Universitas Brawijaya (UB) segera mengundang mahasiswa penerima Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIPK) yang diduga bergaya hidup hedon. Klarifikasi akan dilakukan terkait unggahan yang ramai di media sosial.
Kepala Sub Direktorat Kesejahteraan dan Kewirausahaan Mahasiswa, Ilhamuddin menyebut undangan itu adalah salah satu feedback dan saran dari Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan (PUSLPADIK) Kemdikbudristek yang telah mengunjungi UB dan melakukan supervisi terkait hal itu.
"Ada beberapa saran dan langkah yang akan diambil dalam waktu dekat, salah satunya mengundang mahasiswa untuk memberikan klarifikasi terkait isu yang ada," ujar Ilham kepada detikJatim, Sabtu (11/5/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengatakan meskipun tidak dilakukan secara terbuka, kehadiran mereka merupakan akan menjadi respon yang baik bahwa mereka mau memberikan penjelasan terkait kabar yang menyinggung gaya hidup mereka.
"Kedua kami akan berkoordinasi dengan Satuan Pengawas Internal (SPI) UB dalam rangka mencoba mengevaluasi kembali terkait sistem pengelolaan secara internal di KIPK dan juga pengelolaan beasiswa secara umum," tuturnya.
Terpisah, Penanggung Jawab KIPK Pusat Pelayanan Bimbingan dan Pendidikan Kemdikbudristek, Muni Ika menyampaikan pihaknya telah melakukan supervisi terkait kasus penerima KIPK bergaya hedon di sejumlah kampus, salah satunya UB.
"Kami sudah berdiskusi dengan pengelola dari UB ada direktur dan staf ahli terkait seleksi, evaluasi, pembinaan, supervisi dan monitoring yang dilakukan oleh perguruan terhadap penerima bantuan KIPK," kata Muni saat berkunjung ke UB, Rabu (8/5/2024).
"Dalam kasus ini, walaupun by system kita bisa lacak namun kita masih perlu lakukan supervisi ke perguruan tinggi," sambungnya.
Muni menyebutkan bahwa sebenarnya dalam sistem PUSLAPDIK Kemdikbudristek telah ada database calon penerima KIP Kuliah terkait kondisi ekonomi.
"Kami sudah integrasikan sistem dengan SIPINTAR (Sistem Informasi Indonesia Pintar). Anak anak yang waktu SMA nya sudah di situ ketika dia masuk kuliah informasi itu tinggal ditarik saja untuk dijadikan data awal calon penerima KIPK," ujarnya.
Meskipun begitu, Ia menambahkan bahwa data yang dimiliki merupakan data awal sehingga pada saat mereka masuk kuliah perguruan tinggi harus kembali melakukan verifikasi di awal seleksi.
"Karena mahasiswa penerima beasiswa KIPK menerima bantuan uang pendidikan selama delapan semester, maka setidaknya perguruan tinggi wajib melakukan evaluasi setiap semester mulai dari IPK, status ekonomi, dan kondisi penerima mahasiswa KIPK apakah masih hidup atau sudah meninggal" pungkasnya.
Sebelumnya... Baca di halaman selanjutnya.
Sebelumnya, dugaan salah sasaran penerima Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIPK) di Universitas Brawijaya (UB) ramai dibincangkan di media sosial. Penerima KIPK diduga pamer gaya hidup mewah alias hedon.
Nama-nama mahasiswa yang diduga menyalahgunakan KIP Kuliah itu diungkap satu per satu melalui media sosial X oleh akun @ubmenfess.
Salah satunya dalam unggahan Selasa (30/4). Cuitan itu mengundang sejumlah komentar yang menyebutkan kejanggalan penerima KIPK di UB.
"Temen prodiku 2-3 orang penerima KIPK tp story ig nya hedon bgt tolong gaberes inima, nongkrong di tempat fancy lg bener2 ganyangka sih," tulis salah satu akun dilihat detikJatim, Rabu (8/5).
Sekadar informasi, jumlah penerima KIP kuliah di UB pada tahun 2023 sebanyak 1.701 dan 704 penerima bantuan pendidikan, sementara di tahun 2022 jumlah penerima KIP kuliah sebanyak 1.634 mahasiswa.
Sedangkan jumlah penerima KIP kuliah di tahu 2021 sebanyak 1.942 mahasiswa dan 1.921 mahasiswa di tahun 2020.