Kisah Dokter Bedah Syaraf Survivor Kanker Jaringan Lunak

Kisah Dokter Bedah Syaraf Survivor Kanker Jaringan Lunak

Esti Widiyana - detikJatim
Kamis, 07 Mar 2024 16:50 WIB
spesialis bedah syaraf lulusan FK Unair, dr Muhammad Kamil PhD SpBS survivor kanker
Pejuang kanke dr Muhammad Kamil (Foto: Esti Widiyana/detikJatim)
Surabaya - Kanker salah satu momok penyakit bagi masyarakat. Banyak pasien berjuang melawan kanker. Seperti dokter FK Unair dr Muhammad Kamil PhD SpBS, menjadi salah satu orang yang berhasil mengalahkan kanker di tubuhnya.

Kisah dr Kamil yang memiliki semangat hidup tinggi ini memotivasi para pejuang kanker. Terlebih dia masih terus meraih cita-citanya hingga berhasil dilantik sebagai dokter spesialis bedah syaraf FK Unair.

Dia mengaku menempuh pendidikan dokter spesialis terlama di FK Unair. Sebab, harus berjuang melawan kanker di tubuhnya. Tahun 2017, saat studi S3 bedah saraf di Jepang, dr Kamil didiagnosis kanker langka karena menyerang jaringan lunak, yakni fibromyxoid sarcoma.

dr Kamil saat itu berjuang melawan kanker yang sudah memasuki stadium 3. Bahkan kanker telah menyebar ke paru-paru dan tulang belakang.

"Di tengah-tengah itu tahun 2017 saya ada penyakit diagnosis kanker, itu saya di Jepang. Selama satu tahun saya (menjalani) pemulihan, pengobatan di sana (Jepang)," kata dr Kamil saat ditemui detikJatim di FK Unair, Kamis (7/3/2024).

Setelah pulih, dr Kamil langsung kembali ke Indonesia dan melanjutkan pendidikannya di Unair tanpa cuti sakit atau lainnya. Ia ingin membuktikan bahwa dirinya tidak kalah dengan penyakit kanker dan bisa mewujudkan cita-citanya sebagai dokter spesialis bedah syaraf.

"Alhamdulillah saya sudah beres sekolahnya. Itu membuktikan bahwa kanker bukan death sentence, kalau diterapi, ditangani dengan baik dan dapat akses yang beruntung seperti saya, InsyaAllah itu tidak menjadi hambatan untuk karir dan saya buktikan sendiri di sini. Saya sudah sekolah paling tinggi S3, saya juga dapat spesialis beda syaraf di tempat yang mungkin di Indonesia juga terbaik beda syaraf," ceritanya.

Menjadi survivor kanker dan tekun mewujudkan cita-cita, dr Kamil juga memiliki jiwa sosial. Ia pin aktif dalam gerakan sosial "Miles To Share" membantu pasien kanker serta aktif menyebarkan gaya hidup sehat melalui olahraga lari yang digemari sejak lama.

Dokter berkacamata ini mengatakan, ia sudah 6 kali menggalang dana dengan berlari untuk yayasan kanker dan mendukung pola hidup sehat di Indonesia. Paling sering ia bekerja sama dengan pita kuning, yayasan hingga Unair untuk kanker anak, kanker wanita.

"Kanker yang dialami wanita seperi kanker serviks, kanker payudara tertinggi kasusnya. Jadi perlu disupport," ujarnya.

Di usianya yang ke-37 tahun ini, dr Kamil selalu menyebarkan dan membuktikan bahwa ia bisa kembali sehat karena menerapkan pola hidup sehat. Dia ingin kisahnya dapat memotivasi penderita kanker, bahkan mematahkan stigma buruk.

"Bukan hanya soal pengobatan saja, tapi dukungan, karena di lingkungan kita banyak stigma kalau kanker udah selesai hidupnya. Saya buktikan sendiri, saya kanker, saya balik sekolah lagi, saya lari jauh. Saya sebarkan semangat, bahwa kanker bukan death sentence tapi low sentence, tetap bisa hidup, tetap bisa ditangani dengan baik, memutus stigma dan miss informasi di masyarakat dengan edukasi melalui sosial media dan lari," pungkasnya.


(esw/fat)


Hide Ads