Hukum Ziarah Kubur ke Makam Wali

Hukum Ziarah Kubur ke Makam Wali

Najza Namira Putri - detikJatim
Senin, 04 Mar 2024 14:00 WIB
Suasana makam Sunan Kalijaga Raden Sahid Demak, Jumat (18/3/2022).
Makam Sunan Kalijaga Raden Sahid Demak/Foto: Mochamad Saifudin/detikJateng
Surabaya -

Banyak umat Islam yang memiliki tradisi ziarah kubur ke makam wali. Termasuk di momen menjelang bulan suci Ramadan (Ramadhan) seperti saat ini.

Rasulullah SAW menganjurkan muslim ziarah kubur ke makam orang tua dan sanak keluarga. Bagaimana dengan ziarah kubur ke makam wali, apa hukumnya dalam Islam?

Hukum Ziarah Kubur ke Makam Wali

Beberapa ulama berbeda pendapat dalam memandang ziarah kubur ke makam waliyullah. Seperti ulama mazhab Syafi'i, Hambali, Hanafi, dan Maliki. Simak penjelasan hukum ziarah kubur ke makam wali di bawah ini, dikutip situs resmi Nahdlatul Ulama (NU).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Ulama Mazhab Syafi'i

Hukum ziarah wali menurut ulama mazhab Syafi'i dan Hanbali adalah sunah bagi laki-laki ataupun perempuan. Syekh Khatib Assyaarbini yang bermazhab Syafi'i mengatakan:

ΩŠΩΩ†Ω’Ψ―ΩŽΨ¨Ω Ω„ΩŽΩ‡ΩΩ†Ω‘ΩŽ زِيَارَةُ Ω‚ΩŽΨ¨Ω’Ψ±Ω Ψ±ΩŽΨ³ΩΩˆΩ„Ω Ψ§Ω„Ω„Ω‘ΩŽΩ‡Ω Ψ΅ΩŽΩ„Ω‘ΩŽΩ‰ Ψ§Ω„Ω„Ω‘ΩŽΩ‡Ω ΨΉΩŽΩ„ΩŽΩŠΩ’Ω‡Ω ΩˆΩŽΨ³ΩŽΩ„Ω‘ΩŽΩ…ΩŽ فَΨ₯ΩΩ†Ω‘ΩŽΩ‡ΩŽΨ§ مِنْ Ψ£ΩŽΨΉΩ’ΨΈΩŽΩ…Ω Ψ§Ω„Ω’Ω‚ΩΨ±ΩΨ¨ΩŽΨ§Ψͺِ، ΩˆΩŽΩŠΩŽΩ†Ω’Ψ¨ΩŽΨΊΩΩŠ Ψ£ΩŽΩ†Ω’ ΩŠΩΩ„Ω’Ψ­ΩŽΩ‚ΩŽ Ψ¨ΩΨ°ΩŽΩ„ΩΩƒΩŽ Ψ¨ΩŽΩ‚ΩΩŠΩ‘ΩŽΨ©Ω Ψ§Ω„Ω’Ψ£ΩŽΩ†Ω’Ψ¨ΩΩŠΩŽΨ§Ψ‘Ω ΩˆΩŽΨ§Ω„Ψ΅Ω‘ΩŽΨ§Ω„ΩΨ­ΩΩŠΩ†ΩŽ

ADVERTISEMENT

Artinya: Disunahkan bagi perempuan menziarahi makam Rasulullah shallallahu a'laihi wasallam, karena hal itu merupakan sarana terbesar untuk mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wata'ala. Dan sepatutnya, makam-makam para nabi dan orang-orang saleh disamakan dengan makam Rasulullah shallallahu a'laihi wasallam. (Muhammad bin Muhammad Al-Khatib Assyarbini, Al-Iqna' fi Halli Alfadzi Abi Syuja', h. 423)

Begitu pula, Syekh Zakaria Al-Anshari mengatakan:

ΩΩŽΩ„ΩŽΨ§ ΨͺΩΩƒΩ’Ψ±ΩŽΩ‡Ω Ω„ΩŽΩ‡ΩŽΨ§ زِيَارَΨͺΩΩ‡ΩΨŒ Ψ¨ΩŽΩ„Ω’ ΨͺΩΩ†Ω’Ψ―ΩŽΨ¨Ω. ΩˆΩŽΩŠΩŽΩ†Ω’Ψ¨ΩŽΨΊΩΩŠ - ΩƒΩŽΩ…ΩŽΨ§ Ω‚ΩŽΨ§Ω„ΩŽ ابْنُ Ψ§Ω„Ψ±Ω‘ΩΩΩ’ΨΉΩŽΨ©Ω ΩˆΩŽΨ§Ω„Ω’Ω‚ΩŽΩ…ΩΩˆΩ„ΩΩŠΩ‘Ω - Ψ£ΩŽΩ†Ω’ ΨͺΩŽΩƒΩΩˆΩ†ΩŽ Ω‚ΩΨ¨ΩΩˆΨ±Ω سَائِرِ Ψ§Ω„Ω’Ψ£ΩŽΩ†Ω’Ψ¨ΩΩŠΩŽΨ§Ψ‘Ω ΩˆΩŽΨ§Ω„Ω’Ψ£ΩŽΩˆΩ’Ω„ΩΩŠΩŽΨ§Ψ‘Ω ΩƒΩŽΨ°ΩŽΩ„ΩΩƒΩŽ

