Anak anggota Polsek Peterongan, Jombang menderita kerusakan saraf retina mata sisi kanan hingga mengalami glaukoma. Mata Siswa kelas 4 SD Plus Darul Ulum itu terhantam pecahan kayu gagang sapu saat sedang melihat temannya bermain kartu di dalam kelas. Seperti apa cerita lengkapnya?
Insiden itu terjadi di ruang kelas 4 SD Plus Darul Ulum, Jalan Sultan Agung, Kelurahan Jelakombo, Kecamatan/Kabupaten Jombang pada 9 Januari 2024 sekitar pukul 11.00 WIB. Di jam kosong mata pelajaran Diniyah itu sebagian siswa bermain di luar ruang kelas, ada pula yang beraktivitas di dalam kelas.
Menurut Ibu Korban, EW (44), putranya saat itu di dalam kelas menyaksikan beberapa temannya bermain kartu. Di lokasi yang sama teman sekelas korban yakni DF dan AGA (10) bermain memukul bola plastik dengan gagang sapu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Insiden itu terjadi ketika AGA sedang memukul bola plastik di lantai layaknya sedang bermain golf. Namun, gagang sapu itu patah karena menghantam lantai ruang kelas.
"Anak saya nonton beberapa temannya main kartu. Pas kepalanya menoleh, ada potongan kayu melayang ke mata kanannya. Karena gagang sapu patah karena kejedok lantai. Anak saya langsung terduduk menahan sakit, lalu pingsan," terangnya kepada wartawan, Senin (19/2/2024).
Hantaman potongan gagang sapu itu, lanjut EW, membuat mata kanan putranya berdarah. Siang itu juga korban dibopong teman-temannya dari ruang kelas 4 di lantai 2 ke unit kesehatan sekolah (UKS) di lantai 1. Namun, hingga jam pulang sekolah EW mengaku tidak dihubungi pihak sekolah sama sekali.
"Kata wali kelasnya, Bu Desi, matanya (korban) berdarah, diobati pakai betadine dan minyak kayu putih. Kemudian disuruh tidur. Karena wali kelas keburu dipanggil kepala sekolah ke ruangan, tidak sempat menghubungi saya," ujarnya.
Tiba jam pulang sekolah pukul 12.30 WIB, EW meminta bantuan teman kerjanya untuk menjemput putranya. Saat itulah warga Kecamatan Jombang ini baru tahu kalau putranya mengalami insiden. Diantar sopir, ia bergegas menjemput putranya yang kesakitan di ruang UKS SD Plus Darul Ulum.
Selanjutnya, EW melarikan putranya ke IGD RSUD Jombang. Ia juga menghubungi suaminya yang berdinas di Polsek Peterongan untuk menyusulnya ke rumah sakit. Dokter umum yang memeriksa korban mendapati mata kanan bocah 10 tahun itu bengkak, bagian hitam membesar, dan terjadi pendarahan di bola mata.
"Dokter umum tidak berani memberi tindakan karena di area mata. Selama di IGD, anak saya mengeluh kesakitan, tidak kuat duduk, matanya sakit dan kepalanya pusing. Ditangani dokter spesialis mata sekitar pukul 15.30 WIB. Pandangannya sudah gelap waktu mata kirinya ditutup. Mama di mana, mama di mana, padahal saya di sebelahnya," ungkapnya.
Korban harus menjalani rawat inap di RSUD Jombang 9-12 Januari untuk menyembuhkan pendarahan pada bola mata kanannya. Namun, mata kanan siswa kelas 4 SD Plus Darul Ulum itu tak kunjung membaik. Menurut EW, ketika itu, dokter spesialis mata tak mampu mendiagnosa karena terbatasnya peralatan.
Atas saran dokter, EW membawa putranya ke RS Mata Undaan Surabaya pada 16 Januari 2024. Setelah menjalani serangkaian pemeriksaan dan ditangani dokter saraf dan retina, barulah terungkap kondisi mata kanan korban. Ternyata saraf retina mata kanan korban sudah rusak sehingga tidak bisa diperbaiki.
Tidak hanya itu, lanjut EW, mata kanan putranya mengalami glaukoma. Karena tekanan bola mata kanan korban 3 kali lipat daripada mata normal. Yaitu di angka 65 mmHg, sedangkan tekanan bola mata normal maksimal 20 mmHg. Menurut keterangan dokter kepada dirinya, glaukoma tidak bisa disembuhkan, tapi sebatas dikendalikan.
Serangkaian pengobatan pun ditempuh korban hingga harus wira-wiri ke RS Mata Undaan. Namun, glaukoma tak kunjung membaik. Sebab itu, dokter melakukan tindakan operasi pembuatan saluran glaukoma pada 5 Februari 2024 agar mata kanan korban tidak keluar. Tekanan tinggi bola mata kanan juga berdampak terhadap mata kiri korban.
"Saat ini, (mata kanan korban) bisa melihat hanya sekitar 20 persen. Yang kiri normal, saat akan operasi tensinya sempat naik karena ototnya nyambung dengan mata kanan, tapi penglihatan tidak terdampak. Bola mata kirinya juga mendapatkan obat tetes," jelasnya.
Penanggung jawab Bidang Pendidikan Yayasan Pondok Pesantren Darul Ulum Jombang Zulfikar As'ad atau Gus Ufik menuturkan bahwa insiden siswa kelas 4 SD Plus Darul Ulum kena pecahan gagang sapu bukanlah kesengajaan. Insiden tersebut terjadi saat korban dan teman-temannya bermain di jam istirahat.
"Tidak sengaja itu, anak main, namanyaa anak-anak Waktu jam istirahat," cetusnya.
Menurut Gus Ufik, insiden tersebut juga bukan kelalaian sekolah. "Saya kira bukan kelalaian. Artinya, anak kan bukan robot, sudah kami pantau, satu kelas dipantau 2 guru," tandasnya.
(dpe/iwd)