Warga Surabaya berbondong-bondong datang ke Balai Kota memeriahkan perayaan Cap Go Meh. Tak hanya diramaikan oleh masyarakat etnis Tionghoa, tetapi juga warga yang tidak merayakan Imlek.
Masyarakat etnis Tionghoa kebanyakan menggunakan pakaian warna merah yang menjadi ciri khas. Banyak pentas, hiburan dan kuliner menarik warga untuk memeriahkan perayaan Cap Go Meh.
Dari pantauan detikJatim, sejak pukul 18.00 WIB, Balai Kota sudah dipenuhi oleh masyarakat. Ada yang melihat pertunjukan seni oriental, musik klasik Mandarin, hingga yang poling dinanti-nantikan yakni Barongsai.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ada pula sejumlah UMKM yang turut meramaikan acara dengan menjual aneka kuliner yang tak pernah sepi dari pembeli. Selain menikmati pertunjukan acara, mereka juga menikmati aneka jajanan.
Salah satu warga etnis Tionghoa dari Paguyuban Masyarakat Tionghoa, Mega Dewi (73) mengaku antusias menghadiri perayaan Cap Go Meh di Balai Kota. Selain ingin melihat ragam penampilan juga mendampingi cucunya yang tampil menari.
Menurutnya, perayaan Cap Go Meh ini terbesar dan baru pertama dirayakan di ruang publik di Surabaya. Dia mengapresiasi adanya banyak penampilan pertunjukan di acara itu, ada juga lontong Cap Gp Meh gratis, serta bisa membaur dengan semua masyarakat, termasuk dengan yang non etnis Tionghoa.
"Bagus kegiatannya, masyarakat membaur. Harapannya bisa seterusnya begini. Semuanya tertib, sudah dapat lontong Cap Go Meh, roti, gratis. Undangan dari baginya ke yayasan, sasana. Rasanya Cap Go Meh enak, lebih sedikit, tapi cukup," kata Mega kepada detikJatim, Minggu (25/2/2024).
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan, perayaan Cap Go Meh ini bisa menyatukan tali silaturahmi tanpa melihat suku, RAS, budaya dan agama. Toleransi yang dibangun ini terus dijadikan ciri arek-arek Suroboyo.
"Disini memperingati Tahun Baru Imlek, Balai Kota ini rumah bersama. Ketika ada perayaan Natal, Tahun Baru Imlek. Ini bukan perayaan, tapi seperti tradisi yang harus dilakukan di Kota Surabaya. Cap Go Meh dengan waktu singkat bisa terlaksana di Balai Kota," ujarnya dalam sambutannya.
"Matur nuwun kebersamaannya, inilah Surabaya tidak bisa dipisahkan dengan apa pun. Menunjukkan arek Suroboyo NKRI harga mati, bisa melakukan hal luar biasa bersama. Ada kolontang ditampilkan, seni, tidak lepas dalam budaya," lanjut Eri.
Baca juga: Lontong Cap Go Meh: Sejarah hingga Maknanya |
Ia berharap suasana kekeluargaan dan saling gotong royong di Surabaya bisa terus berlanjut. Di Tahun Baru Imlek ini banyak hal-hal baik untuk Kota Pahlawan.
"Semoga di Tahun Baru Imlek ini kita diberi kesehatan Tuhan Yang Maha Era, dengan kebaikan-kebaikan yang dilakukan saudara saya, Surabaya menjadi kota aman nyamam dan tenang. Selamat Tahun Baru, Gong Xi Fa Cai," ujarnya.
Sebelumnya, Pemkot Surabaya mengundang sekitar 5.000 orang yang tergabung dalam 70 yayasan masyarakat Tionghoa se-Surabaya diajak meramaikan perayaan Cap Go Meh.
Dalam perayaan Cap Go Meh ada berbagai kegiatan menarik, mulai dari penampilan musik oriental Kemuning, Barongsai Naga dan Wushu, penampilan kolaborasi kolintang, angklung, gamelan, orkestra dan musik klasik mandarin.
Selain itu, ada juga lomba menyajikan menu lontong Cap Go Meh yang diikuti oleh 25 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) binaan Pemkot dan paguyuban masyarakat Tionghoa. Nantinya, hasil masakan Cap Go Meh akan menjadi hidangan untuk santap bersama para tamu undangan.
(dpe/iwd)