Penjajakan kerjasama telah dilakukan IADSA dengan bertemu langsung Dane Robert, Konselor Pertanian Department of Agriculture, Fisheries and Forestry Australian Government di Kedutaan Besar Australia di bilangan Kuningan, Jakarta Selatan.
Chairman IADSA, Fazikka Ibrahim mengatakan, pihak Departmen of Agriculture Australia menyambut positif pertemuan tersebut. Akhirnya, tercapai kesepahaman kedua belah pihak untuk sama-sama meningkatkan peternak Dorper di Indonesia.
Sehingga, akan dirancang skema support program skill up bagi peternak Dorper di Indonesia. Tujuannya, agar kesejahteraan mereka semakin meningkat.
"Kami masih draf skema skill up itu. Seperti transfer knowledge, transfer teknologi tepat guna yang menyesuaikan dengan kondisi geografis dan iklim di Indonesia tentunya," kata Fazikka kepada detikJatim ditemui di Surabaya, Selasa (5/3/2024).
Skill up ini, lanjut Fazikka, akan meningkatkan kemampuan peternak Dorper di Indonesia. Tidak hanya dari segi kemampuan pengembangbiakannya, namun juga meningkatkan segmen pemasarannya agar meningkat dan menjadi prospek bisnis yang menjanjikan.
"Kami juga akan sertifikasi Dorper Australia yang lahir di Indonesia. Agar tetap bisa tertraking keturunannya. Dia dari Australia, jantannya dari farm Australia, betinanya dari farm Australia. Dan dia lahir di Indonesia ada di farm mana akan bisa terlacak. Dan akan direport ke pihak Australia. IADSA mengkoordinir untuk itu," tandasnya.
Sementara itu, untuk suport program skill up itu, IADSA menjajaki kerjasama dengan beberapa perguruan tinggi negeri di Indonesia. Tindakan kongkretnya nanti akan digelar seminar, pelatihan dengan mendatangkan tenaga ahli Dorper dari Australia. Lalu dilakukan sertifikasi Dorper yang lahir di Indonesia.
Diberitakan sebelumnya, Australia menjadi negara yang direkomendasikan sebagai penghasil varietas Dorper unggulan. Regulasi pemerintah Australia dalam pengembang-biakan varietas ini sangat detail dan ketat. Sebab, Australia dikenal sebagai industri peternakan, sehingga kualitas indukan Dorper Australia terjamin kualitas mutunya.
Jaminan kualitas mutu itu, ditunjukkan dengan nomor registrasi FB Dorper dari peternak dan sertifikasi setiap pembelian indukan Full Blood (FB) Dorper. Sertifikat itu menunjukkan secara detail tracking trah Dorper, kandang penghasil indukan sampai vaksin lengkap agar Dorper sehat jika dikirim ke negara lain. Masa karantina diberlakukan jika mengimport Dorper dari Australia.
Fazika menambahkan, prospek bisnis breeder Dorper di Indonesia sangat menjanjikan. Mengingat, populasi domba di Indonesia yang tercatat di tahun 2022 lalu sekitar 30 juta ekor.
Sementara, jumlah Dorper Australia yang masuk ke Indonesia sekitar 1.500 ekor. Dengan keunggulan domba pedaging Australia yang lebih murah dan mudah perawatan dengan jangka waktu panen yang lebih cepat ini, menjadi magnet peternak domba beralih ke varietas Dorper untuk dikembangbiakkan di Indonesia.
Breeder Dorper asal Sukoarjo Solo, Noordam Uji Nugroho mengaku sangat senang dengan berbagai upaya yang dilakukan IADSA ini. Sebab, semakin luas pengetahuan soal Dorper bagi peternak Dorper di Indonesia, tentu akan meningkatkan kesejahteraan para peternaknya.
"Dengan adanya sertifikasi jaminan kualitas ya tentu berpengaruh pada tingginya harga Dorper. Selain itu, semakin banyak wawasan kami soal Dorper, pasti nanti ada dampak positifnya. Mungkin biaya operasional bisa diminimisir karena pakai teknologi canggih. Pemasaran Dorper juga makin meningkat karena masyarakat luas semakin banyak yang tahu," pungkasnya.
(hil/fat)