Apa Saja yang Dilakukan Umat Buddha Saat Waisak?

Apa Saja yang Dilakukan Umat Buddha Saat Waisak?

Albert Benjamin Febrian Purba - detikJatim
Rabu, 22 Mei 2024 20:00 WIB
Api dharma dari Mrapen Grobogan disemayamkan dan disakralkan di Candi Mendut, Magelang, Jawa Tengah, Jumat (2/6/2023).
Perayaan Waisak. Foto: Eko Susanto/detikJateng
Surabaya -

Umat Buddha akan merayakan hari Waisak 2568 BE pada Kamis 23 Mei 2024. Umat berkumpul di vihara dan tempat ibadah untuk memperingati tiga peristiwa penting dalam kehidupan Buddha Gautama, yaitu lahirnya, mencapai pencerahan, dan kematiannya.

Waisak merupakan hari yang penting bagi umat Buddha, tentunya akan diisi serangkaian tradisi yang dilakukan sebagai peringatan. Lantas, tradisi apa saja yang dilakukan umat Buddha saat Waisak?

Tradisi Umat Buddha Saat Waisak

Hari raya Waisak merupakan momen suci bagi umat Buddha. Tidak hanya diwarnai dengan puja bakti, namun juga tradisi penuh makna yang sarat nilai spiritual. Dilansir dari berbagai sumber, berikut beberapa tradisi yang biasa dilakukan umat Buddha saat Waisak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Mengamalkan Lima Sila Buddha

Bukan hanya di momen Waisak, Lima Sila Buddha yang tercantum dalam kitab Tripitaka menjadi pedoman hidup sehari-hari. Umat Buddha berusaha menghindari perbuatan membunuh, mencuri, berbohong, melakukan perzinahan, dan mengonsumsi alkohol. Adapun isi Lima Sila tersebut sebagai berikut.

  • Panatipata veramani sikkhapadang samadiyami
    (Aku bertekad melatih menahan diri dari membunuh makhluk hidup)
  • Adidana veramani sikkhapadang samadiyami
    (Aku bertekad melatih menahan diri dari mengambil barang yang tak diberikan)
  • Kamesumiccharacara veramani sikkhapadang samadiyami
    (Aku bertekad melatih menahan diri dari perbuatan asusila)
  • Musavada veramani sikkhapadang samadiyami
    (Aku bertekad melatih menahan diri dari bicara yang tidak benar)
  • Surameraya majjapamadattana veramani sikkhapadang samadiyami
    (Aku bertekad melatih menahan diri dari tidak makan makanan/minuman yang dapat menyebabkan lemahnya kewaspadaan)

2. Menyalakan Lilin dan Melepas Lampion

Perayaan Waisak selalu dikaitkan dengan cahaya, salah satunya melalui penggunaan lilin. Pada saat Hari Waisak, umat Buddha akan menyalakan lilin. Lilin yang digunakan biasanya berbentuk bunga lotus. Lilin ini melambangkan pengusiran kegelapan dari dunia.

ADVERTISEMENT

Sementara itu, bunga lotus yang dapat tumbuh di air yang keruh diyakini dapat memperindah dunia. Selain itu, tradisi melepas lampion yang sering dilakukan di candi juga merupakan bagian dari perayaan hari raya Waisak.

3. Memandikan Patung Buddha di Wihara

Ritual memandikan patung Buddha di vihara sebelum Waisak merupakan simbol penyucian diri. Umat Buddha antre dengan tertib, memandikan patung Buddha dengan air suci disertai doa yang dibacakan biksu. Prosesi ini menandakan pembersihan diri dari kotoran batin dan kesiapan menyambut Waisak dengan hati suci.

4. Mengenakan Pakaian Putih

Warna putih melambangkan kesucian dan kemurnian hati. Meskipun tidak ada aturan khusus tentang pakaian saat Waisak, sebagian pemuka agama Buddha menyarankan untuk mengenakan pakaian putih sebagai bentuk penghormatan dan keseriusan dalam merayakan hari suci ini.

5. Mengibarkan Bendera Buddha

Di beberapa daerah, umat Buddha mengibarkan bendera Buddha di depan rumah. Bendera ini memiliki lima warna dengan makna mendalam. Warna-warna pada bendera ini diambil dari warna tubuh Sang Buddha.

Gabungan dari kelima warna tersebut disebut dengan istilah "Prabhasvara," yang berarti bercahaya dengan sangat terang atau gemilang. Berikut masing-masing warna dengan simbolisme tersendiri.

  • Warna biru berasal dari warna rambut Buddha, melambangkan bakti atau pengabdian.
  • Warna kuning emas berasal dari warna kulit Buddha, melambangkan kebijaksanaan.
  • Warna merah tua berasal dari warna darah Buddha, melambangkan cinta kasih.
  • Warna putih berasal dari warna tulang dan gigi Buddha, melambangkan kesucian.
  • Warna jingga berasal dari warna telapak tangan, kaki, dan bibir Buddha, melambangkan semangat.

Tradisi-tradisi Waisak ini bukan hanya ritual, tetapi perwujudan nilai-nilai luhur Buddha dalam kehidupan sehari-hari. Cahaya lilin dan lampion menjadi pengingat untuk selalu menyebarkan kebaikan dan memandikan patung Buddha melambangkan penyucian diri.

Pakaian putih menunjukkan kesucian hati dan bendera Buddha mengantarkan doa dan harapan bagi semesta. Waisak menjadi momen introspeksi diri, menguatkan tekad untuk hidup lebih bermoral dan penuh cinta kasih, serta menyebarkan kedamaian bagi seluruh makhluk. Selamat memperingati hari raya Waisak!

Artikel ini ditulis oleh Albert Benjamin Febrian Purba, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(irb/fat)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads