Banyak orang takut dengan reptil, contohnya saja ular. Namun, beda cerita dengan komunitas yang satu ini. Namanya Reo Reptile Independent, salah satu perkumpulan pencinta reptil yang ada di Surabaya.
Komunitas ini tak sekadar berkumpul membawa peliharaan reptil masing-masing. Mereka juga berbagai ilmu untuk mengedukasi masyarakat awam tentang reptil. Tak cuma itu, mereka juga aktif membantu mengevakuasi reptil yang masuk rumah.
Setiap Sabtu malam mereka rutin berkumpul di Taman Bungkul Surabaya. Di sana mereka memberikan edukasi terkait ular, iguana, biawak, dan berbagai reptil lainnya. Pengunjung Taman Bungkul pun bisa leluasa berinteraksi dengan satwa reptil peliharaan itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdiri sejak 2016, Reo Reptile Independent sejak awal sudah punya niat untuk memberi manfaat kepada masyarakat. Salah satunya agar masyarakat tetap tenang ketika bertemu dengan ular.
"Warga awam ketemu hewan liar takut bahkan dipukul, kita iba. Bagaimana kita buat sudut pandang orang berbeda, kita edukasi warga bahwa ular tidak semuanya berbahaya, bahkan bisa dipelihara. Akhirnya berkumpul untuk mengedukasi," kata salah satu pendiri komunitas ini, Reo Prahara Romantika kepada detikJatim ditemui di Jalan Pecindilan, Surabaya, Rabu (27/3/2024).
Saat memberi edukasi rutin di Taman Bungkul mulai pukul 20.00 WIB, mereka selalu membawa reptil yang aman dan tidak berbisa. Dengan begitu, masyarakat tidak takut dan malah tertarik dengan reptil.
Reo menjelaskan, mereka biasanya membawa ular albino dan ular warna-warni. Masyarakat akan dibuat penasaran terlebih dahulu, setelah itu menghampiri dan mengetahui bahwa ular itu aman hingga akhirnya tidak takut, bahkan suka.
Selain mengedukasi masyarakat awan terkait reptil, mereka juga kerap diminta untuk memberi wawasan di sekolah hingga pabrik.
![]() |
"Awalnya menganggap ular menakutkan, tapi ternyata tidak. Dipanggil ke sekolah, pabrik juga untuk menjelaskan ular berbisa atau tidak. Kalau dipanggil kita bawa hewan berbisa juga untuk edukasi. Orang awam jangan sembarang pegang ular di alam dan jangan langsung membunuh. Rata-rata orang bilang ular hijau berbisa, tapi ternyata banyak yang nggak berbisa juga," jelasnya.
Ketika mengetahui ada ular masuk di rumah atau lingkungan sekitar, Reo menganjurkan untuk tidak panik dan menjauhi. Namun, juga perlu dipantau ular berhenti di mana sambil menghubungi tim rescue. Bila ular masuk ke rumah, jauhkan keluarga terpebih dahulu dari jangkauan ular.
"Jauhkan keluarga, anak-anak dari jangkauan ular, jika ada keluarga lain keluarga satu lihat ular letaknya berubah atau tidak, keluarga satunya telepon 112 atau kita untuk evakuasi. Hindari ular tersebut, jaga jarak," pesannya.
Biasanya jenis ular piton, ular hijau atau jika rumah dekat dengan sawah ada jenis kobra yang gampang masuk ke rumah. Untuk ular piton cenderung mudah beradaptasi di manapun dan biasa keluar di musim hujan.
"Piton ada di gorong-gorong, makan tikus. Saat hujan keluar dan bisa ke kloset atau toilet dan ular tersebut bisa bersarang di atas plafon karena banyak tikus. Piton kecil naik ke plafon makan tikus dan tumbuh besar. Banyaknya di atas plafon, di plafon jarang ada aktivitas karena piton menjauhi manusia," urainya.
Bila masyarakat tidak ingin rumahnya dimasuki oleh ular, mereka menyarankan untuk sering membersihkan rumah agar tidak lembap. Sedangkan banyak masyarakat selama ini menganggap garam bisa mengusir ular. Reo memastikan bahwa hal itu adalah mitos.
"Kita edukasi agar tidak masuk rumah dikasih wewangian yang menyengat, karena ular mendeteksi dari indra penciuman. Ular masuk rumah karena rumah kebanjiran, kedua ular ingin bersarang karena tempat lembap, ketiga lapar dan kebetulan rumahnya ada tikusnya. Kita menganjurkan jangan kotor, gudang dibersihkan biar nggak jadi sarang tikus, biar tidak jadi sarang ular. Rumah dikasih jaring, menutup akses ular masuk ke dalam rumah. Jangan terlalu rimbun rumput, bisa jadi sarang persembunyian ular," katanya.
Komunitas yang kini beranggotakan 110 pencinta hewan reptil dari Surabaya Raya ini juga kerap dimintai bantuan untuk mengevakuasi hewan yang masuk ke rumah. Mereka membantu evakuasi hewan tanpa memungut biaya alias gratis.
Sebab, hewan yang telah dievakuasi dan jenisnya tidak berbahaya atau dilindungi negara akan mereka bawa. Kemudian hewan itu nantinya akan menjadi contoh edukasi ke masyarakat, kemudian dikembalikan ke habibatnya atau alam yang jauh dari jangkauan padat penduduk.
"Nggak hanya edukasi, kita juga berkegiatan sosial. Bantu rescue evakuasi hewan buas juga, nggak hanya reptil. Menerima panggilan rescue tanpa dipungut biaya. Sering layanan edukasi rescue, kita juga menyelamatkan satwa yang konflik dengan manusia. Ada ular, musang, biawak. Hewan yang kita evakuasi belum ada yang dilindungi negara. Hewan yang kita evakuasi kita pakai edukasi, setelahnya kita lepas ke alam. Kebanyakan piton, kobra, ular sawah, ular koros, ular hijau," bebernya.
Dengan kegiatan positif itu diharapkan dapat membuat masyarakat terbantu. Mereka berharap manusia tetap menyayangi binatang, sekalipun itu dianggap buas.
"Membantu masyarakat. Semoga masyarakat satu misi dengan kita, sayang dengan binatang, karena binatang berhak untuk hidup. Binatang diciptakan bukan tidak ada gunanya, bisa untuk rantai makanan. Seperti di sawah, jika tidak ada ular otomatis tikus di sawah membludak dan padi akan rusak. Ular juga bermanfaat bagi lingkungan kita," tukasnya.
Jika komunitas di Jatim memiliki agenda kegiatan yang menarik bisa berbagi info dengan detikjatim melalui alamat email: redaksi@detikjatim.com.
(abq/dte)