Hiruk pikuk pesta demokrasi Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 cukup terasa di berbagai daerah di Indonesia. Tak terkecuali di Perumahan Inklusif di Desa Prambon, Kecamatan Tugu, Trenggalek.
Perumahan yang dihuni para disabilitas tersebut juga ikut menyambut hari pemungutan suara. Di kawasan tersebut, terdapat empat difabel yang mencoblos di TPS 01 Desa Prambon.
"Yang nyoblos ada empat orang, dua tuna daksa dan dua orang tuna netra. Untuk yang lain nggak nyoblos di sini karena alamatnya belum pindah memilih ke sini," kata salah seorang penghuni perumahan inklusif, Khusnul Melina Sari, Rabu (14/2/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemilu tahun ini merupakan pengalaman pertama kalinya Khusnul bisa ikut mencoblos bersama difabel lain, karena sebelumnya masih di kampung asal masing-masing.
"Ini tadi kami dapat alokasi waktu dari KPPS pada jam 12.00 WIB sampai 13.00 WIB," jelasnya.
Untuk menjangkau Tempat Pemungutan Suara (TPS) 01 Prambon, empat orang difabel tersebut harus berjalan dengan sekitar 200 meter dari Kampung Inklusif.
Dua tuna netra yakni Khusnul Melina Sari dan suaminya Mohtar Mustofa memilih berjalan sendiri tanpa bantuan orang lain. Sementara itu dua penyandang tuna daksa Slamet dan Wahid menggunakan kursi roda yang didorong langsung oleh Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin beserta istrinya Novita Hardiri.
Sepanjang perjalanan dari rumah hingga TPS, aksesibilitas kedua tunadaksa sedikit terganggu karena beberapa titik jalan mengalami kerusakan. Bupati pun harus berhati-hati untuk menghindari jalan berlubang.
![]() |
TPS Tidak Ramah Difabel
Tak hanya akses jalan yang menjadi kendala, lokasi TPS 01 juga dinilai tidak ramah terhadap difabel, sebab lantai TPS berupa tanah urukan, sehingga tidak bisa diakses secara mandiri oleh pengguna kursi roda. Kedua difabel tersebut harus didorong saat hendak menuju bilik suara.
"Secara umum proses pencoblosan berjalan dengan lancar, hanya saja aksesnya kurang ramah untuk difabel," kata seorang tuna daksa, Slamet.
Meski demikian, Slamet mengaku cukup senang karena bisa ikut berpartisipasi dalam pemilu.
Bupati Trenggalek yang turut mengantarkan difabel ke TPS mengakui, aksesibilitas para difabel di tempat mencoblos kurang ramah untuk orang berkebutuhan khusus, khususnya pengguna kursi roda. Ia juga mengakui sebagian akses jalan kabupaten yang dilalui mengalami kerusakan.
"Ini adalah masukan buat kami dan kami juga minta maaf. Ini nanti saya akan komunikasikan dengan KPU karena habis ini juga ada gelaran pilkada," kata Nur Arifin.
Alat Bantu Braille Tak Lengkap dan Salah Ketik
Sementara itu, penyandang tuna netra Mohtar Mustofa (35) mengatakan, untuk menggunakan hak suaranya, ia harus dibantu oleh seorang pendamping guna mengarahkan pada titik yang harus dicoblos.
Hal itu dilakukan karena alat bantu braille yang tersedia hanya untuk dua jenis suarat suara, yakni presiden dan DPD RI, sedangkan DPR RI, DPRD Jatim dan DPRD Trenggalek tidak ada alat bantu.
"Kami berharap ke depan alat bantunya lengkap, sehingga kami tidak perlu pendampingan, mungkin hanya cukup diantar sampai bilik," kata Mohtar Mustofa.
Tak hanya itu, saat meraba tulisan braille pada alat bantu, ternyata ditemukan kesalahan huruf yang tercetak.
"Pada surat suara presiden itu, untuk paslon nomor dua tertulis Prbb bukan Prabowo," ujarnya.
Tidak Semua Difabel Perumahan Inklusif Bisa Nyoblos
Di antara warga perumahan inklusif, ternyata ada yang tidak menggunakan hak suaranya. Sebab, mereka terkendala proses pindah memilih, salah satunya Slamet Riyadi.
"Hari ini nggak ikut nyoblos, saya itu kan orang Kecamatan Munjungan, KTP-nya masih Munjungan, tapi saya berdomisili di Prambon. Kemarin itu saya sudah ngomong kepada petugas Munjungan terkait pindah memilih, tapi sampai sekarang tidak ada kelanjutannya," kata Slamet Riyadi.
Potret kondisi Kampung Inklusif tersebut menjadi catatan tersendiri bagi Pemerintah Kabupaten Trenggalek. Mengingat, kawasan yang dihuni oleh para difabel ternyata belum sepenuhnya mendapatkan hak yang memadai.
"Ke depan, kami minta ketua RT lebih proaktif mendata para pendatang, sehingga ketika ada pemilihan umum bisa terfasilitasi semua," ujar Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin.
Pihaknya sengaja memantau langsung pencoblosan di kampung inklusif untuk mendapatkan gambaran langsung akses layanan terhadap para difabel.
(hil/fat)