Antibiotik bisa berbahaya bagi kesehatan jika dikonsumsi dengan tidak tepat. Berikut cara yang benar dalam mengonsumsi antibiotik.
Mengutip detikHealth, Antibiotik merupakan kelompok obat yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan atau menghancurkan bakteri. Antibiotik membunuh dan menghentikan tumbuhnya bakteri di dalam tubuh.
Antibiotik biasanya disertai resep dokter. Dokter akan menyesuaikan dosis dengan kondisi pasien.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Termasuk memberitahu hal-hal yang harus diperhatikan sebelum dan saat menggunakan obat, serta efek samping yang bisa dialami setelah menggunakan antibiotik.
Antibiotik merupakan salah satu obat yang harus dipatuhi cara penggunaannya, agar tidak menimbulkan efek samping yang berbahaya.
"Antibiotik harus diminum sesuai keperluan, sesuai dengan instruksi dokter atau aturan. Misalnya berapa hari, apakah sebelum atau sesudah makan dan sesuai dosisnya," ujar dr Sandra Utami Widiastuti, SpPD dari RS Siloam Kebun Jeruk saat dihubungi detikHealth, Rabu (5/9/2012).
dr Sandra juga menuturkan, penggunaan antibiotik yang tidak bijaksana dikhawatirkan bisa menyebabkan terjadinya resistensi atau kekebalan dari bakteri terhadap antibiotik.
Antibiotik:
1. Cara Mengonsumsi Antibiotik yang Benar
Guru Besar Farmakologi UGM Prof Iwan Dwiprahasto pernah menuturkan, penggunaan antibiotik yang tidak tepat bisa membahayakan kesehatan masyarakat secara global maupun individu.
Bentuk penyalahgunaannya cukup beragam. Mulai dari tidak tepat memilih jenis antibiotik hingga cara dan lamanya pemberian antibiotik.
"Kebiasaan memberikan antibiotik dengan dosis yang tidak tepat, serta waktu pemberian yang terlalu singkat atau terlalu lama akan menimbulkan masalah resistensi yang cukup serius," ujar Prof Iwan.
Berikut ini adalah cara benar dalam mengonsumsi antibiotik agar terhindar dari penyalahgunaan antibiotik:
- Minum antibiotik sesuai dosis yang diresepkan dokter. Jangan kebanyakan atau kekurangan.
- Habiskan antibiotik yang diresepkan dokter walau merasa badan sudah sehat. Itu agar kalau sakit lagi obat tersebut masih manjur digunakan alias tidak resisten.
- Jangan membeli sendiri tanpa resep dokter walaupun obat tersebut bisa dibeli di apotek tanpa resep. Sebab, Anda tidak tahu persis berapa dosis dan jumlah yang harus diminum.
- Ingat antibiotik hanya untuk mengobati penyakit yang berasal dari bakteri (mikroba) seperti infeksi saluran kemih, radang tenggorokan.
- Pilek, batuk dan diare umumnya tak perlu antibiotik. Hanya perlu konsumsi makanan bergizi, minum dan istirahat. Jika 3 hari tidak sembuh segera ke dokter.
- Jangan malas bertanya ke dokter, obat mana saja yang mengandung antibiotik dan apa manfaatnya.
- Jangan membeli antibiotik dengan menggunakan resep yang lama.
2. Golongan Antibiotik
Antibiotik memiliki banyak golongan dan berfungsi untuk berbagai kondisi. Berikut golongan-golongan antibiotik yang dirangkum detikHealth:
Penisilin
Penisilin digunakan saat terkena infeksi bakteri. Seperti infeksi streptococcus, meningitis, gonore, faringitis, dan untuk pencegahan endocarditis.
Antibiotik ini juga baik digunakan untuk penderita gangguan ginjal disertai dengan anjuran dan pengawasan dokter.
