dengan menanyakan pendapatnya.

فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى

Artinya: "Maka pikirkanlah apa pendapatmu?"

Ayat ini telah mengajarkan kepada kita apabila dalam menentukan keputusan penting yang berkaitan dengan buah hati, kita juga memberikan peluang kepadanya untuk berpendapat. Ketika sang ayah memberikan pertanyaan tersebut, maka Ismail 'alaihissalam menjawabnya dengan penuh kepastian.

قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ

Artinya: "Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar."

Hadirin yang Dimuliakan oleh Allah...

Dialog antara ayah dengan anak telah diabadikan oleh Allah dalam Surat As-Shaffat. Dalam metode pendidikan, pola semacam ini disebut metode hiwari alias dialog. Nabi Ibrahim tidak langsung menyuruh Ismail 'alahissalam menuruti keinginannya agar mau disembelih. Melainkan, menanyakan kepadanya terlebih dulu. Meminta pendapatnya. Menguji respon dan reaksinya. Hal ini sesuai dengan fitrah psikologis, bahwa remaja bisa dimintai pendapat melalui cara dialog untuk mengembangkan nalarnya. Dan, Ismail 'alaihissalam menjawab dengan pasti dan percaya diri serta berharap dirinya menjadi bagian orang-orang yang bersabar (minas shabirin).

Poin ketiga dalam peristiwa ini adalah pendidikan ketauhidan. Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail 'alaihimassalam kompak menjalani perintah Allah. Keduanya berserah diri dan bertawakal menjalani perintah Sang Pencipta, meskipun ketika hendak disembelih, Allah menggantinya dengan hewan sembelihan dari surga.

Pelajaran yang bisa kita petik dari peristiwa ini adalah pentingnya menanamkan ketauhidan kepada keluarga. Seorang ayah yang memiliki karakter kuat dan ketauhidan yang kokoh akan bisa mendidik anaknya dengan baik dalam hal kecintaan kepada Allah dan mentaati perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya, jika dirinya terlebih dulu memberikan contoh yang konkrit. Nabi Ibrahim telah memberikan contoh, dan Nabi Ismail pun tidak ragu melaksanakan permintaan dari ayahnya.

Sebagai seorang ayah, Nabi Ibrahim memberi contoh bagaimana ketaatan kepada Allah harus didahulukan daripada kecintaan terhadap anak. Sebagai seorang yang beriman, beliau menjalani ujian ini dengan baik. Tidak ada gugatan kepada-Nya, mengapa harus menyembelih putra yang telah dinantikan, bagaimana bisa Allah memerintahkan hal ini, dan berbagai pertanyaan lainnya. Yang dilakukan oleh beliau adalah menjalankannya, berserah diri kepada Allah untuk meraih ridlo-Nya. Sebab, beliau sadar, sebagai hanifan muslima alias seorang yang bersadar diri tunduk kepada-Nya dan menjalani ketentuan Allah.

Sedangkan sebagai seorang anak, Ismail 'alaihisaalam mematuhi perintah dari ayahnya sebagai wujud bakti seorang anak, dan sebagai ungkapan ketaatan seorang hamba kepada Allah.

Demikianlah di antara hikmah peristiwa kurban yang dijalani oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail 'alaihimassalam. Semoga kita bisa memetik pelajaran dari khutbah yang saya sampaikan ini dan semoga kita semua bisa melaksanakan beberapa hikmah pendidikan yang telah saya sampaikan.

اعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطنِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ. إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الاَبْتَرُ بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah Singkat #6: Keteladanan Nabi Ibrahim AS

اللهُ اَكبَرْ (3×)اللهُ اَكْبَرْ (×3) اللهُ اَكْبَر(×3)
اللهُ اَكْبَرْ كَبِیْرً ا وَ الحَمْدُ ِ ّ ِ بُكْرَ ةً وَ أصِ یْلاً لاَ اِلَھَ اِلاَّ اللهُ
وَ اللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَ ِ اْلحَمْدُ
اَلْحَمْدُ ِ الَّذِى جَعَلَ لِلْمُسْلِمِیْنَ عِیْدَ اْلفِطْرِ بَعْدَ صِ یاَمِ
رَ مَضَانَ وَ عْیدَ اْلاَضْحَى بَعْدَ یَوْ مِ عَرَ فَةَ اَشْھَدُ اَنْ لاَ
اِلَھَ اِلاَّ اللهُ وَ حْدَهُ لاَ شَرِ یْكَ لَھُ لَھُ اْلمَلِكُ اْلعَظِیْمُ اْلاَكْبَرْ
وَ اَشْھَدٌ اَنَّ سَیِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَ سُوْ لُھُ
اللھُمَّ صَلِّ عَلىَ سَیِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِھِ وَ اَصْحَابِھِ
الَّذِیْنَ اَذْھَبَ عَنْھُمُ الرِّ جْسَ وَ طَھَّرْ
اَمَّا بَعْد◌ُ
فَیَا عِبَادَاللهِ اِتَّقُواللهَ حَقَّ تُقَاتِھِ وَ لاَ تَمُوْ تُنَّ اِلاَّ وَ اَنْتُمْ .
مُسْلِمُوْ ن

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala yang telah memberikan nikmat dan keberkahan kepada umat-Nya. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan sahabat-sahabatnya yang setia mengikuti jejak langkahnya.

