Angka Pernikahan di Surabaya Terus Menurun selama 5 Tahun, Apa Penyebabnya?

Angka Pernikahan di Surabaya Terus Menurun selama 5 Tahun, Apa Penyebabnya?

Esti Widiyana - detikJatim
Selasa, 19 Mar 2024 11:00 WIB
Ilustrasi Pernikahan
Ilustrasi pernikahan/Foto: iStock
Surabaya -

Angka pernikahan di Kota Surabaya terus mengalami penurunan selama 5 tahun terakhir. Ada sejumlah faktor yang diduga menjadi pemicunya.

Berdasarkan data Kemenag Surabaya, pada 2019 angka pernikahan di Kota Pahlawan sebanyak 18.451. Kemudian, tahun 2020 ada 16.853 pernikahan. Dari tahun 2019 ke 2020 terdapat penurunan pernikahan sebanyak 1.598.

Lalu, pada tahun 2021 ada 16.766 pernikahan atau menurun 87 dibandingkan tahun 2020. Pada tahun 2022, ada 16.721 pernikahan atau menurun 45 dibandingkan tahun 2021.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara itu, pada tahun 2023, ada 15.870 pernikahan di Surabaya. Jumlah ini menurun sebanyak 851.

Melihat dari data selama 5 tahun terakhir, angka pernikahan kebanyakan ada di Kecamatan Semampir, Surabaya.

ADVERTISEMENT

"Saya melihat Gen Z melek dan memahami. Ini terbukti di tahun 2022 ada 16.721 (pernikahan), di tahun (2023 ada) 15.870, ada 851 (Penurunan angka pernikahan)," kata Kasi Bimas Islam Kemenag Surabaya Faisol, Selasa (19/3/2024).

Menurutnya, penyebab dari penurunan angka pernikahan ini karena generasi muda semakin paham tentang esensi menikah. Di mana, mereka sudah melihat dan memahami bahwa menikah usia dini dapat merugikan kehidupan.

"Kalau mereka saat ini punya ekspektasi untuk mendapatkan pendidikan lebih tinggi seperti itu (paham menikah muda). Anak-anak muda di Surabaya sudah banyak memahami tentang ruginya kalau nikah muda atau dini. Mereka sudah merasakan kematangan itu, akan mereka tunjukkan setelah mungkin setelah jenjang S1 selesai," ujarnya.

Faisol menjelaskan, penurunan angka pernikahan tidak hanya terjadi di Surabaya. Oleh karena itu, pentingnya memberikan bimbingan pernikahan usia muda atau dini di sekolah.

Adanya bimbingan pernikahan muda atau dini di sekolah, agar siswa memahami gambaran kehidupan pascamenikah. Sebelum menikah juga perlu disiapkan mental, psikis, agama hingga finansial yang cukup.

"Di Surabaya ada kelas catin (calon pengantin), itu adalah bagian dari kolaborasi dari kemenag dan pemkot. Bagaimana menjadikan pasangan pengantin yang ada di Surabaya ini, bisa melalui kehidupan dengan baik, seperti pencegahan stunting, gizi yang baik untuk ibu hamil, pantauan ibu hamil," jelasnya.

Sosialisasi dan bimbingan di sekolah ini digencarkan oleh kemenag. Selain pernikahan dini, juga terkait narkoba dan pergaulan bebas.

"Pernikahan dini kan faktornya macam-macam, ya tadi pergaulan bebas melakukan sesuatu dilarang kemudian mereka hamil dan terjadi nikah. Saat ini mereka sudah mulai pola pikir mereka sudah bagus dan memahami pergaulan positif seperti apa," pungkasnya.




(hil/fat)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads