Gubes ITS Ciptakan Bahan Antiradar Dari Pasir Besi Letusan Semeru

Gubes ITS Ciptakan Bahan Antiradar Dari Pasir Besi Letusan Semeru

Esti Widiyana - detikJatim
Jumat, 29 Mar 2024 05:00 WIB
Guru Besar Prof Dr Mashuri
Guru Besar Prof Dr Mashuri (Foto: Dok. Istimewa)
Surabaya -

Guru Besar Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Prof Dr Mashuri menciptakan bahan antiradar guna menyokong teknologi pertahanan dan keamanan nasional. Sedangkan bahannya menggunakan pasir besi dari letusan Gunung Semeru.

Profesor dari Departemen Fisika ITS ini mengatakan penelitian ini dimulai saat ada pesawat asing yang tidak terdeteksi oleh sistem radar ketika melintasi Laut Jawa tahun 2010. Di mana hal tersebut bisa menjadi ancaman serius untuk Indonesia bila terus dibiarkan.

"Karena saat itu informasi teknologi antiradar masih terbatas, kami bertekad untuk menginisiasi dan ikut meneliti bahan penyerap gelombang radar," kata Prof Mashuri, Kamis (27/3/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pengembangan teknologi antiradar ini dari bahan magnetik dan dielektrik seperti karbon. Secara fisik, permukaan dari antiradar ini dibentuk dengan banyak sudut lancip, sehingga gelombang elektromagnetik tidak dapat terpantulkan kembali.

"Kami menggunakan pasir besi Lumajang dan arang bambu sebagai bahan untuk membuat teknologi antiradar. Dalam prosesnya, pasir besi dari letusan Gunung Semeru ini disintesis untum mengekstrak serbuk magnetik dalam pasir besi. Sementara itu, metode karbonisasi dilakukan pada arang bambu agar terbentuk serbuk reduced Graphene Oxide (rGO)," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Setelah itu dilakukan uji pengukuran penyerapan gelombang radar menggunakan alat Vector Network Analyzer dengan pita frekuensi 8 hingga 18 gigahertz (GHz). Perpaduan kedua material ini mampu menyerap gelombang radar hingga -20 desibel (dB), artinya menunjukkan bahwa daya serap gelombang radar lebih dari 99%.

Prof Mashuri menyebut, angka tersebut dapat berbeda bila komposisi paduan antiradar dengan cat saat pengaplikasian pada alat pertahanan tidak seimbang. Selain itu, faktor lingkungan juga menjadi penting untuk menjaga konsistensi dari daya serap gelombang radar.

"Apabila antiradar ini ingin digunakan pada kapal, tentu harus dipastikan bahwa antiradar yang digunakan memiliki sifat anti korosi. Diharapkan bahan antiradar yang baru diciptakan di Indonesia ini dapat diaplikasikan dalam waktu cepat pada sektor pertahanan dan keamanan nasional. Harapannya, kita mampu menguasai dan memiliki pemahaman yang sama dengan negara lain serta tidak hanya bergantung dari pihak luar," pungkasnya.




(abq/iwd)


Hide Ads