Artinya: Maka tidak dimakruhkan bagi perempuan menziarahinya, bahkan disunahkan. Dan sebaiknya, sebagaimana diutarakan Ibnur Rif'ah dan Al-Qamuli, makam-makam para nabi dan para wali disamakan dengan makam Nabi shallallahu a'laihi wasallam. (Zakaria bin Muhammad Al-Anshari, Asnal Mathalib Fi Syarhi Raudhit Thalib, juz 1, h. 331)

2. Ulama Mazhab Hambali

Seorang ulama mazhab Hanbali Syekh Ar-Rahyabani juga menjelaskan, laki-laki dan perempuan disunahkan menziarahi makam sahabat Nabi Muhammad SAW. Menziarahi makam sahabat Rasulullah SAW sama halnya dengan menziarahi makam wali.

"Kecuali ke makam Nabi shallallahu a'laihi wasallam dan makam kedua sahabatnya, yaitu Abu Bakar dan Umar radhiyallahu anhuma. Maka disunnahkan menziarahi keduanya bagi laki-laki dan perempuan. Begitu pula disunahkan bagi laki-laki dan perempuan menziarahi makam nabi lain," (Musthafa bin Sa'ad Ar-Rahyabani, Mathalibu Ulinnuha fi Syarhi Ghayatil Muntaha, juz 1, h. 932)

Hal ini sama dengan pendapat Ar-Rahyabani, Syekh Al-Bahuti menuturkan:

"Dan ziarah kubur dimakruhkan bagi perempuan, kecuali makam Nabi shallallahu a'laihi wasallam dan makam kedua sahabatnya, yaitu Abu Bakar dan Umar radhiyallahu anhuma, maka menziarahinya disunahkan bagi laki-laki dan perempuan," (Mansur al-Bahuti, Kasysyaful Qina' an Matnil Iqna', juz 4, h. 437)

3. Ulama Mazhab Hanafi

Berziarah ke makam wali menurut ulama mazhab Hanafi dan Maliki hukumnya mubah. Imam Badruddin Al-Aini yang bermazhab Hanafi mengatakan, ziarah wali berhukum mubah. Ia menyebutkan contoh ibadah yang pahalanya diberikan pada seseorang yang meninggal dunia.

ΩƒΩŽΨ§Ω„Ω’Ψ­ΩŽΨ¬Ω‘Ω ΩˆΩŽΩ‚ΩΨ±ΩŽΨ§Ψ‘ΩŽΨ©Ω الْقُرْؒنِ ΩˆΩŽΨ§Ω„Ω’Ψ£ΩŽΨ°Ω’ΩƒΩŽΨ§Ψ±ΩΨŒ وَزِيَارَةِ Ω‚ΩΨ¨ΩΩˆΩ’Ψ±Ω Ψ§Ω„Ω’Ψ£ΩŽΩ†Ω’Ψ¨ΩΩŠΩŽΨ§Ψ‘Ω ΩˆΩŽΨ§Ω„Ψ΄Ω‘ΩΩ‡ΩŽΨ―ΩŽΨ§Ψ‘Ω ΩˆΩŽΨ§Ω„Ω’Ψ£ΩŽΩˆΩ’Ω„ΩΩŠΩŽΨ§Ψ‘Ω ΩˆΩŽΨ§Ω„Ψ΅Ω‘ΩŽΨ§Ω„ΩΨ­ΩΩŠΩ’Ω†ΩŽ

Artinya: Seperti berhaji, membaca Al-Qur'an, berzikir, menziarahi makam-makam para nabi, syuhada', para wali, dan orang-orang saleh. (Mahmud bin Ahmad Al-Aini, Al-Binayah fi Syarhil Hidayah, juz 4, h. 422)

Sementara itu, Syekh Ibnu Abidin menyebutkan:

ΩˆΩŽΨ§Ω„ΨͺΩ‘ΩŽΨ¨ΩŽΨ±Ω‘ΩΩƒΩ بِزِيَارَةِ Ω‚ΩΨ¨ΩΩˆΨ±Ω Ψ§Ω„Ψ΅Ω‘ΩŽΨ§Ω„ΩΨ­ΩΩŠΩ†ΩŽ ΩΩŽΩ„ΩŽΨ§ Ψ¨ΩŽΨ£Ω’Ψ³ΩŽ Ψ₯ذَا ΩƒΩΩ†Ω‘ΩŽ عَجَائِزَ

Artinya: Memohon berkah dengan menziarahi makam orang-orang saleh hukumnya tidak apa-apa, jika para peziarah (perempuan) tersebut sudah tua. (Muhammad Amin Ibnu Abidin, Raddul Muhtar Alad Durril Mukhtar, juz 3, h. 151).

