Selebgram Aghnia Punjabi kerap membagikan momen penganiayaan anaknya di Instagram miliknya. Ia tampak mengekspresikan kemarahannya terhadap pengasuh berinisial IPS (27), yang telah ditetapkan sebagai tersangka.
Saat hadir di Polresta Malang Kota, Sabtu (30/3), Aghnia menjelaskan alasannya masih mengunggah perilaku keji pengasuh yang dipekerjakan untuk merawat anaknya itu.
"Biar orang-orang tahu separah apa (luka di wajah anak saya). Itu parah banget!" kata Aghnia Punjabi kepada wartawan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal itu juga menjadi alasan Aghnia tak mengedit foto wajah anaknya yang penuh lebam. Ia ingin memberitahu ke publik separah apa kondisi anaknya saat ini.
Sementara itu, polemik muncul saat beberapa warganet menuding Aghnia memanfaatkan kejadian ini untuk mendapatkan perhatian dan konten di media sosial. Mereka mengkritik Aghnia yang terus membagikan momen penganiayaan anaknya, tidak hanya menciptakan konten yang tidak etis, tetapi juga dapat merugikan sang anak yang menjadi korban.
Di sisi lain, masih ada yang memberikan dukungan kepada Aghnia. Banyak yang menyebut, sebagai orang tua yang merasa marah dan frustrasi atas perlakuan buruk yang dialami anaknya, Aghnia memiliki hak untuk mengekspresikan perasaannya.
Namun, dukungan ini juga dibanjiri kritik dan keprihatinan atas dampak psikologis yang mungkin dialami oleh anak tersebut.
Menanggapi pro dan kontra tersebut, pakar Psikologi Anak Universitas Brawijaya (UB) Ari Pratiwi mengatakan, pada kondisi seperti ini, penyembuhan emosional anak harus menjadi prioritas utama.
Menurutnya, orang tua perlu mengalihkan fokus mereka dari ekspresi amarah, menuju dukungan emosional dan bantuan profesional yang dibutuhkan anak untuk pulih dari pengalaman traumatis tersebut.
"Jadi memang sebaiknya fokus terlebih dahulu kepada penyelesaian kasus bagaimana secara internal kejiwaan dan psikis anaknya daripada mungkin dia share ya," terangnya.
"Tetapi juga menurut saya ketika dia sebagai orang tua membagikan momen itu, lebih kepada emosi atau kemarahan dia sebagai orang tua, namun dia lebih menuruti emosi itu daripada fokus kepada bagaimana si anak ini," imbuhnya.
Ari juga menyoroti, amarah yang dirasakan oleh orang tua adalah hal yang wajar dalam situasi ini, tetapi pengelolaannya harus dilakukan dengan bijaksana.
"Memang salah satu cara orang untuk meluapkan kemarahan atau emosi negatif itu salah satunya mungkin lewat sosial media ya. Ini sama ketika kita gelisah, senang, dan sedih, kita juga share di sosmed. Cuma di sini kalau berlebihan ya efeknya akan jadi jejak digital," jelasnya.
Lebih lanjut, ia menggarisbawahi bahwa penting bagi orang tua untuk melakukan konseling dengan profesional kesehatan mental untuk proses penyembuhan anak yang menjadi korban kekerasan.
"Selain itu, saya rasa orang tuanya juga seharusnya mengikuti konseling. Jadi bagaimana nantinya dia bisa mengatasi anaknya agar suatu saat ketika trauma si anak ini muncul, orang tua tidak salah langkah dalam menangani anaknya," pungkasnya.
Simak Video 'Kata Aghnia Punjabi Dituding Telat Bayar Gaji Suster yang Aniaya Anaknya':