Faktor Cekcok dan Ekonomi Dominasi Perceraian di Surabaya Selama 2023

Faktor Cekcok dan Ekonomi Dominasi Perceraian di Surabaya Selama 2023

Praditya Fauzi Rahman - detikJatim
Rabu, 10 Jan 2024 17:55 WIB
Pengadilan Agama (PA) Surabaya
Pengadilan Agama Surabaya (Foto: Amir Baihaqi)
Surabaya -

Angka perceraian di Surabaya selama 2023 diklaim menurun hingga 10%. Namun, faktor yang mempengaruhi masih didominasi perselisihan terus menerus dan finansial atau ekonomi.

Data dan informasi yang diperoleh detikJatim dari PA Surabaya menyebut dari 5.454 permohonan yang diterima, jumlah permohonan cerai yang diputus mencapai 4.824. Dari jumlah itu, 1.366 diantaranya cerai talak dan 3.458 cerai gugat.

Jumlah cerai tersebut menurun dibanding tahun 2022. Total permohonan yang diterima mencapai 6.058, yang terdiri dari 1.781 cerai gugat dan 4.277 cerai talak. Sementara, jumlah yang diputus mencapai 5.802.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lantas, apakah hal itu bisa disebut mempengaruhi nilai kesakralan sebuah pernikahan?

Humas 2 PA Surabaya Nur Khasan mengatakan seyogyanya para mempelai atau pasutri yang mengajukan cerai harus memahami betul terminologi sebuah pernikahan. Menurutnya, nilai kesakralan sebuah pernikahan tidak akan menurun dalam segi agama maupun hukum negara sekalipun.

ADVERTISEMENT

"Kesakralan sebuah pernikahan tidak akan menurun, baik dalam UU maupun agama, dalam arti sejak awal nikah tidak dibekali ilmu-ilmu dan pengalaman, karena mayoritas yamg melakukan nikah kan kurang bekal sesuatu tentang pernikahan," ujar Nur kepada detikJatim, Rabu (10/1/2024).

Nur menjelaskan pernikahan adalah satu dari sekian fase dalam hidup yang dijalani seorang muslim usai menemukan pasangan hidup. Namun, harus siap secara finansial maupun mental.

Nur menganjurkan setiap calon pasutri yang akan melangsungkan pernikahan untuk belajar dan saling memahami satu sama lain. Bila perlu, bisa berkonsultasi ke Badan Penasehat, Pembinaan Dan Pelestarian Perkawinan (BP4) di Kemenag.

"Makanya penting sekali sebenarnya di KUA maupun Kemenag. Di sana (Kemenag), ada BP4, jadi sebelum masuk ke pengadilan untuk cerai pun sudah dikasih arahan, jadi ada bimbingan pra nikah maupun pra cerai," ujarnya.

Nur menegaskan dulu ada sebuah lembaga bernama Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) di Surabaya. Menurut Nur, lembaga itu serupa dengan BP4 dari Kemenag dan seharusnya para calon mempelai harus menimba ilmu, pengalaman, hingga segudang bekal dari lembaga tersebut.

"Ada LK3 kalau di Surabaya dulu, seandainya mereka saling kenal betul dengan pasangannya pasti saling percaya, bahkan tahu tupoksi maupun hak masing-masing," tuturnya.

Benar saja, dari 5.454 permohonan cerai di Surabaya, faktor yang melatarbelakangi adalah perselisihan terus menerus. Lalu, disusul dengan ekonomi dan meninggalkan salah satu pihak.

"Perselisihan itu pun dilatarbelakangi masalah ekonomi. Artinya yang saya pahami rata-rata yang cerai di sini adalah orang yang belum paham tentang terminologi perkawinan," tutupnya.




(pfr/iwd)


Hide Ads