6 Pondok Pesantren Besar di Jawa Timur

6 Pondok Pesantren Besar di Jawa Timur

Najza Namira Putri - detikJatim
Kamis, 18 Apr 2024 20:00 WIB
ponpes tebuireng
Ponpes Tebuireng Jombang (Foto file: Enggran Eko Budianto/detikJatim)
Surabaya -

Pondok pesantren (Ponpes) kerap jadi pilihan para orang tua untuk anaknya melanjutkan jenjang pendidikan. Dengan menempuh pendidikan di ponpes diharapkan agar sang anak lebih menguasai ilmu agama.

Di Jawa Timur ada beberapa pondok pesantren besar. Dari berbagai pondok pesantren besar yang ada di Jatim, berikut ini beberapa di antaranya:

6 Pondok Pesantren Besar Jatim

1. Pondok Pesantren Modern Gontor, Ponorogo

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pondok Pesantren Gontor berdiri sejak tanggal 10 April 1926. Lokasinya berada di Kabupaten Ponorogo. Kampus pusat Pondok Pesantren Gontor terletak di Desa Gontor, Kecamatan. Mlarak, Kabupaten Ponorogo, Prov. Jawa Timur.

Pendiri pondok ini yaitu tiga bersaudara putra dari KH Santoso Anom Besari. Yakni, KH Ahmad Sahal, KH Zainudin Fananie dan KH Imam Zarkasy atau terkenal dengan sebutan Trimurti.

ADVERTISEMENT

Pondok Pesantren ini merupakan pelopor dan inovator pesantren modern. Dulunya pondek ini bernama Ponpes Darussalam Gontor.

2. Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan

Di Jatim juga ada Pondok Pesantren Sidogiri yang berada di Pasuruan. Lokasi tepatnya di Desa Sidogiri, Kecamatan Kraton, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur

Ponpes ini didirikan oleh Sayyid Sulaiman yang berasal dari Cirebon, Jawa Barat. Tidak sendiri, Sayyid mendirikan pesantren ini dengan Kyai Aminullah.

Dalam pembelajarannya, pesantren ini masih mempertahankan sistem pendidikan salaf murni untuk mengkaji ilmu agama.

3. Pondok Pesantren Langitan, Tuban

Berikutnya, salah satu pesantren sebagai lembaga Islam tertua di Indonesia yakni Pondok Pesantren Langitan. Pesantren tersebut didirikan pada tahun 1852.

Lokasinya berada di Dusun Mandungan, Desa Widang, Kecamatan Widang, Tuban, Jawa Timur. Sementara untuk luas kompleks wilayah pesantren ini sekitar 7 hektare.

Tokoh yang pernah memimpin pesantren ini bernama Kiai Abdullah Faqih. Ia merupakan seorang ulama kharismatik pimpinan Pondok Pesantren Langitan.

4. Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri

Di Kota Kediri juga ada Pondok Pesantren besar yakni Pondok Pesantren Lirboyo. Pondok ini dibangun pada tahun 1910 di Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri, Jawa Timur.

Kiai Sholeh adalah tokoh yang memprakarsai berdirinya pesantren ini. Tokoh tersebut berasal dari Desa Banjarmelati.

Kemudian, berdirinya pesantren tersebut dilanjutkan oleh menantunya bernama KH Abdul Karim. Sementara itu, ponpes ini semakin berkembang hingga menjadi pusat studi Islam sejak puluhan tahun sebelum Indonesia merdeka.

5. Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang

Salah satu pesantren terbesar yang ada di Kabupaten Jombang yaitu Pondok Pesantren Tebuireng. Ponpes ini telah berdiri sejak tahun 1899. Pendiri pondok ini merupakan salah satu ulama besar pendiri organisasi Nahdlatul Ulama (NU), KH Hasyim Asy'ari.

Materi pembelajaran di ponpes ini mengenai ilmu syari'at, bahasa Arab dan Agama Islam. Bukan hanya itu, pesantren ini juga menawarkan pelajaran umum ke dalam struktur pembelajarannya.

6. Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah

Beralih ke Surabaya, di kota ini juga ada pesantren besar bernama Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah. Lokasinya di Jalan Kedinding Lor Nomor 99, Tanah Kali Kedinding, Kecamatan Kenjeran, Surabaya, Jawa Timur.

Berdirinya ponpes ini, diinisiasi oleh Hadhratusy Syaikh KH Achmad Asrori Al Ishaqy ra tahun 1985. Awalnya lahir dari kediaman beliau dan mushola.

Kemudian, kala itu ikut serta beberapa santri dari Pondok Pesantren Darul 'Ubudiyah Jatipurwo Surabaya yang didirikan dan diasuh oleh Hadhrotusy Syaikh Al Arif Billah KH. Muhammad Utsman Al Ishaqy ra.

Tahun 1990, beberapa santri datang dengan kegiatan 'ubudiyah dan mengaji secara sorogan dan bandongan di mushola.

Perkembangannya, jumlah anak ingin nyantri di sana terus bertambah. Akhirnya pada 1994, Hadhratusy Syaikh membuat keputusan untuk membangun Pondok Pesantren dan mengatur pendidikan secara klasikal.

Artikel ini ditulis oleh Najza Namira Putri, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(dpe/fat)


Hide Ads