Elia Widiana Putri masih diliputi perasaan duka dan kecewa setelah ayahnya Wahyu Widiyanto (63) meninggal dunia. Kekecewaan perempuan 26 tahun itu khususnya tertuju kepada pelayanan RS Hermina.
Warga Jalan Bareng Tenes, Kota Malang menceritakan, bahwa orang tuanya, Wahyu memang memiliki riwayat penyakit stroke dan diabetes. Namun nyawa ayahnya tak tertolong karena tak ditangani serius saat datang ke IGD RS Hermina.
Menurut Elia, almarhum sempat dirawat di salah satu rumah sakit Islam di Kota Malang. Namun, baru sehari pulang, almarhum sudah merasa tidak enak badan lagi. Kemudian, petugas puskesmas di sekitar tempat tinggalnya memeriksa kondisi ayahnya, dan disarankan untuk segera dibawa ke rumah sakit terdekat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keluarga kemudian membawa Wahyu ke RS Hermina untuk mendapatkan penanganan medis dengan menggunakan bentor (becak motor). Hermina menjadi pilihan terbaik, karena lokasi paling dekat untuk dijangkau dari tempat tinggal Wahyu. Peristiwa itu terjadi pada Senin (13/3), sekitar pukul 18.30 WIB.
Namun, ketika tiba di IGD RS Hermina, pihak rumah sakit malah tidak bisa berbuat apa-apa. Wahyu hanya sempat diperiksa bagian mata saja. Wahyu juga tidak mendapatkan penanganan medis lanjutan.
"Kami datang hanya ingin dicek bagaimana kondisi ayah saya yang sedang kritis. Tapi kata rumah sakit bilang tidak bisa mengeluarkan bed (tempat tidur), katanya penuh, sempat ditunjukkan bahwa semua tempat penuh semua. Kita juga sudah minta tolong untuk ditangani, tetap tidak bisa, jadi bapak (almarhum) tetap di bentor, tidak turun," ujar Elia kepada wartawan di rumah duka, Selasa (12/3/2024).
Anak pertama Wahyu, Romadhoni menambahkan dirinya masih berada di atas bentor saat ayahnya diperiksa pada bagian mata saat tiba di IGD RS Hermina. Saat itu, Wahyu masih berada di pangkuan Romadhoni. Setelah diperiksa matanya, pihak keluarga tidak diberitahu apapun oleh tenaga medis.
Wahyu juga tidak mendapatkan penanganan medis lanjutan. Romadhoni masih berada di bentor. Kakinya tidak sempat menginjakkan kaki di dalam ruangan IGD.
"Waktu itu hanya diperiksa pupil mata dan denyut nadi di tangan. Setelah itu tidak dikonfirmasi apa-apa," imbuhnya.
Pihak keluarga mencoba minta pertolongan agar ada penanganan terhadap Wahyu. Namun upaya yang dilakukan hanya sia-sia. Pihak RS Hermina ngotot tidak mau menangani karena alasan kamar perawatan sudah penuh. Akhirnya dibantu relawan dan mobil ambulans, keluarga selanjutnya memutuskan untuk membawa Wahyu ke RS dr Saiful Anwar (RSSA).
Namun, takdir berkata lain dalam perjalanan menuju RSSA, Wahyu Widiyanto telah berpulang selamanya. Kepastian meninggal tersebut setelah diperiksa oleh salah satu petugas kesehatan dari RSSA.
"Kami hanya merasa kecewa, sakit hati (terhadap pihak RS Hermina), karena orang tua saya kondisinya kritis, nafas pun susah saat di bentor. Kita minta tolong baik-baik, kami hanya ingin mendapatkan pelayanan. Kalau laporan (melanjutkan jalur hukum) enggak," kata Elia.
(abq/iwd)