Memperingati Bulan Kesadaran Kanker Payudara, mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Surabaya (Ubaya), membuat karya ratusan kupu-kupu dari kertas. Yakni Sabrina Putri Anjani dan lima mahasiswa Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM Ubaya) membagikan kupu-kupu kertas bertuliskan ajakan deteksi dini kanker payudara.
Sebanyak 250 kupu-kupu kertas ditempel di papan berukuran 5x4 meter membentuk kolase pink ribbon atau simbol kanker payudara. Sabrina mengatakan karya ini merupakan salah satu bentuk support pada pejuang kanker payudara melalui karya seni.
"Karya ini terinspirasi dari Ibu saya yang juga seorang survivor (pejuang) kanker payudara. Operasi pengangkatan payudara membuat bentuk tubuhnya berubah," kata Sabrina saat ditemui detikJatim di Ubaya, Kamis (19/10/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hal ini mendorong saya untuk membuat karya yang bertujuan untuk memberikan motivasi kepada pejuang kanker. Mereka bisa melalui ini semua dan perubahan yang ada tidak mengurangi harga diri mereka sebagai perempuan seutuhnya," tambahnya.
Alasannya menggunakan kupu-kupu kertas adalah karena melambangkan perjalanan yang penuh perjuangan hingga mencapai sesuatu yang lebih indah.
Ia dan lima anggota BEM membagikan kerajinan kertas berbentuk wanita yang pada bagian tubuhnya terdapat tulisan 'Early detection for protection'. Sandrina atau akrab disapa Joy menyebut mereka ingin mengajak para mahasiswa khususnya perempuan untuk mencegah meningkatnya kanker payudara yang biasanya terjadi akibat tidak terdeteksi dini.
"Kita sebagai mahasiswa yang masih berusia muda harusnya tidak abai pada hal ini. Mumpung belum terlambat, ayo kita sama-sama aware untuk cek ke dokter dan mari dukung sesama perempuan agar penderita kanker payudara tidak semakin meningkat," jelasnya.
Sementara dokter FK Ubaya dr Herry Wibowo SpB MKes mengatakan cara mendeteksi dini dapat dilakukan dengan meraba payudara kanan dan kiri dan melihat apakah ada kelainan. Misalnya, benjolan, keluar cairan dari puting atau perubahan warna kulit.
"Bisa dilakukan setelah menstruasi karena saat itu, hormon sudah mulai turun dan konsistensi kepadatan payudara sudah turun jadi lebih nyaman untuk diperiksa," kata dr Herry.
Ia mengatakan peningkatan penderita kanker payudara tidak bisa diprediksikan. Penderita di Indonesia paling banyak di rentang usia produktif, yakni 20-40 tahun.
"Penyebabnya bisa hormonal, riwayat keluarga sebelumnya, atau gaya hidup yang tidak sehat. Maka dari itu sadari dan deteksi mandiri mulai dari sekarang," pungkasnya.
(esw/iwd)