Penisilin tersedia dalam berbagai bentuk, seperti kaplet, sirop kering, dan suntikan. Masing-masing bentuk obat dapat digunakan untuk kondisi yang berbeda. Jenis penisilin juga berbeda, seperti Amoxicillin, Ampicillin, Oxacillin, dan Penicillin G.
Sefalosforin
Antibitoik jenis ini bisa digunakan untuk pengidap infeksi tulang, otitis media, infeksi kulit, dan infeksi saluran kemih. Sesuai dengan anjuran dan takaran yang dokter berikan.
Sefalosforin memiliki efek samping, seperti sakit kepala, nyeri pada bagian dada bahkan syok. Sefaloaforin memiliki banyak jenis, seperti Cefadroxil, Cefuroxime, Cefixime, Cefotaxim, Cefotiam, Cefepime dan Ceftarolin.
Aminoglikosida
Aminoglikosida adalah golongan antibiotik yang digunakan untuk mengatasi infeksi yang disebabkan bakteri aerob gram-negatif. Antibiotik ini cukup efektif dalam melawan bakteri seperti Mycobacterium Tuberculosis dan Staphylococcus. Pemakaian obat ini dapat dikombinasikan dengan antibiotik lainnya.
Cara kerja antibiotik ini adalah untuk menghambat sintesis protein pada bakteri, sehingga bakteri tidak bisa bertumbuh kembang.
Cara mengonsumsi obat ini harus dengan anjuran dan pengawasan dokter, jika tidak akan menimbulkan efek samping berupa gangguan kesadaran. Jenisnya pun beragam, antara lain Paromomycin, Tobramycin, Gentamicin, Amikacin, Kanamycin dan Neomycin.
Tetrasiklin
Tetrasiklin adalah antibiotik yang digunakan untuk mengobati berbagai infeksi yang disebabkan bakteri. Seperti infeksi pernapasan, infeksi pada alat kelamin atau infeksi menular seksual, infeksi yang dituakan dari hewan dan infeksi kulit, seperti jerawat.
Untuk mengonsumsi Tetrasiklin disarankan saat keadaan perut kosong atau dua jam sebelum makan. Mengonsusmi obat ini akan menimbulkan efek samping berupa mual dan muntah, diare, gatal pada kulit, nyeri pada beberapa bagian tubuh dan demam.
Makrolid
Antibiotik golongan ini bisa mencegah dan mengobati penyakit seperti infeksi saluran pernapasan, infeksi kulit, bronkitis, servisitis, penyakit Lyme, pemfigus, dan sinusitis.
Makrolid tersedia dalam banyak bentuk, yakni tablet, kaplet, sirup kering, dan suntik. Cara kerjanya pun hampir menyerupai golongan lainnya untuk menghambat sitesis pada bakteri. Jenis-jenis makrolid antara lain Erythromycin, Azithromycin, dan Clarithromycin.
Quinolone
Golongan antibiotik ini memiliki bentuk tablet, kaplet, dan suntik. Quinilone dapat mengatasi masalah infeksi yang disebabkan bakteri, seperti infeksi saluran kemih, infeksi kulit, infeksi mata, infeksi telinga, sinusitis, bronkitis, pneumonia, radang panggul, hingga infeksi menular seksual seperti gonore.
Quinolone harus dikonsumsi dengan anjuran dokter agar tidak menimbulkan efek samping berupa gangguan pada sistem saraf pusat. Segera konsultasikan ke dokter jika efek tersebut terjadi.
Klorampenikol
Antibiotik ini berfungsi sama untuk menghambat sintesis protein agar bakteri tidak berkembang biak. Obat ini bisa digunakan untuk menyembuhkan demam tifus, paratifus, meningitis dan infeksi pada mata dan telinga.
Efek samping yang timbulkan pun cukup mengkhawatirkan, yaitu mual, muntah, diare, sakit kepala, perdarahan saluran cerna, gangguan penglihatan hingga kebutaan. Maka dari itu obat ini harus sesuai dengan anjuran dan pengawasan dokter.
(sun/fat)