Tak terasa, hari yang penuh berkah telah tiba. Hari di mana umat Islam di seluruh dunia merayakan Idul Adha. Pada kesempatan ini, mari kita mengambil pelajaran dan menggali makna yang terkandung dalam kisah keteladanan Nabi Ibrahim AS.

Nabi Ibrahim AS, seorang manusia yang terpilih oleh Allah SWT untuk menjadi teladan bagi umat manusia. Dalam kehidupannya, beliau menghadapi ujian dan cobaan yang luar biasa. Salah satu ujian terbesar yang beliau hadapi adalah ketika Allah memerintahkan beliau untuk menyembelih anaknya yang tercinta, Nabi Ismail AS.

Kita semua tahu, seberapa besar cinta seorang ayah kepada anaknya. Namun, Nabi Ibrahim AS, sebagai seorang hamba yang taat, tidak ragu untuk memenuhi perintah Allah. Ini adalah contoh kepatuhan dan ketaatan yang luar biasa. Betapa beratnya ujian itu, tetapi Nabi Ibrahim AS tidak pernah berpaling dari ketundukan kepada Allah.

Dalam perjalanan menuju tempat penyembelihan, Iblis berusaha menggoda Nabi Ibrahim AS agar mengingkari perintah Allah. Namun, Nabi Ibrahim AS dengan teguh berpegang pada iman dan keyakinannya. Ia melempar tujuh kerikil ke arah Iblis sebagai simbol penolakan terhadap godaan syaitan. Ini mengajarkan kita untuk selalu berpegang teguh pada ajaran Islam dan menolak godaan yang akan menghalangi kita dari jalan yang benar.

Namun, ketika Nabi Ibrahim AS bersiap untuk menyembelih Nabi Ismail AS, Allah dengan rahmat-Nya menggantikan Nabi Ismail AS dengan seekor domba. Allah menguji kesetiaan dan ketaatan Nabi Ibrahim AS, dan pada akhirnya, beliau terbukti layak menerima keberkahan yang besar.

Dari kisah ini, ada beberapa pelajaran yang dapat kita petik. Pertama, kesetiaan dan ketaatan kepada Allah haruslah menjadi prioritas utama dalam hidup kita. Seperti Nabi Ibrahim AS, kita juga akan diuji dalam berbagai cara. Namun, dengan ketulusan hati dan iman yang teguh, kita dapat menghadapi ujian-ujian tersebut.

Kedua, dalam menghadapi ujian hidup, kita harus berserah diri sepenuhnya kepada Allah. Nabi Ibrahim AS menunjukkan kepada kita bahwa hanya dengan mengandalkan Allah, kita dapat melewati setiap ujian dengan mulia dan tegar. Allah tidak akan memberikan cobaan melebihi batas kemampuan kita.

Ketiga, kisah Nabi Ibrahim AS mengajarkan kita tentang pengorbanan dan kasih sayang dalam keluarga. Meskipun Nabi Ibrahim AS sangat mencintai putranya, ia siap mengorbankan semuanya demi Allah. Hal ini mengajarkan kita pentingnya mengedepankan ketaatan kepada Allah di atas segala-galanya, termasuk cinta dan kasih sayang keluarga.

Saudaraku, pada hari yang penuh berkah ini, mari kita merenungkan kisah keteladanan Nabi Ibrahim AS dan meneladani sifat-sifat mulia yang beliau miliki. Marilah kita menghadapi ujian-ujian hidup dengan keteguhan iman dan kepatuhan kepada Allah. Marilah kita mengorbankan apa pun yang menjadi penghalang antara kita dan ridha-Nya.

Saya berdoa semoga kita semua dapat mengambil hikmah dan petunjuk dari kisah Nabi Ibrahim AS dalam menghadapi ujian hidup. Semoga Allah memberikan kita kekuatan dan keberkahan dalam menjalani kehidupan ini. Amin.

Akhir kata, mari kita sambut hari Idul Adha dengan hati yang penuh syukur dan tekad yang kuat untuk meningkatkan ketaatan kita kepada Allah. Selamat Hari Raya Idul Adha. Taqabbalallahu minna wa minkum. Eid Mubarak!

