Warga Terdampak Penggusuran Rusunawa Gunungsari Masih Bertahan, Ini Alasannya

Warga Terdampak Penggusuran Rusunawa Gunungsari Masih Bertahan, Ini Alasannya

Aprilia Devi - detikJatim
Jumat, 17 Mei 2024 21:47 WIB
Kepala Bidang Advokasi dan Jaringan LBH Surabaya, Habibus Shalihin
Kepala Bidang Advokasi dan Jaringan LBH Surabaya Habibus Shalihin (Foto: Aprilia Devi)
Surabaya -

Ratusan warga yang terdampak penggusuran di Rusunawa Gunungsari masih bertahan. Mereka bertahan di pendopo area rusun sejak Kamis (17/5).

Kepala Bidang Advokasi dan Jaringan LBH Surabaya, Habibus Shalihin sebagai pendamping warga mengatakan ada 217 jiwa yang terdampak dan kondisinya masih telantar hingga saat ini.

"Ada laki-laki sebanyak 79, perempuan 86, anak-anak 70, dan beberapa lansia. Kami menemukan adanya pelanggaran hak ekonomi, sosial, dan budaya di sini. Termasuk pelanggaran hak pendidikan untuk anak-anak karena mereka akhirnya tidak bersekolah," ujar Habibus saat konferensi pers, Jumat (17/5/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Habibus menyebut petugas hanya mengangkut barang-barang dari para warga untuk dibawa ke lokasi yang disediakan Pemprov. Namun warga sendiri tidak mendapatkan tempat tinggal, sehingga mereka bertahan dengan kondisi seadanya di area rusun.

Sementara itu, salah satu warga yang tergusur, Faisol (48) mengatakan bahwa ia dan beberapa warga lain kecewa dengan kebijakan dari Pemprov soal adanya penarikan biaya sewa untuk para warga eks Stren Kalijagir. Apalagi dirinya dan warga lain berada dalam kondisi ekonomi prasejahtera.

ADVERTISEMENT

"Sejak 2011 masuk rusunawa (gratis), 2019 baru disuruh bayar. 6 bulan lalu di unit ada pemberitahuan dan disegel, ada tagihan. Kami sudah minta agar tarif sewa turun, tapi malah naik per lantai. Kita nego kemampuan pribadi di Rp 120 ribu, tapi gak bisa," kata Faisol dengan penuh kecewa.

Adapun tarif sewa di Rusunawa Gunungsari ini sekitar Rp 220.000-300.000 per bulan. Warga pun berharap semestinya tak diberlakukan tarif sewa, sebab dari awal mereka dijanjikan hanya transit sembari menunggu rumah subsidi. Namun rumah subsidi itu tak terealisasi hingga kini.

Terkait dengan bentuk-bentuk perlawanan yang mereka lakukan sejak masa penyegelan seperti dengan merusak token listrik hingga penggusuran dengan penuh ketegangan kemarin, warga menyebut itu adalah bentuk memperjuangkan keadilan.

Selain itu mereka didampingi Tim Advokasi Buruh Peduli Anak Negeri juga mengeluarkan beberapa pernyataan berikut:

1. Mendesak Pemerintah Provinsi Jawa timur bertanggung jawab atas terjadinya peristiwa pengusiran paksa terhadap warga rumah susun Gunungsari

2. ⁠Mendesak Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk bertanggung jawab terhadap para korban yang mengalami Trauma atas terjadinya peristiwa pengusiran warga rumah susun Gunungsari

3. ⁠Mendesak Komnas HAM untuk melakukan Investigasi terkait dengan kekerasan atas peristiwa pengusiran pakwa warga rumah susun Gunungsari

4. ⁠Mendesak pemerintah Provinsi jawa timur untuk memulihkan ekonomi warga rumah susun Gunungsari yang terusir secara paksa

5. ⁠Mendesak pemerintah Provinsi jawa timur untuk bertanggung jawab atas kondisi Trauma yang dialami oleh anak-anak warga rumah susun Gunungsari

6. ⁠Mendesak pemerintah Provinsi jawa timur bertanggung jawab atas Pendidikan anak-anak warga rumah susun Gunungsari




(abq/iwd)


Hide Ads