4. Ulama Mazhab Maliki

Ulama mazhab Maliki bernama Syekh Ibnul Haj Al-Maliki mengatakan, ziarah kubur dianjurkan. Ia menyebut orang yang berziarah bisa mendapatkan berkah orang-orang saleh yang telah meninggal dunia.

Ψ₯Ω†Ω‘ΩŽ زِيَارَةَ Ω‚ΩΨ¨ΩΩˆΨ±Ω Ψ§Ω„Ψ΅Ω‘ΩŽΨ§Ω„ΩΨ­ΩΩŠΩ†ΩŽ Ω…ΩŽΨ­Ω’Ψ¨ΩΩˆΨ¨ΩŽΨ©ΩŒ Ω„ΩΨ£ΩŽΨ¬Ω’Ω„Ω Ψ§Ω„ΨͺΩ‘ΩŽΨ¨ΩŽΨ±Ω‘ΩΩƒΩ Ω…ΩŽΨΉΩŽ الِاعْΨͺِبَارِ، فَΨ₯ΩΩ†Ω‘ΩŽ Ψ¨ΩŽΨ±ΩŽΩƒΩŽΨ©ΩŽ Ψ§Ω„Ψ΅Ω‘ΩŽΨ§Ω„ΩΨ­ΩΩŠΩ†ΩŽ جَارِيَةٌ Ψ¨ΩŽΨΉΩ’Ψ―ΩŽ Ω…ΩŽΩ…ΩŽΨ§Ψͺِهِمْ ΩƒΩŽΩ…ΩŽΨ§ ΩƒΩŽΨ§Ω†ΩŽΨͺΩ’ فِي حَيَاΨͺِهِمْ

Artinya: Sesungguhnya menziarahi makam orang-orang saleh dianjurkan, guna memperoleh keberkahan dan pelajaran. Sebab, berkah orang-orang saleh senantiasa masih mengalir setelah mereka wafat, sebagaimana ketika mereka masih hidup. (Ibnul Haj Al-Maliki, Al-Madkhal, juz 1, h. 255)

Sementara menurut Syekh Al-Qairuwani:

وَΨͺُ؀ْΨͺΩŽΩ‰ Ω‚ΩΨ¨ΩΩˆΩ’Ψ±Ω Ψ§Ω„Ψ΄Ω‘ΩΩ‡ΩŽΨ―ΩŽΨ§Ψ‘Ω بِأُحُدٍ، ΩˆΩŽΩŠΩΨ³ΩŽΩ„Ω‘ΩŽΩ…Ω ΨΉΩŽΩ„ΩŽΩŠΩ’Ω‡ΩΩ…Ω’ΨŒ ΩˆΩŽΩŠΩΨ€Ω’ΨͺΩŽΩ‰ Ω‚ΩŽΨ¨Ω’Ψ±Ω Ψ§Ω„Ω†Ω‘ΩŽΨ¨ΩΩŠΩ‘Ω Ψ΅ΩŽΩ„Ω‘ΩŽΩ‰ Ψ§Ω„Ω„Ω‘ΩŽΩ‡Ω ΨΉΩŽΩ„ΩŽΩŠΩ’Ω‡Ω ΩˆΩŽΨ³ΩŽΩ„Ω‘ΩŽΩ…ΩŽΨŒ ΩˆΩŽΩŠΩΨ³ΩŽΩ„Ω‘ΩŽΩ…Ω ΨΉΩŽΩ„ΩŽΩŠΩ’Ω‡ΩΨŒ ΩˆΩŽΨΉΩŽΩ„ΩŽΩ‰ ΨΆΩŽΨ¬ΩΩŠΩ’ΨΉΩŽΩŠΩ’Ω‡Ω

Artinya: Dan makam-makam Syuhada' perang Uhud dikunjungi, lalu diucapkan salam atas mereka. Dan, makam Nabi shallallahu a'laihi wasallam dikunjungi, lalu diucapkan salam atasnya, dan kedua sahabat yang menyertainya. (Abu Zaid Al-Qairuwani, an-Nawadir wa Azziyadat, juz 1, h. 656)

Beberapa ulama mempunyai pendapat berbeda mengenai hukum ziarah kubur ke makam wali. Ulama mazhab Syafii dan Hambali berpendapat ziarah ke makam wali hukumnya sunah. Sementara ulama mazhab Hanafi dan Maliki mengatakan mubah. Ziarah wali pada dasarnya diperbolehkan atau tidak dilarang.

Artikel ini ditulis oleh Najza Namira Putri, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(irb/sun)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads