Ketika Lebaran Jadi Ajang Pamer, Bagaimana Hukumnya?

Kurma Season 2

Ketika Lebaran Jadi Ajang Pamer, Bagaimana Hukumnya?

Jemmi Purwodianto - detikJatim
Senin, 08 Apr 2024 17:09 WIB
Surabaya -

Idul Fitri merupakan momen yang menggembirakan bagi umat muslim. Dalam menyambut Idul Fitri, biasanya mereka memakai pakaian baru, perhiasan hingga kendaraan yang bagus.

Namun, momen pada hari kemenangan ini seringkali tidak diambil hikmahnya. Justru, hanya sebagai ajang euforia atau pamer pakaian dan harta. Lantas, bagaimana hukumnya pamer saat Lebaran?

Hukum Pamer Ketika Beribadah

Pembina Pondok Ar Roudloh Surabaya, Habib Muhammad Assegaf menjelaskan, momen Idul Fitri harus disambut dengan kegembiraan. Sehingga, kaum Muslim yang merayakannya dapat mengambil hikmah dari Idul Fitri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Terutama, bagi umat Muslim yang telah melewati bulan Ramadan dengan bermacam ibadah. Mereka pantas untuk masuk ke Idul Fitri, sebab Allah SWT akan mengampuni dosa-dosa mereka.

Lebih lanjut, Habib Muhammad Assegaf menuturkan, terkadang umat Islam tidak mengambil hikmah dari Idul Fitri. Justru momen ini sebagai ajang euforia saja dengan cara memamerkan pakaian baru, harta, kendaraan hingga perhiasan. Padahal, hakikat dari hari kemenangan bukan untuk ajang pamer.

ADVERTISEMENT

Sejatinya, sifat riya' atau ingin dipuji oleh orang lain bukan hanya berlaku ketika Idul Fitri, namun pada setiap keadaan. Sifat ini dicela oleh Allah SWT sehingga amal mereka akan dihapus karena riya atau pamer dengan sesama manusia. Hal ini bukan menjadi kebiasaan sahabat Nabi Muhammad SAW atau kekasih Allah SWT.

Habib Muhammad Assegaf menambahkan, seorang ulama pernah berkata 'aku saat Idul Fitri rela menggunakan pakaian jelek, karena aku khawatir ketika aku menggunakan pakaian yang bagus akan menghancurkan orang-orang yang tidak mampu membeli baju'.

Maka, bukan menjadi masalah apabila saat Idul Fitri pakaian umat Muslim tidak baru. Sebab, hakikat hari kemenangan tersebut bukan demikian.

Menurut Habib Muhammad Assegaff, seorang penyair pernah berkata, bukanlah Idul Fitri bagi seseorang yang berindah-indah dalam berpakaian, tempat tinggal dan kendaraan. Namun, mereka yang taatnya bertambah dan diampuni dosanya oleh Allah SWT.

Hikmah Idul Fitri

Perlu diketahui, kebahagiaan menyambut Idul Fitri sejatinya bukan hanya dirasakan seluruh muslim. Namun, orang-orang kafir bisa mengambil kebahagiaan lewat Idul fitri.

Habib Muhammad Assegaf memberikan contoh, ketika pemerintah membuat kebijakan cuti bersama. Hal ini, tentu dirasakan seluruh rakyat Indonesia baik mukmin atau selain mukmin.

Keadaan ini tidak patut dijadikan sandaran utama untuk kebahagiaan ketika Idul Fitri. Yakni, hanya berbahagia karena liburan, pakaian, kendaraan dan tempat tinggal.

Seorang mukmin sejati, dia akan berbahagia ketika masuk Idul Fitri karena diampuni dosanya dan mendapat ridho dari Allah SWT.

Maka, perlu diperhatikan bagi umat Islam untuk menjaga adab dan adat istiadatnya. Agar Idul Fitri bukan jadi ajang menambah dosa, karena tidak memperhatikan tata krama yang diajarkan Nabi Muhammad SAW.




(hil/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads