Video emak-emak Madura yang ngamuk membanting ular viral di media sosial. Beberapa warganet ada yang menyebut aksi emak-emak menyiksa ular itu terlalu kejam. Lantas bagaimana cara mengatasi ular yang masuk permukiman?
Ular sendiri merupakan salah satu reptil yang paling ditakuti oleh banyak orang. Umumnya, warga akan langsung membunuh ular yang berada di permukiman tanpa memikirkan apapun sebelumnya.
Padahal, terdapat sejumlah cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi ular dengan lebih manusiawi. Cara ini dapat dilakukan untuk menghindari penyiksaan dan rasa sakit berlebihan yang dialami oleh reptil tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Reptil satu ini sering diidentifikasi sebagai hewan yang dapat mengancam nyawa manusia. Pasalnya, sebagian ular dikenal memiliki bisa yang sangat mematikan. Meski begitu, umumnya ular yang masuk ke permukiman lebih banyak yang bukan jenis berbisa.
Bahkan, ular sebenarnya merupakan hewan yang lebih takut pada manusia daripada rasa takut manusia kepada mereka. Akibat dari rasa takut berlebihan manusia, sering kali hewan melata ini terbunuh tanpa alasan.
Berikut ini cara membunuh ular dirangkum dari laman Florida Python Challenge. Meskipun begitu, membunuh ular merupakan tindakan yang tidak disarankan, karena ada hukum yang mengatur hal tersebut hingga meningkatkan risiko tergigit oleh ular yang merasa terancam.
Cara Mengatasi Ular yang Masuk Permukiman
Cara membunuh ular secara manusiawi ini diatur dalam Pedoman American Veterinary Medical Association (AVMA) 2020 untuk Euthanasia Hewan. Menurut pedoman tersebut, terdapat langkah untuk membasmi hewan reptil ini.
Jika Anda ingin membunuh ular tanpa menyiksanya, Anda harus menargetkan otak mereka langsung. Caranya, Anda harus membayangkan garis imajiner antara masing-masing mata dan tulang rahang yang berlawanan. Otak ular berada tepat di perpotongan garis tersebut.
Dalam hal ini, Anda diwajibkan menggunakan benda tajam yang dapat menghilangkan kesadaran reptil tersebut secara instan, sehingga dapat meminimalkan rasa sakit yang dialami oleh ular.
Sekilas, hal ini mudah untuk dilakukan, namun untuk membunuh ular dengan cara ini tentu Anda perlu memposisikan diri sangat dekat dengan ular. Jarak yang sangat dekat ini justru semakin membahayakan diri Anda.
Untuk membunuh ular dengan cara ini, Anda diharuskan untuk menjepit kepala ular terlebih dahulu demi keamanan, misalnya dengan grab stick. Selain itu, Anda juga harus memastikan otak dari ular tersebut hancur sepenuhnya.
Lantas, apakah ada cara lain untuk membunuh ular? Ada cara lain yang sering kali digunakan oleh masyarakat untuk membunuh ular, dari memenggal kepala hingga memukulnya dengan benda tumpul.
Namun, cara tersebut tentu akan sangat menyiksa ular dan tidak disarankan. Satu-satunya cara membunuh ular dengan cepat dan manusiawi hanyalah dengan langkah di atas.
Ironisnya, upaya membunuh ular justru dapat menempatkan diri Anda di posisi yang lebih berbahaya lagi. Pasalnya, ular akan menyerang manusia jika dirinya merasa terancam.
Membunuh ular dengan berbagai cara sebaiknya hanya digunakan pada ular yang benar-benar berbahaya dan mengancam kehidupan manusia. Hewan melata ini juga bermanfaat bagi kehidupan, salah satunya sebagai penyeimbang ekosistem.
Dosen Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada, Donan Satria Yudha, M. Sc. juga menyampaikan tanggapannya. Menurutnya, ular yang masuk ke permukiman sebaiknya jangan dibunuh, melainkan ditangkap dan dilepas kembali.
"Ular yang telanjur masuk ke dalam rumah sebaiknya tidak dibunuh atau diganggu, namun perlu dikendalikan atau ditangkap untuk dilepas kembali. Namun, saat proses penangkapan ular sebaiknya tidak dengan menyentuh langsung dengan tangan tapi menggunakan alat berupa tongkat kayu atau bambu untuk dimasukkan ke dalam kantung kain," ungkap Donan, dikutip dari laman resmi Universitas Gadjah Mada.
Menjebak dan membuang tetap menjadi cara terbaik untuk membasmi ular di permukiman, dibandingkan membunuh. Jika Anda menemukan ular di sekitar tempat tinggal, sebaiknya menjauh dan cari bantuan profesional seperti Damkar.
Artikel ini ditulis oleh Albert Benjamin Febrian Purba, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(abq/dte)