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

.بِسْمِ اللهِ الرَّ حْمنِ الرَّ حِ یمِ .أعُوْ ذُ بِا ِ مِنَ الشَّیْطنِ الرَّ جِ یْمِ
إِنَّا أَعْطَیْنَاكَ الْكَوْ ثَرَ فَصَلِّ لِرَ بِّكَ وَ انْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ ھُوَ الأْ َبْتَرُ
بَارَ كَ اللهُ لِي وَ لَكُمْ فِي الْقُرْ آنِ الْعَظِیْمِ
وَ نَفَعَنِي وَ اِیِّاكُمْ بما فیھ مِنَ الآیَاتِ وَ الذِّكْرِ الْحَكِیْمِ
وَ تَ قَبَّلْ مِنِّيْ وَ مِنْكُمْ تِلاوَ تَھُ اِنّھُ ھُوَ السَّمِیْعُ لعَلِیْم
فَاسْتَغْفِرُوْ ا اِنَّھُ ھُوَ اْلغَفُوْ رُ الرَّ حِ یْم

Khutbah Singkat #7: Kurban Sebagai Perwujudan Takwa

اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لاَ اِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ. لاَ اِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ. لاَ اِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ

الْحَمْدُ لِلّٰهِ الْمَلِكِ الْقَهَّارِ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَلَى نِعَمٍ تَتَوَالَى كَالْأَمْطَارِ وَأَشْكُرُهُ عَلَى مُتَرَادِفِ فَضْلِهِ الْمِدْرَارِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةً تُنْجِيْ قَائِلَهَا مِنَ النَّارِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ النَّبِيُّ الْمُخْتَارُ. اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ أَفْضَلَ مَنْ حَجَّ وَاعْتَمَرَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الأَبْرَارِ أَمَّا بَعْدُ، فَأُوْصِيْكُمْ عِبَادَ اللهِ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Hadirin yang dimuliakan Allah,

Pada pagi yang cerah ini marilah kita panjatkan segala puji dan syukur ke hadirat Allah ﷻ yang telah memberikan kesehatan, kekuatan, dan kenikmatan sehingga kita dapat hadir di tempat ini untuk menunaikan salah satu ibadah yang diperintahkan kepada kita sambil mengumandangkan kalimat-kalimat yang agung, takbir, dan tahmid, yang semuanya kita tujukan kepada keagungan dan kebesaran Allah.

Shalawat dan salam atas junjungan kita Nabi Besar Muhammad ﷺ yang telah memberi petunjuk-petunjuk yang benar kepada kita, yang dapat dijadikan pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

Dalam hidup ini, kita sering dihadapkan pada berbagai tantangan dan cobaan. Namun, sebagai umat Muslim, kita memiliki dua kunci penting untuk menghadapinya dengan bijak, yaitu sabar dan tawakal.

Sabar adalah sikap menahan diri dan mengendalikan emosi dalam menghadapi cobaan. Sabar bukanlah kelemahan, melainkan kekuatan yang membuat kita tegar dan kuat. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an, "Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." (Al-Baqarah: 153)

Tawakal, di sisi lain, adalah meletakkan keyakinan sepenuhnya kepada Allah SWT. Ini berarti kita percaya bahwa segala yang terjadi adalah kehendak-Nya, dan kita berserah diri kepada-Nya. Rasulullah SAW bersabda, "Jika kamu semua bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakkal, niscaya Dia akan memberikan rezeki sebagaimana Dia memberi rezeki kepada burung; mereka pergi dengan perut kosong dan kembali dengan perut yang penuh." (At-Tirmidzi)

Dalam menghadapi tantangan hidup, kita dapat mengambil contoh dari kehidupan sebelum kita. Nabi Ibrahim AS, misalnya, telah menunjukkan sabar dan tawakal yang luar biasa ketika diuji dengan perintah Allah untuk menyembelih putranya. Meski penuh rasa sakit dan berat hati, Nabi Ibrahim tetap berserah diri kepada Allah dan mempercayakan segalanya kepada-Nya.

Ketika kita menghadapi tantangan, penting untuk mengingat bahwa setiap ujian adalah kesempatan untuk tumbuh dan memperkuat iman kita. Dengan sabar dan tawakal, kita dapat melalui setiap cobaan dengan penuh kepercayaan kepada Allah SWT.

Dalam mengaplikasikan sabar dan tawakal, kita juga perlu mengimbangi dengan usaha dan tindakan yang bijaksana. Kita tidak boleh hanya pasrah tanpa melakukan upaya untuk mengatasi masalah. Allah SWT menginginkan kita untuk berusaha sebaik mungkin dan kemudian mempercayakan hasilnya kepada-Nya.

Dalam mengakhiri khutbah ini, marilah kita selalu berpegang teguh pada sabar dan tawakal sebagai kunci menghadapi tantangan hidup. Dalam kesulitan, mari kita sabar dan bertawakal kepada Allah, yakin bahwa Dia akan memberikan yang terbaik bagi kita. Semoga Allah memberikan kita kekuatan dan kesabaran dalam menghadapi setiap ujian hidup. Amin.

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ وَأَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ الأَبْرَارِ يَا عَزِيْزُ بَا غَفَّارُ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ. وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Artikel ini ditulis oleh Najza Namira Putri, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(irb/fat)


Hide Ads