Paskah merupakan salah satu perayaan penting bagi umat Kristiani. Ini merupakan momen kebangkitan Yesus dari kematian untuk menebus dosa manusia.
Tahun ini, Hari Paskah jatuh pada 31 Maret 2023. Lantas, apa sebenarnya makna dari paskah?
Simak uraian berikut ini:
Pengertian Paskah
Sebelum menggali lebih dalam mengenai makna Paskah, ada baiknya untuk mengetahui pengertian dari Paskah itu sendiri. Dihimpun dari berbagai sumber, Paskah merupakan perayaan untuk memperingati kebangkitan Yesus Kristus. Momen ini dirayakan pada hari ketiga setelah penyaliban-Nya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Secara tradisional, Paskah dirayakan pada hari Minggu pertama setelah bulan purnama awal musim semi. Pelaksanaan waktunya ditentukan oleh tabel tertentu dengan merujuk kalender Gregorian bagi gereja Barat dan kalender Julian di gereja Ortodoks. Peringatan ini juga dikenal sebagai Minggu Paskah.
Kata Paskah dalam bahasa Inggris disebut sebagai Easter. Menurut Alkitab Easton, kata Easter berasal dari bahasa Saxon, Eostre yang berarti dewi orang Saxon. Ini untuk menghormati pengorbanannya pada saat Paskah.
Kemungkinan lainnya menyebutkan Easter diambil dari kata Eostur, Eastur, atau Ostara dalam bahasa Norse. Kata tersebut berarti musim terbitnya matahari atau musim kelahiran baru. Dalam hal ini, Paskah dikaitkan dengan pergantian musim.
Sementara di sebagian besar negara, nama Paskah diambil dari kata Passover. Dalam bahasa Prancis disebut Paques, dalam bahasa Spanyol disebut Pascua, dan dalam bahasa Italia disebut Pasqua.
Makna Paskah
Makna penting Paskah berhubungan dengan kemenangan Yesus Kristus. Kebangkitan Yesus melambangkan kehidupan kekal yang diberikan kepada semua orang yang percaya kepada-Nya.
Terlebih, tujuan Paskah juga berarti peneguhan penuh atas semua yang Yesus telah ajarkan dan khotbahkan selama tiga tahun pelayanan-Nya. Jika Yesus tidak dibangkitkan dari kematian, Dia hanya dianggap sebagai guru atau nabi. Kebangkitan-Nya inilah yang menjadi penegur dan bukti final bahwa Dia merupakan Anak Allah.
Keempat injil dan seluruh kitab Perjanjian Baru mencatat peristiwa ini sebagai inti dari kitab tersebut. Rasul Paulus menuliskan, "Andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sia jugalah kepercayaan kamu." (1Kor.15:14).
Selain itu, Paskah juga merupakan simbol atas cinta kasih, anugerah, dan kuasa yang diberikan Allah kepada umat-Nya. Dengan kebangkitan Yesus, Dia membebaskan umat-Nya dari perbudakan dosa, kutukan, dan maut.
Sejarah Paskah
Paskah adalah peringatan kematian dan kebangkitan Yesus Kristus di Yerusalem 2.000 tahun yang lalu. Yesus disalib pada hari Jumat dan bangkit dari kematian pada hari Minggu berikutnya.
Karena kebangkitan terjadi pada hari Minggu, umat Kristiani pada mulanya segera mengadopsi hari Minggu sebagai waktu berkumpul untuk berdoa bersama dan menyembah Tuhan. Namun, butuh waktu yang lama hingga Paskah menjadi peringatan tahunan untuk merayakan kebangkinan Yesus. Ini disebabkan oleh perbedaan waktu dan cara dalam merayakannya.
Pada awalnya, gereja tidak mempermasalahkan Paskah yang diperingati setiap hari Minggu. Namun pada abad ke-2, gereja baru menetapkan hari Minggu tertentu sebagai hari Paskah.
Baru setelahnya, Paskah ditetapkan pada hari ke-14 bulan nisan atau bulan pertama dalam kalender Yahudi. Ini bertepatan setelah pembuangan Babel yang bersamaan dengan bulan maret dalam kalender masehi tanpa adanya hari tertentu.
Pada tahun 325, terdapat perubahan peringatan Paskah dalam persidangan gereja di Nicea. Melalui sidang ini, Paskah ditetapkan pada hari Minggu pertama setelah bulan purnama yang jatuh pada 21 Maret atau permulaan musim semi.
Apabila bulan purnama jatuh pada Minggu, Paskah akan dirayakan pada hari Minggu berikutnya. Atas keputusan sidang itu, Paskah akhirnya diperingati antara tanggal 22 Maret hingga 27 April.
Artikel ini ditulis oleh Alifia Kamila, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(irb/fat)