Senangnya Siswa SLB Trenggalek Tadarus Al-Qur'an Braille Saat Pondok Ramadan

Senangnya Siswa SLB Trenggalek Tadarus Al-Qur'an Braille Saat Pondok Ramadan

Adhar Muttaqin - detikJatim
Senin, 01 Apr 2024 16:44 WIB
siswa SLB Kemala Bhayangkari 1 Trenggalek mengikuti tadarus Al-Quran braille.
siswa SLB Kemala Bhayangkari 1 Trenggalek mengikuti tadarus Al-Qur'an braille (Foto: Adhar Muttaqin)
Trenggalek -

Puluhan siswa Sekolah Luar Biasa (SLB) Kemala Bhayangkari 1 Trenggalek mengikuti kegiatan Pondok Ramadan yang digelar tiga hari berturut-turut. Salah satu kegiatannya adalah tadarus Al-Qur'an braille.

Kegiatan tadarus menggunakan Al-Qur'an braille ini dikhususkan bagi siswa yang memiliki hambatan penglihatan atau tunanetra. Salah satunya adalah Gita Almaghfiroh. Dengan cermat jemari Gita meraba huruf demi huruf yang ada pada Al-Qur'an braille, pada saat yang bersamaan mulutnya pun melafalkan ayat tersebut.

Tadarus Al-Qur'an braille menjadi agenda rutin SLB pada saat bulan Ramadan. Kegiatan tersebut sekaligus menjadi sarana untuk memperdalam kemampuan para siswa untuk membaca Al-Qur'an.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

siswa SLB Kemala Bhayangkari 1 Trenggalek mengikuti tadarus Al-Qur'an braille.Jemari Gita meraba huruf demi huruf yang ada pada Al-Qur'an braille (Foto: Adhar Muttaqin)

"Saya sudah enam tahun ini belajar Al-Qur'an braille, Alhamdulillah sekarang mulai lancar," kata Gita kepada detikJatim, Senin (1/4/2024).

Di tengah keterbatasan penglihatan, ia mengaku senang bisa memperdalam ilmu membaca Al-Qur'an dengan metode braille. "Senang sekali, saya bisa membaca bisa baca Al-Qur'an," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Sementara itu Kepala SLB Kemala Bhayangkari 1 Trenggalek Yessy Kurniawati, mengatakan pembelajaran braille diberikan kepada pada siswa dengan hambatan penglihatan sejak kelas 1 sekolah dasar.

"Jadi pengenalan kami lakukan sejak dini, bukan hanya untuk huruf biasa, tapi juga arab. Prosesnya bertahap, ya seperti belajar ngaji pada umumnya, Iqra dulu kalau lancar lanjut Al-Qur'an," kata Yessy Kurniawati.

Jika pembelajaran berjalan dengan lancar, biasanya menginjak kelas 4 SD, siswa sudah mulai bisa membaca Al-Qur'an braille. Namun diakui proses pembelajaran tersebut tidaklah mudah, sebab para siswa harus melatih kepekaan jari tangan untuk mengindentifikasi huruf.

"Anak-anak tunanetra itu sebetulnya lebih cepat untuk menghafal dibandingkan dengan membaca. Makanya kami kombinasikan, menghafal dilakukan, kemudian belajar braille juga tetap kami lakukan," jelasnya.

Yessy menambahkan selain siswa tunanetra, kegiatan tadarus Al-Qur'an juga dilakukan oleh siswa autis maupun tunadaksa. Mereka secara bergantian membaca kitab suci sesuai dengan kemampuan masing-masing.

"Selain tadarus, seluruh siswa juga kami berikan materi tentang agama Islam," ujarnya.




(abq/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads