Murka Ortu Anaknya Jadi Korban Penganiayaan Gerombolan Murid Teladan

Round-up

Murka Ortu Anaknya Jadi Korban Penganiayaan Gerombolan Murid Teladan

Imam Wahyudiyanta - detikJatim
Rabu, 31 Jan 2024 07:00 WIB
Orang tua korban menunjukkan surat tanda terima laporan dari Polres Mojokerto Kota
Orang tua korban menunjukkan surat Laporan Polisi (Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim)
Kota Mojokerto -

Seorang siswa SMPN 2 Kota Mojokerto mengaku menjadi korban penganiayaan yang dilakukan teman-temannya sendiri. Ia dipukuli berulang kali di perut dan kepala hingga membuatnya pusing sehingga tak nyaman untuk belajar di sekolah.

Kondisi itu membuat orang tuanya melapor ke polisi. Orang tua korban, DN (38) dan RL mengatakan anaknya mengaku dianiaya gerombolan Murid Teladan (MTd). Orang tua korban melaporkan 2 siswa yakni RM dan ED ke Polres Mojokerto.

RL menambahkan, MTd bukanlah kumpulan siswa teladan dalam arti sesungguhnya. Namun, kumpulan anak-anak nakal di SMPN 2 Kota Mojokerto. Sekali berkelahi dengan kelompok ini, kalau korban menang, korban akan diminta baku hantam dengan anggota kelompok lainnya secara bergilir.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Itu cerita anak saya dan cerita temannya yang pernah mengalami," ungkap RL kepada detikJatim, Selasa (30/1/2024).

Ketika tahu putranya dianiaya RM dan kawan-kawan, ibu tiga anak ini mengaku langsung menelepon wali kelas. Sambil menangis ia menceritakan penganiayaan yang dialami putranya kepada wali kelas. Ia meminta sekolah segera melakukan tindakan.

ADVERTISEMENT

"Jawaban wali kelas akan dilaporkan ke kepala sekolah. Saya tidak puas, langsung bilang ke suami. Ketika laporan di Polres Mojokerto Kota, kepala sekolah didatangkan juga," kata RL.

Ayah korban, DN menuturkan, usai mengetahui sang anak menjadi korban penganiayaan, malam itu juga, DN bersama istri dan putranya melapor ke Polres Mojokerto Kota. Menurut DN, putranya sudah divisum di RSI Hasanah. Hasil visum langsung dibawa polisi.

Sebagai orang tua, mereka terpaksa menempuh jalur hukum sebab kondisi sekolah sudah tidak kondusif bagi putranya. Terlebih lagi, terdapat kelompok MTd yang ditakuti para siswa yang lain. Sehingga tidak ada seorang pun siswa yang berani melawan kelompok anak nakal tersebut.

"Menurut saya ini urgent karena ada kontak fisik, bullying melibatkan orang banyak. Harapan saya karena ada kelompok MTd dan masalah harus dituntaskan sampai ke akarnya, pihak sekolah harus terbuka untuk mencari penyebabnya. Supaya kasus serupa tidak terulang. Kalau sebatas persuasif, sosialisasi kurang berdampak," beber DN.

Kepala Sekolah SMPN 2 Kota Mojokerto Mulib membenarkan tindak kekerasan itu menimpa korban pada Kamis (25/1) pada jam istirahat di SMPN 2 Kota Mojokerto. Namun, ia menampik apa yang menimpa siswa kelas 7 itu sebuah penganiayaan. Ia juga membantah saat itu korban dikerubungi banyak siswa yang merupakan gerombolan RM dan ED.

"Mungkin bahasanya kok seram ya kalau penganiayaan. Kalau penganiayaan itu kan bayangan saya anak ditawur banyak anak. Kalau menurut analisis saya setelah saya tanya berbagai saksi, ya itu tadi. Jadi, tukaran (berkelahi) lah karena salah paham. Kalau dikerubungi itu, namanya istirahat, anak-anak baru keluar dari ruang kelas, mungkin ada yang melihat gitu lo," terang Mulib yang mengatakan bahwa insiden tersebut terjadi di titik yang tidak terpantau.

"Namanya anak-anak mencari saja tempat-tempat yang dia tidak terpantau," ujarnya.

Terhadap RM dan ED, Mulib mengaku bakal menerapkan tindakan disiplin positif. Artinya, pihaknya tidak akan menjatuhkan sanksi skorsing, apalagi sampai mengeluarkan dua siswa tersebut. Sebab menurutnya, cara-cara lama itu justru tidak akan menyelesaikan persoalan.

"Kami menerapkan disiplin positif. Anak-anak yang melakukan pelanggaran dimediasi, diajak ngomong supaya mengidentifikasi dan menyadari kesalahannya. Sehingga dengan kesadaran pribadi, dia tidak mengulangi hal-hal negatif," jelasnya.

Mulib lantas menjawab kekhawatiran orang tua korban akan terjadi lagi penganiayaan terhadap putranya. Pihaknya akan mengundang orang tua korban dalam program parenting berkala setiap 2 pekan. Rencananya, ia akan menyampaikan juga tentang konsep disiplin positif.

"Intinya kami sampaikan terkait disiplin positif, tidak hanya sekolah, semua bergerak. Orang tua memberi pembinaan di keluarga. Tentu (ada jaminan keamanan), kami memberikan jaminan bahwa di sekolah ini aman. Dengan kejadian ini kami introspeksi apa yang harus dibenahi," tandasnya.




(abq/iwd)


Hide Ads