Asal-usul Tradisi Mudik di Indonesia hingga Artinya

Asal-usul Tradisi Mudik di Indonesia hingga Artinya

Allysa Salsabillah Dwi Gayatri - detikJatim
Sabtu, 06 Apr 2024 10:14 WIB
Ilustrasi mudik bersama keluarga.
Ilustrasi mudik (Foto: Odua/Freepik)
Surabaya -

Mudik menjadi momen yang paling dinanti masyarakat Indonesia. Sebab, mereka bisa pulang ke kampung halaman untuk melepas rindu dan menghabiskan waktu dengan keluarga

Umumnya, umat muslim akan mudik ketika menjelang hari raya Idul Fitri. Sementara untuk umat Nasrani, ketika Natal dan tahun baru. Hampir seluruh masyarakat Indonesia pasti pernah melakukan mudik ke kampung halamannya.

Lantas, bagaimana asal-usul mudik di Indonesia? Simak selengkapnya!

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Arti Mudik

Melansir dari berbagai sumber, mudik merupakan singkatan dari "mulih dilik" yang artinya pulang sebentar. Sementara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mudik artinya pulang ke kampung halaman.

Sementara itu, dikutip dari situs Menpan, istilah mudik berasal dari bahasa Betawi yang memiliki hubungan dengan kata udik dan berarti kampung atau desa. Sehingga mudik diartikan menuju udik atau menuju kampung.

ADVERTISEMENT

Asal-usul Tradisi Mudik di Indonesia

Masih merujuk sumber yang sama, istilah mudik telah ada sejak tahun 1970-an. Saat itu, mudik mulai dikaitkan dengan Lebaran. Banyak pekerja yang bekerja di Ibu Kota untuk pulang kampung saat Lebaran.

Ada saatnya para pekerja tersebut kembali ke kampung halamannya. Kegiatan ini disebut dengan mudik. Biasanya, mereka memanfaatkan cuti panjang untuk bisa pulang ke kampung halaman ketika menjelang Lebaran.

Sementara dikutip dari laman resmi Universitas Lampung, tradisi musik erat kaitannya dengan pulang kampung dan menjadi bagian identitas masyarakat. Pulang kampung adalah kembali ke tempat asal atau tempat kelahiran seseorang.

Mereka pulang kampung untuk menjalin silaturahmi dengan keluarga atau mengenang masa lalu. Tak hanya itu, pulang kampung juga menjadi bentuk rasa syukur atas nikmat Allah SWT.

Tradisi mudik umumnya dilakukan ketika Lebaran Idul Fitri. Hari Raya Idul Fitri merupakan hari kemenangan bagi umat Islam setelah menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh di bulan Ramadan.

Lebaran juga menjadi momen untuk saling silaturahmi, memaafkan dan berbagi dengan sesama. Maka dari itu, banyak orang yang ingin merayakan hari raya Idul Fitri di kampung halaman bersama keluarganya.

Tradisi mudik banyak memiliki manfaat, baik secara sosial, ekonomi, maupun psikologis. Secara sosial, tradisi mudik bisa mempererat hubungan antaranggota keluarga. Selain itu, juga dapat meningkatkan toleransi antarsesama warga negara yang berbeda suku, agama, maupun budaya.

Secara ekonomi, tradisi mudik dapat meningkatkan pertumbuhan dalam sektor pariwisata, transportasi, dan perdagangan di wilayah yang menjadi tujuan maupun asal mudik. Selain itu, dapat meningkatkan pendapatan masyarakat yang menjadi wilayah tujuan mudik.

Hal tersebut karena banyak pemudik yang membawa uang tunai atau barang-barang yang diberikan kepada keluarga maupun kerabat di kampung halaman.

Sementara secara psikologis, tradisi mudik dapat membuat para pemudik istirahat sejenak dari rutinitas pekerjaan atau kesibukan yang dimiliki. Selain itu, memberikan kesegaran jiwa dan pikiran bagi para pemudik dengan menikmati suasana alam maupun budaya di kampung halaman.

Artikel ini ditulis oleh Allysa Salsabillah Dwi Gayatri, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(hil/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads