IHO Jatim Jelaskan Pemicu dan Dampak Resitensi Antibiotik

IHO Jatim Jelaskan Pemicu dan Dampak Resitensi Antibiotik

Aprilia Devi - detikJatim
Kamis, 23 Mei 2024 02:01 WIB
IHO Jatim dan pihak-pihak terkait berkomitmen dalam penanganan resistensi antibiotik, khususnya di Jatim dan Surabaya.
IHO Jatim dan pihak-pihak terkait berkomitmen dalam penanganan resistensi antibiotik, khususnya di Jatim dan Surabaya. (Foto: Aprilia Devi)
Surabaya -

Resistensi antibiotik menjadi salah satu permasalahan kesehatan di Indonesia yang dari tahun ke tahun yang terus mengalami peningkatan. Pengendalian resistensi antiobotik ini menjadi hal yang mendesak.

Ketua Purna Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba (KPRA) Kementerian Kesehatan 2014-2021, dr Hari Paraton menjelaskan dampak resistensi antibiotik sangat berbahaya. Sebab seseorang yang mengalami akan kebal terhadap pengobatan.

"Bakteri yang sudah tidak bisa dimatikan antibiotik yang cukup efektif untuk membunuhnya, itulah yang namanya resisten. Tren (resistensi antibiotik) meningkat ini harus diatasi karena memberi dampak negatif ke kesehatan, biaya perawatan membengkak, saat sembuh pun tidak sempurna, sehingga produktivitas kerja juga akan menurun," ujar Hari kepada detikJatim, Rabu (22/5/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Resistensi antibiotik sendiri bisa dideteksi melalui pelayanan mikrobiologi. Namun, sayangnya belum semua fasilitas kesehatan memiliki fasilitas ini.

"Resistensi itu bisa terjadi karena alamiah, kedua karena paparan antibiotik manapun. RS yang keliru (memberikan antibiotik) dan dokter yang menduga-duga saja, bisa menyebabkan bakteri makin ganas. Harus benar-benar dicari bakterinya apa," tegasnya.

ADVERTISEMENT

Saat ini berbagai pihak tengah berkomitmen dan bergotong royong dalam rangka pengendalian resistensi antibotik.

Seperti yang dilakukan oleh Indonesia Health Observer (IHO) Jawa Timur bersama dengan perwakilan Dinas Kesehatan Jatim, perwakilan Rumah Sakit, hingga perwakilan profesi seperti apoteker dan lainnya.

"Tujuannya adalah membantu pemerintah untuk mengadakan acara ini, dari profesi apoteker, Dinkes, RS akan dirumuskan dan di-follow up bersama. Akan kita aplikasikan bagaimana antibiotik ini bisa dikendalikan agar tidak membahayakan masyarakat," kata Ketua IHO Jatim, Prof Dr Budi Santoso.

Prof Bus, sapaan akrabnya menyebut bahwa ke depan pihaknya akan terus menggandeng para pemangku kepentingan, profesi di bidang kesehatan, dan berbagai pihak lain yang berkaitan demi menekan kasus resistensi antibiotik.

"Intinya kita harus bersama-sama, kalau dari sisi kedokterannya saja tapi kalau dari sisi yang lain menjual bebas di apotek di online shop kan percuma. Harus sama-sama bergerak," pungkasnya.




(abq/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads