Anggota DPRD Ungkap Akar Masalah Kekerasan Seksual pada Anak di Surabaya

Anggota DPRD Ungkap Akar Masalah Kekerasan Seksual pada Anak di Surabaya

Esti Widiyana - detikJatim
Selasa, 27 Feb 2024 06:00 WIB
Anggota Komisi D DPRD Kota Surabaya Herlina Harsono Njoto
Herlina Harsono Njoto, anggota DPRD Surabaya. (Foto: Istimewa)
Surabaya - Anggota DPRD Surabaya Herlina Harsono Njoto menyoroti kasus kekerasan dan pelecehan seksual terhadap anak dan perempuan yang berakar pada kesejahteraan sosial dan ekonomi. Menurutnya, hal itu jadi PR Pemkot Surabaya.

Sejak awal 2024 ini Herlina mencatat sudah ada 5 kasus kekerasan dan pelecehan seksual terhadap anak yang terjadi di Surabaya. Rata-rata pelaku dan korban berasal dari kalangan menengah ke bawah.

"Menurut saya begitu, PR pemkot kesejahteraan sosial dan ekonomi, kebutuhan primer. Banyaknya kasus itu menunjukkan masih belum sehat secara mental untuk pelaku, salah satu penyababnya ketidaksejahteran dia, baik ekonomi maupun sosial," ujarnya kepada detikJatim, Senin (26/2/2024).

Dia mendasarkan argumennya itu pada tolok ukur masih cukup banyaknya warga Surabaya yang terkategori kalangan menengah ke bawah.

Menurut Anggota Komisi D itu, salah satu upaya preventif yang harus dilakukan Pemkot Surabaya yakni dengan pemenuhan kebutuhan primer warga. Sedangkan upaya kuratif telah banyak dilakukan dan dinilai sudah baik.

"Upaya kuratif pendampingan psikolog, pendampingan dokter dan macam-macam pendampingan. Membuka lapangan pekerjaan, itu upaya yang baik. Itu upaya menangani ketika ada kasus, kalau pencegahan masih belum," katanya.

Kasus kekerasan hingga pelecehan seksual yang terjadi pada awal 2024, baginya tidak bisa dipandang sebelah mata. Upaya kuratif saja tidak cukup. Artinya, lanjut Herlina, selain penanganan segera pada saat ada kasus, akar permasalahannya juga perlu dilakukan penanganan preventif.

"Menurut pencermatan saya, mayoritas kasus kekerasan terhadap perempuan hingga pelecehan seksual didominasi dari ketidaksejahteraan sosial. Sesuai definisi WHO, sehat mental itu jasmani, rohani dan sosial kalau sekarang," ujarnya.

Anggota dewan yang juga psikolog itu mengatakan, pemicunya karena mayoritas kasus terjadi di masyarakat golongan menengah ke bawah. Di mana mereka yang belum mapan secara sandang, pangan, dan papan.

Salah satu kasus yang dia soroti adalah anak yang tinggal di rumah berisi banyak anggota keluarga dan mendapat pelecehan seksual oleh 4 anggota keluarga di satu rumah. Itu karena tempat tinggalnya memang tidak layak untuk dihuni 9 orang.

"Kasus pemerkosaan penyebabnya apa? Salah satunya tidak sejahtera secara ekonomi. Ketidakmapanan PR penanganan masalah sosial. Bagaimana cara menanggulangi kekerasan terhadap perempuan dan anak? Maka akar permasalahannya, yakni kesejahteraan ekonomi dan sosial harus ditangani dulu," ujarnya.

Terkait kesejahteraan sosial dan ekonomi, Herlina menyebut sekian ribu warga Surabaya ini penghasilannya masih di bawah rata-rata. Warga yang tinggal di tempat sempit diisi banyak anggota keluarga dengan asupan yang kurang tercukupi bisa membuat orang mudah melakukan hal-hal impulsif.

"Saya sarankan pemkot masuk ke upaya preventif. Petakan dulu, idealnya satu rumah dihuni berapa orang? Jadi bisa bicara Surabaya punya kebutuhan untuk hunian yang layak seberapa banyak? Lalu lapangan kerja berapa banyak? Surabaya butuh menyejahterakan penduduknya," katanya.

Dia meyakini ketika kebutuhan pokok atau kebutuhan primer itu terselesaikan maka masalah ikutan seperti kekerasan hingga pelecehan seksual terhadap anak bisa berkurang.

"Contoh tahun kemarin ada anak yang diperkosa sampai meninggal di benteng kedung cowek, saya juga melihat itu di segmen masyarakat menengah ke bawah. Kedua orang tuanya sibuk cari kerja. Kalau tidak bekerja keduanya tidak bisa survive memenuhi kebutuhannya, kalau kerja keduanya anak merasa kurang perhatian," ujarnya.


(dpe/iwd)


Hide Ads